Mohon tunggu...
Charles Brahmanta
Charles Brahmanta Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Dengan karya tulis saya akan diingat,melalui sebuah tulisan akan mampu mengungkap tabir kebenaran. Facebook : Charles Sandy Friz Twitter : Charles Friz IG : charlessandyfriz

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kesaksian Wenny Korban yang Selamat dari Tragedi Bom di Surabaya

1 Juli 2018   20:14 Diperbarui: 1 Juli 2018   20:26 963
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wenny korban bom yang selamat, dokpri

Siapa pun yang mengalami kejadian ini pastinya menyisakan kepedihan mendalam. Seperti yang di alami oleh Wenny yang kehilangan kedua anaknya akibat ledakan bom yang terjadi Gereja Santa Maria Tak Becela.

Wenny, dokpri
Wenny, dokpri
Tepat pada hari Jumat tanggal 29 Juni, saya bersama teman-teman Gereja menghadiri acara KRK ( Kebangunan Rohani Katholik ).
Saat Wenny memberi kesaksian, dokpri
Saat Wenny memberi kesaksian, dokpri
Saya berpikir acaranya seperti lazimnya tapi setelah mengikuti ada yang berbeda karena ada kehadiran dari Wenny korban bom yang selamat.
Wenny bersama PDKK YOPEM, dokpri
Wenny bersama PDKK YOPEM, dokpri
Meskipun harus kehilangan kedua anaknya, berikut ini kesaksian Wenny sebelum ledakan terjadi:

"Pada hari minggu tidak memiliki firasat dan tanda-tanda apa pun.

Seperti biasa pergi ke Gereja diantar paman, untuk mengantar ponakan sama yang kecil untuk Sekolah Minggu. Kebetulan Evan sudah di Baptis, jadi saya sama yang besar saja ke Gereja.

Seperti biasa kalau ke Gereja di drop sama paman dan di turunkan di depan pagar Gereja tepatnya di pos satpam. Setelah melewati pos sedikit saya mendengar ada suara berteriak dan memanggil he.he.. entah itu suara satpam atau siapa saya tidak tahu.

Saya sempat menoleh ke belakang dan melihat ada sepeda motor masuk ke Gereja. Posisinya motor kayak remnya blong dan dalam hitungan dua detik, saya toleh kembali dan saya tidak berpikir kalau itu bom. Saya sempat melihat wajah pelaku yang bawa motor, dalam hitungan detik saya toleh kembali dan akan pinggirkan anak saya.

Dan telinga saya sudah tidak mendengar apa-apa cuma ada asap ternyata bomnya sudah meletus. Selanjutnya saya tidak tahu posisi jatuhnya saya, saya coba bangkit berdiri dan mengatakan apa ini? 

Saya sudah tidak perhatikan kondisi saya, dan di kepala saya hanya teringat  akan anak -anak saya. Saya hanya berucap Tuhan Yesus kuatkan saya. Akhirnya saya cari  anak - anak saya.

Puji Tuhan anak -anak saya terpental tidak jauh dari saya. Sehingga saya tidak tidak perlu nyari kemana-kemana. Pada waktu itu saya ambil yang kecil dulu. Selajutnya saya taruh di paha kiri saya dan teringat akan kata-katanya.. Mami sakit mami terus saya bilang sabar tunggu Koko dulu.

Ternyata Kokonya ada di sebelahnya sudah terbaring dan tergeletak. Nathan saya taruh di kiri dan saya mencoba menarik dan mengangkat tapi tidak kuat.

Ketika saya angkat darahnya sudah keluar dari mulut Evan. Waktu itu saya sudah tahu bahwa Evan sudah tidak ada. Pada wakt itu hati saya sudah hilang setengah. Sebelumnya saya sempat melihat ponakan yang sudah buka mata dan saya katakan tunggu.

Setelah itu saya minta tolong pamannya, akhirnya turun dari mobil untuk membantunya. Saya pada waktu itu di antar menggunakan mobil pick up menuju Rumah Sakit.

Saya mau di operasi tapi saya mau lihat kondisi anak saya. Dan pihak medis mengatakan Evan sudah tidak ada. Hal sama ketika saya tanyakan Nathan katanya masih di rawat.

Pada hari Senin saya tetap menanyakan mana anak saya?

Sampai besoknya pada waktu doa Salam Maria dan Rosario bersama Suster. Saya melihat sekilas gambar wajah Evan meskipun saya tidak tahu maksudnya apa.

Sebelum CT Scan sekitar jam tiga saya berdoa kembali bersama Suster dan melihat Nathan membuka pintu dengan baju yang sama saat kejadian.

Senin malam baru tahu kalau Nathan sudah tidak ada. Saya tidak pernah kecewa sama Tuhan, karena Tuhan memberikan yang terbaik buat saya.

Dengan posisi bom yang sedekat itu saya masih punya dua kaki dan lukanya tidak parah di bandingkan korban lainnya. Serta dua anak saya badannya masih utuh semua. Cuma saya kecewa tidak bisa peluk kedua anak saya.

Kalau mau jujur mana ada Ibu sekuat ini. Sudah kehilangan tapi tidak dendam sama pelaku. Wenny cukup butuh waktu dua hari untuk memaafkan pelaku. Bayangkan kalau ini terjadi pada orang lain pastinya akan mengalami stress.

Keimanan dan kepercayaan yang tinggi akan Tuhan yang membuat Wenny selalu sukacita. Oh ya kondisi Wenny belum sembuh seratus persen bahkan ketika akan naik panggung harus di bantu.

Berharap sosok Wenny bisa memberi dan menjadi inspirasi bagi kita semua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun