Mohon tunggu...
Choiron
Choiron Mohon Tunggu... Administrasi - Hidup seperti pohon. Menyerap sari makanan dan air dari mana saja, dan pada saatnya harus berbuah.

Hanya sebuah botol kosong...

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Istri Sabar, Tidak Pernah Marah Walau Suami Suka Jajan

15 Februari 2012   12:39 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:36 1722
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1329309056757161666

Siapa yang tidak suaka jajan? Semua orang pasti senang jajan atau membeli makanan di luar. Bahkan setiap hari, anak saya juga minta uang jajan saat berangkat ke sekolah. Nah kebetulan bapaknya juga suka jajan di jalan. Namun anehnya istri saya tidak pernah marah. Mungkin karena istri saya sabar ya. Atau justru malah senang karena istri tidak perlu repot-repot menyediakan makanan di rumah. Ya, yang pasti antara kata jajan dengan 'jajan' itu berbeda. Jajan bisa berarti membeli makanan di warung atau tempat lainnya. Sedangkan 'jajan' dengan tanda petik, bisa berarti laki-laki yang memiliki kebiasaan membeli layanan seksual. Namun saya pastikan, saya bukan tipe pria yang suka 'jajan'. Saya benar-benar pria yang hanya suka jajan sembarangan saja. Beberapa postingans aya banyak bercerita 'petualangan' saya makan-makanan rakyat jelata. Maklum, saya belum menjadi pejabat penting yang gengsi kalau makan di warung pinggir jalan. Namun rasanya walaupun saya menjadi pejabat penting, kebiasaan jajan di warung atau tempay yang eksotik dan merakyat, tetap saja tidak bisa hilang. Berikut tulisan wisata kuliner saya.

  1. Legend ‘Soft Drink’ Asli Indonesia
  2. Wow, Sehari Bisa Laku 400 Bungkus
  3. Tidak Ada Angkringan, Warung Pojokpun Jadi
  4. Didholimi Tukang Lontong Balap!
  5. Gudeg Jogja Makanan Tidak Sehat?

Jajan di luar memang beresiko tertular penyakit. Terutama bila peralatan makan dan minumnya tidak dicuci dengan bersih dan suci. Tidak banyak warung pinggir jalan yang memiliki sarana sanitasi atau tempat cuci piring yang memadai. Biasanya mereka hanya memiliki 2 ember air. Ember yang pertama digunakan untuk mengikis habis sisa makanan yang menempel di piring. Sedangkan ember kedua digunakan untuk membilas. Itupun air yang digunakan terbatas. Sehingga metode 'celup' piring dan gelas menjadi pilihan utama. Bahkan beberapa warung cukup menyeka piring dengan spons basah kemudian dikeringkan dengan kain lap. [caption id="attachment_162943" align="aligncenter" width="620" caption="Debu yang tertangkap kamera dengan blitz di sebuah ruang yang sedang di bongkar. Silahkan Anda mencoba memotret warung pinggir jalan. Apakah debunya juga berterbangan?"][/caption]

Bagaimana dengan higienitasnya? Wah jangan ditanya deh. Berjualan makanan dan minuman di pinggir jalan pasti tidak mungkin menghindari paparan debu dan kuman yang berterbangan. Namun anehnya, semakin kita sering terkena kuman, tubuh kita menjadi semakin kebal terhadap kuman tersebut. Berbeda dengan orang-orang yang biasa makan di tempat yang suci hama dan bersih. Akibatnya, saat sedikit saja hujan-hujanan, atau makanan yang terkena kuman, badannya langsung ambruk. Yang pasti, ada baiknya juga tidak terlalu sering berinteraksi dengan kuman. Apalagi kuman asing yang tubuh kita mungkin belum kenal. Seperti kalimat peringatan sebuah judul film, "Don't Talk to Stanger" alias jangan bicara pada kuman asing kalau tidak ingin mendapatkan bahaya. :) Saya berharap istri Anda juga bisa sesabar istri saya, karena Anda suka jajan di luar rumah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun