Dulu, waktu saya kecil, setiap kali ada acara 17-an di dusun, pasti ada pentas Tari Remo. Saya selalu terpukau melihat penarinya, terutama gerakan kaki mereka yang gesit. Namun, siapa sangka gerakan tari yang tegas tersebut memiliki makna yang dalam. Tari Remo, tarian tradisional Jawa Timur, bukan sekadar rangkaian gerakan indah, melainkan juga simbol keberanian dan semangat juang. Nanda Sukmana (2019), berpendapat bahwa Remo merupakan kesenian yang memiliki makna yang dalam, sangat filosofi, dan hanya sekadar menjadi tampilan hiburan. Tari Remo mampu bertahan dan relevan di era modern karena adanya perpaduan antara pelestarian nilai-nilai tradisional dan adaptasi yang kreatif, membuat tarian ini tetap menarik bagi generasi muda.
Generasi muda hidup di dunia yang serba cepat akan perkembangan. Jadi, wajar saja jika pandangan mereka soal Tari Remo bermacam-macam. Ada yang merasa tarian ini kuno dan kurang cocok dengan gaya hidup mereka. Novita Inggit Fitayana (2019), berpendapat bahwa generasi sekarang ketika diajarkan kesenian di sekolah, kebanyakan murid-murid lebih cenderung tertarik ke modern dance karena mungkin tradisi juga susah dan ada pakemnya jadi mereka cenderung lebih memilih modern dance sebagai bentuk ekspresi diri. Namun, banyak juga yang justru penasaran dan tertarik untuk mempelajarinya. Menurut Eka Rima (2019), sebagai pemula ternyata tidak mudah mempelajari tari remo karena ada beberapa patahan yang harus diingat, tidak boleh salah, dan ada pakem tertentu yang tidak boleh dihilangkan. Menurut saya, mereka melihat Tari Remo sebagai bagian dari identitas mereka sebagai warga Jawa Timur dan merupakan sesuatu yang harus dijaga. Apalagi, sekarang banyak komunitas seni yang berusaha membuat Tari Remo lebih menarik untuk generasi muda, misalnya dikemas dengan sentuhan multimedia seperti penggunaan video mapping atau videotron dan efek visual seperti laser, asap, atau lampu sorot sehingga dapat menambah kesan dramatis dan modern pada pertunjukan.
Adanya budaya asing yang masuk di era globalisasi ini membuat generasi muda lebih menyukai budaya kebarat-baratan. Alhasil, budayanya sendiri, Tari Remo, menjadi kurang tersorot dan dimengerti oleh generasi muda. Untuk mengantisipasinya, pasangan suami istri asal Jombang, Ali Markasa dan Winarsih (2019), mengajak untuk melestarikan Tari Remo dengan membuka sanggar bebas biaya. Ia berharap dapat melahirkan penari-penari Remo yang beridentitas dan berkarakter. Setiap hari minggu pagi, banyak anak-anak yang latihan rutin di sanggar halaman rumah milik pasangan suami istri tersebut. Mulai dari jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA). Pastinya, dengan durasi tari yang beragam. Mulai dari 4 menit, 6 menit, 9 menit, hingga 12 menit. Menurut saya, komunitas seni juga dapat membuat pertunjukan Tari Remo menjadi lebih modern sesuai dengan era globalisasi ini tanpa mengubah pakem pada Tari Remo. Menggunakan alat teknologi yang canggih dan konsep modern membuat Tari Remo tetap relevan dan menarik perhatian generasi muda.
Tari Remo bukan hanya sekedar tarian, namun juga simbol dari kekuatan budaya Indonesia. Gerakannya yang dinamis dan penuh makna mencerminkan semangat masyarakat Jawa Timur yang tidak akan pernah padam. Di era globalisasi ini, banyak sekali budaya asing yang masuk. Namun, bukan berarti kita harus melupakan budaya kita sendiri. Justru, kita harus semakin bangga dan melestarikan warisan budaya Tari Remo ini. Generasi muda memiliki peran penting dalam pelestarian ini. Mereka adalah generasi penerus, yang akan membawa Tari Remo ke masa depan. Dengan kreativitas dan semangat mereka, Tari Remo dapat terus berkembang. Mari kita jadikan Tari Remo sebagai bagian dari identitas kita. Dengan begitu, kita tidak hanya melestarikan warisan budaya, tetapi juga menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia memiliki kekayaan budaya yang luar biasa.
Daftar Pustaka:
*"Pendapat Pribadi" - Chelsea, 2025
*"Tari Remo: Kesenian Tradisional Jawa Timur yang Penuh Energi dan Semangat" - Batiqa.com
*"Sejarah Tari Remo, Tari Penyambut Tamu Asal Jombang" - Kompas.com, 2023
*"Filosofi Remo Jombangan | Inside Indonesia" - CNN Indonesia, 2019
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI