Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Pesona Toma Junior dan Dinasti Popov Mencuri Perhatian di Orleans Masters 2021

28 Maret 2021   21:46 Diperbarui: 29 Maret 2021   00:08 1008
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Toma Junior Popov (kiri) di podium tertinggi Orleans Masters 2021: twitter.com/BadmintonTalk

Orleans Masters 2021, turnamen Super 100 yang baru saja berakhir, menjadi ajang unjuk gigi sejumlah pemain muda Eropa. Tiga dari lima gelar disabet para pemain dari benua biru. Salah satu gelar milik tuan rumah, melalui Toma Junior Popov, kampiun tunggal putra.

Toma jadi juara dengan mengalahkan wakil Eropa lainnya, Mads Christiansen. Mads, pemain muda Denmark menyerah dua game langsung, 23-21 21-13. Kemenangan pertarungan berdurasi 44 menit itu, serentak memperpanjang catatan keunggulan Toma atas Mads menjadi 2-0.

Orleans Masters, walau melupakan level bawah, tetap menarik perhatian. Sejumlah pemain top Asia pun ambil bagian. Turnamen ini berhasil digelar di tengah minimnya kompetisi di masa pandemi.

Setelah Leg Asia, tiga turnamen awal tahun (Yonex Thailand Open, Toyota Thailand Open, dan BWF World Tour Finals 2021) yang berhasil digelar setelah vakum turnamen selama delapan bulan, tidak banyak turnamen yang kemudian berhasil digelar. Orleans Masters menjadi satu dari sedikit itu.

Indonesia juga memanfaatkan turnamen ini sebagai kesempatan mengasah para pemain muda. Sekitar 15 pebulutangkis dikirim untuk berlaga di Stadion Palais des Sports, Prancis. Sayangnya, pencapaian terbaik wakil Merah Putih adalah menjadi semifinalis. Dua pasangan ganda, masing-masing dari ganda putra dan ganda campuran tak bisa mencapai final.

Sabar Karyaman Gutama/Moh. Reza Pahlevi Isfahani menyerah dari pasangan muda Inggris, Ben Lane/Sean Vendy. Ben/Sean kemudian menjadi jawara ganda putra dengan mengalahkan wakil India, Krishna Prasad Garaga/Cishnu Vardhan Goud Panjala.

Zachariah Josiahno Sumanti/Hediana Julimarbela juga takluk dari pasangan Eropa. Unggulan tujuh dari Denmark, Mathias Christiansen/Alexandra Bje berhasil meredam Zachariah/Hediana sekaligus menciptakan "All Danish Final" menghadapi Niclas Nohr.Amalie Magelund. Sebagai yang diunggulkan, Mathias/Alexandra tak membuang kesempatan dan status itu untuk meraih trofi berbekal kemenangan dua game langsung, 13-21 17-21.

Satu-satunya negara Asia yang berhasil meraih gelar adalah Thailand. Negeri Gajah Putih meraih dua gelar lainnya. Jongkolphan Kititharakul/Rawinda Prajongjai berhasil menaklukkan Gabriela Stoeva/Stefani Stoeva.

Final ideal di ganda putri dimenangkan pasangan Thailand, unggulan pertama: twitter.com/BadmintonTalk
Final ideal di ganda putri dimenangkan pasangan Thailand, unggulan pertama: twitter.com/BadmintonTalk

Ini menjadi pertarungan antara dua unggulan teratas yang sebelumnya sudah enam kali saling berhadapan. Sebagai unggulan pertama, Jongkolphan/Rawinda berhasil mengunci pertandingan hanya dalam dua game, 21-16 21-16.

Kemenangan berdurasi 43 menit itu sekaligus memperkecil ketertinggalan dalam skor "head to head" setelah kalah empat kali menjadi 3-4.

Gelar lainnya bagi Thailand disumbangkan pemain berpengalaman, Busanan Ongbamrungphan. Pemain 25 tahun itu sempat mendapat perlawanan ketat dari pemain muda Denmark, Line Christophersen.

Busanan, berperingkat 13 dunia, mampu menyingkirkan juniornya, Pornpawee Chochuwong di semi final, harus berjuang tiga game untuk menutup pertandingan terpanjang di partai final ini dengan skor 16-21 21-15 21-19.  

Busanan menjadi yang terbaik di tunggal putri Orleans Masters 2021: twitter.com/BadmintonTalk
Busanan menjadi yang terbaik di tunggal putri Orleans Masters 2021: twitter.com/BadmintonTalk

Dengan tanpa mengecilkan prestasi para pemain lain, pencapaian Toma patut digarisbawahi untuk beberapa alasan berikut. Pertama, Toma kelahiran Bulgaria 22 tahun silam, berhasil membuktikan diri sebagai yang terbaik di tunggal putra dengan melewati sejumlah rintangan berat.

