Mohon tunggu...
Sirilus
Sirilus Mohon Tunggu... Guru - pencinta budaya terutama budaya Manggarai dan filsafat. Juga ingin studi antropologi.

Saya ingin mengajak kaum muda untuk melestarikan budaya kita. Ini adalah harta kekayaan kita yang berharga. Saya juga peduli dengan peristiwa yang terjadi di masyarakat. Untuk itu subscribe chanel youtube saya :motivasi hidup . Chanel ini berisi musikalisasi puisi dan video mengenai budaya dan daerah wisata.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Roh Kudus Dalam Gereja Katolik

1 Juni 2020   19:24 Diperbarui: 1 Juni 2020   20:22 4444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apakah itu Roh Kudus?

Etimologi Roh merujuk kepada kata bahasa Ibrani yakni ruakh yang berarti napas, udarah, dan angin. Dalam teks Septuaginta kata itu diterjemahkan sebagai Pneuma yang diterjemahkan sebagai Roh Allah (Nico Syukur Dister, Teologi Sistematika 1, Yogyakarta, 2014: 246). Pengertian tersebut merujuk kepada apa yang tidak terlihat oleh mata dan adanya daya. Roh selalu diterangkan sebagai daya yang tidak tercerap oleh indra tetapi di sisi lain mempengaruhi manusia. Pertanyaan tentang "siapakah Roh Kudus?" selalu berhubungan dengan isi iman Gereja Katolik. Roh Kudus dipahami melalui Wahyu Allah yang terungkap dalam Kitab Suci dan refleksi Gereja sepanjang sejarah. Roh (Kudus) itu adalah Allah sendiri.  Untuk itu, pembicaraan tentang Roh Kudus akan paparkan sejauh perlu dalam kaitannya dengan Sakramen Baptis.

Sumber Wahyu Kitab Suci

Roh Kudus ada bersama Allah Bapa dalam karya penciptaan (Kej 2:7). Kehadiran Roh Kudus menjadi tanda adanya suatu kehidupan. Tuhan juga mengaruniakan Roh Kudus ke dalam hati setiap umat-Nya saat mereka menyeberangi Laut Merah. Ungkapan dari Allah yang menyertai umat-Nya. Dalam Perjanjian Baru, Roh Kudus adalah tanda dimulainya zaman baru (bdk. Mat 1:8). Israel baru akan datang sebagai satu anggota dari satu kepala yakni Kristus. Tiap-tiap anggota Kristus dikaruniai Roh Kudus (Luk 3: 22). Tanda sebagai umat Allah tidak lagi dinyatakan dalam air dan sunat tetapi dalam Roh Kudus. Melalui Roh Kudus, Allah menjadikan suatu jemaat Israel yang baru. Setiap orang menjadi milik Allah setelah menerima Roh Kudus dalam pembaptisan. Pembaptisan dalam Gereja Katolik merujuk pada teologi Paulus (bdk. Rom 6:1-14). Orang yang telah dibaptis menjadi serupa dengan Kristus dengan wafat dan kebangkitan-Nya. Makna mati dalam pembaptisan berarti seseorang telah dibebaskan dari dosa. Bersama Yesus Kristus pula seseorang akan bangkit dan hidup bagi Allah.  

Sumber Tradisi Gereja

Syahadat para rasul dapat dikatakan sebagai ringkasan iman akan Allah Tritunggal. Gereja Katolik sepanjang sejarah merefleksikan siapakah Roh Kudus itu dan kemudian merumuskannya dalam suatu syahadat iman tersebut. Refleksi tersebut berangkat dari Wahyu Kitab Suci. Allah Roh Kudus dinyatakan pada peristiwa perkandungan Yesus dalam Maria dan dalam pernyataan "aku percaya akan Roh Kudus".

Dalam Syahadat Nicea, Roh Kudus dipahami sebagai buah yang menghidupkan dari cinta kasih Allah Bapa dan Allah Putera. Dalam Perjanjian Lama, Roh Kudus telah mewahyukan diri melalui mulut para nabi.[1] Roh Kudus ada bersama Bapa dan Putera sejak keabadian. Kehadiran Roh Kudus dalam diri manusia adalah sebagai persiapan bagi datangnya Injil. Bagi Athanasius, hubungan yang sehakekat antara Bapa dan Putera harus juga dikenakan pada Roh Kudus. Dengan demikian, pembicaraan tentang Allah Tritunggal menjadi mudah dan sederhana jika ketiga pribadi tersebut sama dalam segalanya. 

Semua anggota Gereja dikaruniai Roh Kudus yang satu dan sama. Akan tetapi, Roh ini tidak dapat terbagi-bagi. Menurut Sirilus dari Aleksandria, semua anggota Tubuh Mistik Kristus (Gereja) terhubung oleh Roh Kudus (Https://Id.Wikipedia.Org/Wiki/Doa_Syahadat_Nicea/. Diakses pada 15 Desember 2019 pukul 16:30 WIB) Ibarat panca indra terhadap akal budi. Semua anggota Gereja dipersiapkan dan diarahkan kepada Kristus. Singkat kata, Gereja adalah tempat kita mengenal Roh Kudus.

Daftar Pustaka:

Buku   :

Dister Syukur Nico, Teologi Sistematika 1, (Yogyakarta: Kanisius, 2014).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun