Dalam upaya global untuk mencapai emisi nol karbon bersih, tidak ada rintangan yang lebih besar daripada dekarbonisasi sektor listrik dan industri berat, dan beberapa tantangan menghadirkan peluang yang lebih besar.
Sektor pembangkit listrik dan industri berat termasuk baja, semen dan bahan kimia menyumbang hampir dua pertiga dari emisi CO2 global. Â Sementara kemajuan teknologi menjanjikan untuk membersihkan sektor-sektor yang sulit dikurangi ini, transisi energi tidak akan terjadi dalam semalam. Teknologi perantara akan memainkan peran sentral dalam melindungi planet kita saat kita bertransisi.
Teknologi untuk menangkap CO 2 seperti Carbon Capture, Utilization and Storage (CCUS) dan Direct Air Capture (DAC) sangat penting untuk mendekarbonisasi sektor-sektor ini dan mencapai emisi nol bersih pada tahun 2050. CCUS, misalnya, menyediakan sarana untuk mengatasi emisi di -untuk-mengurangi sektor industri. Ini juga menyediakan satu-satunya jalan untuk meningkatkan produksi hidrogen dengan cepat dengan menciptakan hidrogen "biru" dari gas alam dan menyerap komponen karbonnya.
Insentif investasi yang lebih kuat dan target iklim sedang membangun momentum di belakang CCUS.
 Namun kapasitas penangkapan CO2 global masih jauh dari yang seharusnya. Untuk mencapai emisi nol karbon bersih pada tahun 2050, kapasitas penangkapan CO 2 tahunan global harus meningkat dari 0,04 Gigaton (Gt) hari ini menjadi 7,6 Gt.
"Kami bertanggung jawab atas pangsa pasar penangkapan karbon terdepan hingga saat ini," kata Kentaro Hosomi, Chief Regional Officer EMEA, Mitsubishi Heavy Industries (MHI).
"Kami telah lama melihat potensi teknologi dan dampaknya terhadap pengurangan emisi. Tetapi sementara kami melihat potensinya, kami bertanya pada diri sendiri, apa yang diperlukan agar teknologi penangkapan karbon benar-benar tumbuh menjadi peran yang dibutuhkan kita semua untuk mencapai Net Zero? Bagaimana kita dapat mengembangkan rantai nilai CO2 end-to-end di mana karbon yang ditangkap digunakan kembali dalam industri, pertanian, dan aplikasi lainnya?"
Dari Kewajiban menjadi Aset
Pengembangan rantai nilai CO2 positif menghadirkan katalis yang sangat dibutuhkan. Menciptakan rantai di mana karbon yang ditangkap digunakan kembali dalam berbagai aplikasi dapat mengubah CO 2 dari kewajiban menjadi aset. Misalnya, petani dapat menggunakan CO 2 untuk membantu mendorong pertumbuhan tanaman, sedangkan industri kimia dapat menggunakan CO 2 sebagai input saat membuat bahan baku alternatif untuk menghasilkan berbagai bahan.
Sebagian besar teknologi untuk menangkap CO 2 dan mengubahnya untuk digunakan kembali sudah ada, tetapi tantangan utama tetap ada untuk meningkatkan proyek dan mengurangi biaya. Di antaranya, infrastruktur baru diperlukan untuk melacak, mengangkut, dan menyimpan CO 2 yang ditangkap untuk mengembangkan rantai nilai CO 2 skala komersial . Kebijakan dan koordinasi bisa mengubah itu.
"Kami membutuhkan dukungan pemerintah untuk mewujudkan industri ini dalam skala komersial," kata Hosomi. "Sebagian dana harus dari pemerintah. Dan kita harus membuat platform yang mendorong transparansi tentang bagaimana dana digunakan dan siapa yang diuntungkan."
Pemerintah Inggris, misalnya, menginvestasikan hingga 1 miliar untuk mendukung penciptaan rantai nilai CO2 di klaster industri di Inggris, Skotlandia, dan Wales. Itu termasuk Dana Infrastruktur CCS Inggris senilai 800 juta yang menawarkan hibah dan dukungan subsidi untuk fasilitas percontohan Bioenergi dengan Carbon Capture and Storage (BECCS) di pembangkit listrik Drax dekat Selby, North Yorkshire, bagian dari Zero Carbon Proyek Humber.
Menggabungkan aliran CO 2 dari beberapa penghasil emisi di pusat industri seperti East Coast Cluster di Inggris menawarkan berbagai manfaat, seperti memperoleh skala ekonomi untuk pembangkit, jaringan pipa, dan infrastruktur lain yang dibutuhkan, dan mengurangi risiko ekonomi. Selanjutnya, infrastruktur migas yang ada dapat digunakan untuk kepentingan semua orang di cluster. Ke depan, pendekatan yang diambil di Inggris mungkin akan berubah menjadi model untuk wilayah lain di dunia.
Pertama, dunia harus menempatkan potongan lain dari teka-teki rantai nilai CO2 pada tempatnya . Membangun rantai nilai CO 2 yang saling berhubungan membutuhkan solusi digital untuk memfasilitasi bagaimana CO 2 yang ditangkap dilacak, diangkut, dan diperdagangkan. Dan mengubah CO 2 menjadi komoditas yang dapat diperdagangkan melibatkan menempatkan nilai pada pengurangan emisi.
Di sini juga, ada banyak insentif. Membuka perdagangan karbon global dapat memungkinkan transfer keuangan melebihi $1 triliun per tahun pada tahun 2050. Harga karbon Eropa mencapai rekor tertinggi di atas 90 euro per metrik ton CO2 pada bulan Desember, mempertahankan momentum kenaikan setelah pemerintah baru Jerman mengatakan pada bulan November bahwa itu akan mempertimbangkan harga dasar jangka panjang nasional.
Peningkatan teknologi dan pasar yang dapat memanfaatkan CO 2 , seperti bahan bakar sintetis, manufaktur bahan kimia, dan produksi semen yang berkelanjutan juga penting untuk mewujudkan potensi penuh dari rantai nilai CO 2 . Seiring kemajuan transisi energi global, lebih banyak aplikasi dapat merangsang permintaan untuk CO 2 daur ulang .
Merealisasikan Peluang CCUS
Aktivitas terbaru dari Mitsubishi Heavy Industries (MHI) menggarisbawahi kemungkinan rantai nilai CO2 . Sebagai bagian dari Zero Carbon Humber, MHI bermitra dengan Drax untuk menerapkan teknologi penangkapan CO 2 MHI di pembangkit listriknya. Itu termasuk penggunaan KS-21 TM MHI -- pelarut berbasis amina yang menunjukkan volatilitas yang lebih rendah, stabilitas yang lebih besar terhadap degradasi, dampak lingkungan yang lebih sedikit, pengurangan biaya operasi dan manfaat ekonomi lainnya dibandingkan dengan versi sebelumnya.
Dengan menerapkan teknologi BECCS, Drax bertujuan untuk melangkah lebih jauh -- menjadi karbon negatif pada tahun 2030. Drax adalah perusahaan pertama yang menandatangani kontrak untuk menerapkan teknologi penangkapan karbon dalam skala besar di Inggris. Proyek ini menggabungkan teknologi MHI yang telah terbukti dan terdepan di dunia dengan penyimpanan geologi lepas pantai di bawah Laut Utara, membantu Inggris mencapai targetnya untuk mengurangi emisi karbon hingga 78% pada tahun 2035.
Meskipun masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk mewujudkan rantai nilai CO 2 sepenuhnya , potensinya sangat besar, dan kegiatan MHI di Inggris dapat mengarahkan dunia ke jalur yang benar untuk mewujudkan masa depan yang lebih bersih:
"Negara-negara berkembang di Asia dan Afrika dengan populasi besar, misalnya, harus lebih memperluas sektor industri mereka sambil memenuhi target dekarbonisasi yang ditetapkan pada COP26," kata Hosomi. "Saat ini, Inggris memimpin dunia dalam model penangkapan CO2 berbasis klaster dan membangun rantai nilai di sekitarnya. Jika model bisnis ini terbukti berhasil, dapat memenuhi kebutuhan negara berkembang dan maju di seluruh dunia."
