Ternyata status unggulan tidak selalu menjamin emas. Contoh sebelumnya adalah pasangan ganda campuran Indonesia, Rinov Rivaldy/Pitha Haningtyas Mentari. Unggulan pertama yang diharapkan ikut membantu mewujudkan misi tiga emas gagal melewati hadangan Chen Tang Jie/Peck Yen Wei, 20-22, 21-13, 21-18.
Alhasil, sektor ganda campuran dikuasai Negeri Jiran. Chen/Peck, unggulan keempat sukses menggapai puncak dengan kemenangan rubber game atas unggulan dua, Hoo Pang Ron/Cheah Yee See, 15-21, 21-19, 21-13.
Final sesama rekan senegara tidak hanya terjadi di ganda putra dan ganda campuran. Thailand menunjukkan superioritas di tunggal putra, mulai dari nomor beregu hingga perorangan.
"All Thailand final" antara Pornpawee Chochuwong versus Phittayaporn Chaiwan akhirnya dimeangi pemain yang disebutkan pertama. Unggulan pertama itu menang, 21-14, 21-16.
Sementara itu, Kunlavut Vitidsarn dari Thailand memenangi final impian di tunggal putra. Unggulan kedua ini merebut peluang medali emas dari unggulan teratas, Loh Kean Yew. View, panggilan akrab Kunlavut menang meyakinkan 21-13, 21-13 atas juara dunia 2021 itu.
Kemenangan View tidak hanya membuat Singapura tak kebagian medali emas dan Loh hanya bisa puas dengan medali perak walau menjadi unggulan pertama.
View juga membuat badminton Thailand menorehkan catatan tersendiri pada ajang multievent tingkat ASEAN kali ini.
Thailand yang banyak mengirim pemain bintang di sektor putri berhasil memperbaiki catatan. Edisi sebelumnya mereka hanya meraih satu keping emas yakni dari beregu putri.Â
Dari Hanoi, Negeri Gajah Putih panen emas. Mereka pulang sebagai juara umum dengan empat emas (beregu putra, beregu putri, tunggal putra, dan tunggal putri), lebih dari separuh medali emas yang dipertandingkan.