Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Raket Artikel Utama

Tommy Sugiarto, Gelombang Eksodus Atlet Malaysia, dan Suka Duka Pemain Independen

6 November 2021   08:08 Diperbarui: 10 November 2021   13:07 69330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tommy Sugiarto| Sumber: bwfbadminton.com

Entah mengapa dua pasangan terakhir yang sebenarnya menjadi tumpuan Malaysia memutuskan untuk meninggalkan pelatnas pada tahun ini. Kepergian mereka tentu meninggalkan pekerjaan rumah bagi Federasi Badminton Malaysia (BAM) meski mereka akan tetap membawa nama Malaysia di kancah internasional.

Selain itu, sebagai pemain independen mereka tidak akan mendapatkan hak-hak istimewa layaknya pemain timnas. Setelah bertahun-tahun terbiasa dengan timnas yang mengatur segalanya mulai dari pelatihan, penerbangan, akomodasi, dan sebagainya, kini mereka harus mengaturnya sendiri. Belum lagi soal jaminan hidup.

Di tengah terjangan pandemi yang mengganggu kalender pertandingan internasional, tantangan yang mereka hadapi tentu semakin berat. Minimnya pertandingan membuat keran pemasukan pun semakin sedikit. Bagaimana mereka bisa mengepulkan asap dapur pribadi dan keluarganya?

Patut diakui pandemi Covid-19 yang menyapu semua lini benar-benar menyulitkan kehidupan para pebulu tangkis. Tidak hanya dalam urusan bertanding, dalam hal paling rutin sekalipun pun terkendala. Misalnya, pembatasan penggunaan fasilitas latihan.

Bagi pemain independen yang menumpang di fasilitas pelatihan pihak lain tidak ada pilihan lain selain mengikuti aturan yang berlaku. Begitu juga hambatan untuk menjaga kebugaran di pusat kebugaran.

"Sudah tujuh bulan sejak kami menjadi pemain independen dan kami memiliki MCO (perintah kontrol gerakan) selama tiga bulan, kami tidak diizinkan menggunakan lapangan. Selama periode itu kami hanya berhasil berlatih secara fisik dan tidak di lapangan. Itu cukup sulit. Sebelum datang ke sini kami memiliki persiapan kurang dari dua bulan," curhat Shevon lagi.

Situasi ini tentu berdampak pada kehidupan mereka, terutama memengaruhi penampilan mereka di sejumlah turnamen yang kemudian berhasil diikuti. Minimnya persiapan akan menyulitkan mereka bermain maksimal. BIla sampai tak maksimal maka harapan untuk membawa pulang hadiah pun sirna.

Ganda campuran peraih medali perak Olimpiade Rio 2016, Chan Peng Soon/Goh Liu Ying yang meniti jalur independen: bwfbadminton.com
Ganda campuran peraih medali perak Olimpiade Rio 2016, Chan Peng Soon/Goh Liu Ying yang meniti jalur independen: bwfbadminton.com

Memang tidak semua aspek dari kehidupan pemain independen menyulitkan sang pemain. Ada hal-hal tertentu justru menguntungkan. Salah satunya adalah kebebasan memilih sponsor individu serta kebebasan dalam hal-hal lain seperti soal pelatihan, lapangan, dan perjalanan.

Hanya saja, kebebasan itu tetap memiliki keterbatasan. Setidaknya akan dibatasi oleh berbagai beban finansial dan kelemahan individual. Untuk itu, sebagai pemain independen mereka sangat dituntut untuk disiplin.

Shevon mengakui, "Anda membutuhkan banyak disiplin diri, tidak ada yang mengendalikan kami dan sekarang untuk semua hal ada pada kami sendiri. Jadi terserah kami, bagaimana mengontrol rutinitas harian kami, pelatihan kami, pendanaan kami."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun