Mohon tunggu...
charles siahaan
charles siahaan Mohon Tunggu... Freelancer - Saya penulis freelance
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Saya penulis freelance

Selanjutnya

Tutup

Money

Bersahabat dengan Tembakau, Eksistensi Tembakau Kokoh Menopang Kehidupan Petani

26 Oktober 2021   16:16 Diperbarui: 16 November 2021   19:39 357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tanaman Tembakau (sumber: Biro Humas Kementan)

Di masa pandemi ini, salah satu komoditas perkebunan yang tidak terlalu terdampak adalah petani tembakau. Hal ini disebabkan para petani itu masih bisa menjalankan usahanya dan memenuhi kebutuhannya. 

Hal mendasar yang membuat kokohnya pengembangan tembakau ini salah satunya karena petani bermitra. Dari kemitraan tersebut, petani akan memiliki jaminan pasar dan modal bisa balik kembali. "Dengan adanya kontrak di awal tahun, petani mempunyai jaminan pasar hingga produksi kami terserap dan ada rupiah yang kami dapatkan," ujar Hamdani, petani tembakau seluas 2 ha dengan jenis tembakau virginia GL 26 H, Desan Padamara Kecamatan Sukamulia Kabupaten Lombok Timur (21/09/2021).

Hamdani menambahkan bahwa ke depannya diharapkan tembakau tetap eksis sehingga bisa terus menopang dan memenuhi kehidupan sehari-hari para petani tembakau.  "Kami mengapresiasi pemberian bantuan dari pemerintah, baik pusat maupun daerah kepada kelompok tani kami melalui dana APBD I seluas 20 ha dengan rincian pupuk KNO3 sebanyak 2 ton, ZK sebanyak 2 ton, dan ZA sebanyak 2 ton, di mana sangat kami butuhkan di masa pandemi saat ini," ujarnya.

Menurut Hamdani, untuk menghasilkan bahan baku kualitas baik, petani memerlukan adanya penambahan sarana produksi. Petani pernah mendapatkan bantuan berupa pupuk dan pestisida namun dirasa masih terbatas. Ke depannya, diharapkan setidaknya dapat memenuhi 50% dari kebutuhan budidayanya, baik alat kultivator, pupuk, bahan bakar, dan lainnya, sehingga petani terbantu dalam menjalankan budidaya tembakau ini agar tersedianya bahan baku yang berkualitas. 

Terkait bahan bakar, Hamdani menuturkan bahwa dalam proses pengeringannya mereka menggunakan oven konvensional dengan bahan cangkang sawit dan kemiri. Untuk satu oven dapat menampung 550 stik atau sekitar 4 ton daun tembakau. "Harapan kami ke depan, semoga pemerintah pusat maupun daerah membantu petani memberikan subsidi bahan bakar sawit, karena dari tahun ke tahun harganya selalu meningkat," katanya.

Untuk dana bagi hasil, Hamdani mengatakan itu merupakan hasil keringat para petani tembakau. Menurutnya, ada tembakau ada cukai, dan kalau tidak ada tembakau maka cukaipun tidak ada. "Kalau boleh jangan 25 persen ke bidang teknis, porsinya diharapkan paling tidak 50 persen. Itu untuk meningkatkan kualitas bahan baku yang baik sesuai norma standar yang mengatur pengembangan tembakau, baik produksi, budidaya, dan lainnya," tukasnya.

Selain itu, kata Hamdani, untuk mendukung pengembangan tembakau yang merupakan komoditas ekspor, para petani juga dituntut untuk paham dan dapat memenuhi syarat standar kebutuhan pasar global, baik dari sisi residu dimana apabila tidak dikembangkan dengan baik dapat membahayakan maupun dari beberapa faktor lainnya. "Untuk itu, petani tembakau memerlukan pelatihan atau bimbingan teknis terkait penerapan budidaya yang baik, dan bimtek pendukung lainnya, demi meningkatkan kemampuan SDM khususnya petani tembakau, sehingga dapat menghasilkan tembakau berkualitas baik dan berdaya saing serta memenuhi standar pasar global," ujarnya.

"Pemerintah harus hadir untuk petani di waktu dan tempat yang tepat. Baik pemerintah pusat maupun daerah seharusnya saling bersinergi membantu petani. Karena tidak dapat dipungkiri, komoditas perkebunan khususnya tembakau telah dan akan terus menopang kebutuhan hidup petani sehari-hari ke depannya," ujar salah satu tim dari Ditjen Perkebunan, Togu Rudianto Saragih, selaku perancang peraturan ahli muda Ditjen Perkebunan Kementan. 

Selanjutnya, Hamdani mengatakan hal yang mendorongnya untuk terus mengembangkan komoditas tembakau adalah karena turun menurun dari keluarganya yang berkomitmen mengembangkan tembakau. Terbukti dari orangtuanya yang berhasil menyekolahkan anak-anaknya, 5 bersaudara, dan bisa membangun rumah. 

Sedangkan dari sisi bisnis, Hamdani mengutarakan keuntungannya lumayan. "Kita kerja cuma 9 bulan, tapi bisa untuk hidup setahun. Kuncinya adalah bermitra. Kalau bertanam tembakau harus bermitra. Jangan tanam tembakau kalau tidak bermitra, digarisbwahi," tandanya kepada tim Ditjen Perkebunan.  (sumber: Biro Humas dan Informasi Publik (HIP), Kementerian Pertanian)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun