Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kembali, Pekan Suci di Kota Reinha Tanpa Prosesi Semana Santa

1 April 2021   17:47 Diperbarui: 3 April 2021   08:48 1394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Larantuka juga dikenal sebagai kota seribu kapela atau gereja kecil: dokpri

Tuan Ma mengacu pada Bunda Maria yang tergambar pada patung seorang wanita dengan wajah tampak bersedih. Sejak dahulu, Bunda Maria telah menjadi ikon kota Larantuka yang dijuluki Kota Reinha (bahasa Portugis) atau Kota Ratu, Kota Maria. Lebih dari itu, devosi kepada Bunda Maria sudah menjadi jantung kehidupan rohani warga setempat.

Selain patung Tuan Ma, prosesi Semana Santa juga tak bisa dipisahkan dari patung Tuan Ana. Tuhan Yesus. Kedua patung ini menjadi pusat perhatian selama prosesi Semana Santa.

Tidak sembarang waktu kedua patung itu bisa ditampilkan kepada publik. Selama setahun, keduanya disimpan dalam peti dan diamankan di kapela tersendiri. Didahului prosesi Muda Tuan Ma yaitu Buka Pintu Kapela Tuan Ma oleh keturunan Raja Larantuka, Don Andreas Martinus DVG.

Selanjutnya, Patung Tuan Ma dimandikan dan dilengkapi busana perkabungan berwarna biru tua. Sementara itu di Kapela Tuan Ana, dilakukan upacara serupa. Patung Yesus dimandikan. Kedua upacara itu digelar pada Kamis Putih.

Warga setempat menyebut Semana Santa sebagai Hari Bae. Kata Semana Santa berasal dari bahasa Portugis.Semana berarti pekan atau minggu dan santa berarti suci. Singkatnya, Semana Santa berarti pekan suci.

Rangkaian acaranya berlangsung seminggu penuh, sejak Minggu Palma hingga Minggu Paskah. Sepanjang pekan itu ada momen-momen penting dengan sejumlah ritual tersendiri seperti "Rabu Trewa", Kamis Putih, Jumat Agung, dan Sabtu Santo.

Berikut beberapa penekanan dari masing-masing hari. Pertama, "Rabu Trewa" ditandai dengan penutupan "mengaji semana santa". Hari itu rangkaian berdoa sambil bernyanyi yang dilakukan sejak Rabu Abu (dimulainya masa pra-Paskah atau masa puasa 40 hari atau 46 hari sebelum Paskah) berakhir.

Sore hari diadakan Lamentasi (ratapan) mengikuti ritus Romawi Kuno. Usai Lamentsai dibuat keributan dengan memekikkan kata "trewa."

Kedua, Kamis Putih ditandai dengan upacara "muda Tuan." Peti berisi patung Tuan Ma dibuka, dibersihkan, dan dimandikan. Selanjutnya didandani dengan busana khusus. Selanjutnya umat diberikan kesempatan untuk menyampaian doa dan intensi-intensi khusus (promesa). Hal serupa dilakukan juga di Kapela Tuan Ana.

Barisan panjang akan tercipta karena ribuan peziarah akan ambil bagian untuk menghadap patung Tuan Ma. Antre sambil berdoa, sampai tiba giliran untuk bersujud dan mencium kaki patung Tuan Ma.

Saat itu bisa dipakai untuk berdoa dan menyampaikan ujud tertentu. Upacara ini memakan waktu yang tidak singkat karena banyaknya peziarah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun