Mohon tunggu...
Sirilus
Sirilus Mohon Tunggu... Guru - pencinta budaya terutama budaya Manggarai dan filsafat. Juga ingin studi antropologi.

Saya ingin mengajak kaum muda untuk melestarikan budaya kita. Ini adalah harta kekayaan kita yang berharga. Saya juga peduli dengan peristiwa yang terjadi di masyarakat. Untuk itu subscribe chanel youtube saya :motivasi hidup . Chanel ini berisi musikalisasi puisi dan video mengenai budaya dan daerah wisata.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengkritik Diteror, Apakah Demokrasi

17 Juni 2020   00:41 Diperbarui: 17 Juni 2020   00:40 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto ilustrasi :https://www.google.com/search?safe=strict&client=ms-android-sonymobile&biw=360&bih=511&tbm=isch&sxsrf=ALeKk027ZfIXdNCy6nY50V54bGWBtJjn4A%3A1592328187090&sa=1&q=foto+ilustrasi+mahasiswa+berargumentasi&oq=foto+ilustrasi+mahasiswa+berargumentasi&aqs=mobile-gws-lite..#&biw=360&bih=511.
        

              Indonesia salah satu negara demokrasi, sebagai negara demokrasi warga negara bebas mengekspresikan diri dengan berargumentasi. Rakyat berhak menilai kinerja kerja sistem pemerintahan yang sedang berlangsung. Kritik sebagai sebuah cara untuk membuat pemerintah berpikir agar dapat mengubah diri dan memperbaiki kinerja kerja. Kritikan dalam hal ini tentu kritikan yang positif, kritikan yang membangun. Seandainya pemerintah tidak menerima kritikan dari rakyat, bisa dijelaskan alasannya dengan argumentasi yang benar pula. Setiap orang diberi kesempatan untuk mengkritik.
 

              Terkadang orang memanfaatkan momen-momen tertentu, misalnya ketika ada orang yang mengkritik kinerja kerja pemerintah dan kritikannya tajam. Itu dimanfaatkan oleh sebagian orang untuk menjatuhkan sistem pemerintahan dengan mengteror orang yang berargumentasi. Sebenarnya bukan pemerintah yang mengteror, hanya orang-orang itu bisa saja mengatas namakan pemerintah. Ini hanya perkiraan dan pandangan saya. Yang sebenarnya belum terungkap pihak yang mengteror orang yang mengkritik pemerintah. Jadi ini hanya argumentasi yang belum ada fakta yang penulis dengar terkait terungkap orang yang mengkritik di teror dan belum menemukan orang yang mengteror serta kehidupannya.
   

                 Dalam pandangan saya jika pihak yang mengkritik pemerintah di teror, entah siapa saja yang mengteror, meskipun bukan pemerintah, dalam hal ini demokrasi tidak berjalan. Pemerintahan yang dari rakyat dan untuk rakyat pula tidak berfungsi. Sebenarnya apa yang dikritik dalam hal positif oleh rakyat bersifat membangun ke arah yang lebih baik. Kalau memang tidak boleh dikritik silakan bicarakan. Tapi ingat bahwa sebagai negara demokrasi, setiap orang berhak untuk berargumentasi dalam hal positif untuk membawa kemajuan pada sebuah negara.
 

                Bayangkan saja kalau tidak ada yang mengkritik sistem pemerintahan yang keliru. Saya yakin dan percaya bahwa korupsi misalnya akan menumpuk. Ini dalam hal korupsi. Karena tidak ada orang yang berani membongkar dan jadinya sebuah kekeliruan disembunyikan terus. Mau seperti apa kita. Sebuah benda yang disembunyikan dalam gelap dan orang yang memiliki senter untuk melihat benda itu dan dia lihat tapi tidak memberitahu bahwa benda itu ada disana, orang yang mencari benda itu akan terus berada dalam kebinggungan.

                 Sebagai negara demokrasi kita mesti menerima kritikan dari orang lain. Kita memandang kritikan itu sebagai hal positif yang membangun kehidupan kita. Teman saya biasanya mengkritik kehiddupan saya yang kacau, saya yang malas belajar, dan dengan kritikan itu saya mulai berubah dan saya menerima hasilnya sekarang. Saya baru menyadari bahwa kritikan itu membangun dan membawa saya ke sesuatu yang lebih baik. Ketika ada teman yang mengkritik saya dan saya tidak terima, saya langsung mengatakan saya tidak terima kritikanmu. Bukan dengan menunggu, tunggu kau balasanku. Saat suasana sepi saya pukul kau. Kritikan tidak bisa dibalas dengan kekerasan atau tidak boleh dibalas dengan otot. Kita mesti pandai menilai setiap kritikan, berpikir terlebih dahulu sebelum bertindak.

                Sebagai masyarakat yang baik, kita mesti menjaga demokrasi kita. Kita membiarkan setiap orang untuk menyampaikan argumentasinya yang tentunya beretika, maksudnya kritikan yang bersifat membangun.
         

               Saya salut dengan beberapa tokoh yang ketika dikritik menyampaikan terima kasih kepada mereka yang mengkritik. Dan saya rasa banyak hal yang telah berubah di negeri kita ini setelah ada yang berani mengkritik. Kritikan yang membangun tentunya. Kritikan harus kita pandang sebagai sebuah nasihat. Bayangkan jika orang tua tidak menasihati anaknya. Anaknya pasti tidak beretika dan menjalankan hidup sesukanya. Dia bisa melakukan kejahatan. Ketika orang tua menasihatinya, bahwa hidup yang baik itu gini. Dia pun mengikutinya dan menjalankan hidup sesuai degan itu. Ketika dia berbuat salah orang tua, mengatakan itu ssalah dan dia berubah. Jadi kritikan semacam nasihat.

              Mental kita mesti berubah. Setiap kritikan harus dipandang baik sebagai sebuah hal yang membangun. Sebagai negara demokrasi kita membiarkan rakyat kita berargumentasi yang terpenting argumentasi positif dan tetap memperhatikan etika yang ada. Menurut saya kalau orang berpendidikan ketika dikritik dibalas dengan kekerasan, patut dipertanyakan. Rakyat yang lulusan sekolah dasar mungkin akan mengelengkan kepala, kok gitu sih. Siingkatnya kalau yang berpendidikan duluan dengan kekerasan, apalagi yang hanya menyelesaikan pendidikan di sekolah dasarr. Itu menurut saya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun