Mungkin saat mengatakan ini ibu megawati bermaksud bercanda, namun hal ini sepertinya bukan merupakan hal yang layak untuk dijadikan bahan candaan, terlebih lagi sudah menyangkut ras dan warna kulit. Apa yang salah dengan warna kulit hitam? Padahal sudah sejak dulu Indonesia memiliki perbedaan seperti ini.
"Itu kan benar, tapi kan sudah banyak lho sekarang yang mulai blended menjadi Indonesia banget, betul, rambutnya keriting, karena kan Papua itu pesisirannya itu banyak pendatang, sudah berbaur," urai Mega.
Kata “Indonesia banget” seharusnya tidak boleh diucapkan. Bukankah papua merupakan bagian dari Indonesia? apa jika mereka memiliki warna kulit yang berbeda lantas mereka bukan bagian dari Indonesia? padahal sebelumnya beliau menyebutkan semboyan bhineka tunggal ika, namun seperti tidak mengerti maksud dari semboyan tersebut hingga terucap lah kata-kata seperti itu.
Lebih sangat disayangkan lagi yang berbicara adalah mantan presiden Indonesia sendiri yang seharusnya sangat mengerti bahwa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku bangsa dan ras sehingga sangat wajar jika terdapat perbedaan warna kulit seperti itu.
KESIMPULAN
Kesimpulan yang bisa saya ambil dari topik yang saya bahas adalah kita hidup di tengah masyarakat yang heterogen dan bersifat majemuk. Kita dengan tetangga sebelah rumah pun bisa saja memiliki perbedaan yang sangat banyak seperti asal suku, agama, ras, dan lain sebagainya.
kita sebagai warga Indonesia yang seharusnya sudah terbiasa dengan perbedaan tersebut harus lebih bisa menghargai perbedaan antar manusia. Terlebih lagi di zaman sekarang ini tekhnologi sudah semakin canggih, kita bisa mendapatkan banyak informasi mengenai apapun yang terjadi di dunia ini.
Namun jangan sampai kita menyalahgunakan kemudahan tekhnologi seperti menyebarkan hoax, ujaran kebencian, bahkan melakukan tindakan SARA di media sosial. Kita harus selalu berpikiran terbuka dan menerima perbedaan. Walaupun mungkin akan ada perbedaan yang tidak bisa kita setujui, setidaknya kita tidak boleh mengejek atau menghina perbedaan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
(t.thn.). Diambil kembali dari https://kknews.org/2021/07/19/memahami-konflik-muslim-uighur-di-china/
Amelia, L. (2021, 06 10). Konflik SARA di Indonesia. Diambil kembali dari kompasiana: https://www.kompasiana.com/lolaamelia/5ee318e3d541df09bd05bb24/konflik-sara-sebagai-masalah-sosial-di-indonesia