Salah satu tantangan pelik yang berhasil ia lewati adalah saat mengalahkan unggulan pertama asal India, Kidambi Srikanth. Kidambi adalah pemain berpengalaman. Tidak hanya usia, tetapi juga jam terbang. Dibanding para kontestan lain, ia pantas dijagokan. Sayangnya, status unggulan pertama sama sekali tak menjamin Kidambi bisa dengan mudah mencapai klimaks.

Langkah Kidambi kemudian dihentikan Popov di perempat final. Pemain yang pernah bertengger di peringkat satu dunia selama beberapa pekan pada akhir Desember 2020 tak mampu meladeni semangat dan determinasi Popov. Pertandingan pun hanya berlangsung 41 menit dengan skor akhir 21-19 21-17.

Sebelum Kidambi, Popov lebih dahulu menghentikan wakil India lainnya di pertandingan kedua. Kashyap Parupalli, pemain India paling senior saat ini tak berkutik. Kashyap yang kini berusia 34 tahun takluk straight set 21-7 dan 21-17.

Pesona Popov di kandang sendiri semakin terlihat. Setelah membungkam unggulan pertama, Toma membuat pemain 19 tahun asal Thailand, Kunlavut Vitidsarn harus menyerahkan tiket final kepadanya. Sebelum itu, kedua pemain itu memberikan tontonan menarik dalam duel rubber set berdurasi lebih dari satu jam dengan skor akhir, 21-17 9-21 21-11.

Mengacu statistik yang dibeberkan @BadmintonTalk, sejak menapaki level senior, Toma Junior Popov belum pernah kalah. Sembilan partai final dengan sembilan gelar juara. Hasil sempurna, tentu saja.

Patut diakui Toma Junior mengukir catatan impresif itu di turnamen dengan level dan tingkat persaingan yang belum melibatkan seluruh pemain terbaik di sektor tersebut. Namun, hasil tersebut menunjukkan, Toma Junior tidak hanya memiliki mental yang baik, tetapi juga potensi untuk menjadi lebih baik.  

Dinasti Pebulutangkis

Kedua, Toma Junior Popov sebenarnya tidak lahir dari kekosongan. Ia memiliki bakat yang diturunkan dari sang ayah, Toma Popov. Toma senior merupakan mantan pemain dan pelatih badminton Bulgaria. Sekitar hampir dua dekade lalu, keluarga Popov ini hijrah ke Prancis. Hingga sekarang mereka tercatat sebagai bagian dari bulutangkis Prancis.

Menariknya, Toma Popov memiliki tiga putra yang diarahkan untuk mengikuti jejaknya. Toma Popov mengambil alih seluruh proses pembinaan anak-anaknya. Selain menjadi pelatih bagi mereka, ia juga melengkapi anak-anaknya dengan fasilitas memadai, mulai dari staf pelatih hingga lapangan yang baik.

Ketiga anak, Toma Junior Popov, Christo Popov, hingga anak bungsu Boris, seakan menerima garis hidup tersebut. Mereka pun tak kesulitan untuk mengikuti jejak sang ayah untuk ambil bagian dalam menenun dinasti bulutangkis keluarga Popov.

Toma Popov senior menjadi pelatih bagi anak-anaknya: https://bwfbadminton.com/
Toma Popov senior menjadi pelatih bagi anak-anaknya: https://bwfbadminton.com/

Seperti buah yang tak jauh dari pohon, selain memiliki bakat, tempaan Toma senior membuat kedua anak pertama mulai memperlihatkan hasil. Nama Toma Junior dan Christo tak lagi dipandang sebelah mata, terutama di kelas junior.

Menariknya, Toma Junor dan Christo tidak hanya memilih jalan sendiri-sendiri sebagai pemain tunggal. Keduanya pun kompak menjadi sepasang pemain ganda putra.

Lebih menariknya lagi, langkah mereka seiring sejalan di arena juga mewujud prestasi. Ada beberapa prestasi patut diangkat, sekaligus menjadi catatan penting dalam perjalanan karier mereka.

Sebagai pasangan ganda putra, mereka memenangkan Bulgarian Open Championship 2018 dan medali perak Italian International 2019.

Setahun sebelum itu, keduanya mengukir hasil impresif di Kejuaraan Junior Eropa. Mereka menyabet tiga medali emas. Masing-masing di tunggal putra yang dimenangkan Toma, ganda putra Toma-Christo, dan beregu putra.

Tidak hanya di level Eropa. Keduanya sudah mulai melebarkan sayap ke kancah dunia. Salah satu pencapaian terbaik terjadi di Kejuaraan Dunia Junior 2019. Christo menjadi satu-satunya pemain Eropa yang bisa bersaing dengan para pemain muda Asia.

Christo mengguncang dunia dengan lolos ke final tunggal putra. Sayangnya, di partai final di Gymnastic Centre, Kazan, Rusia, Christo menyerah dua game langsung dari Kunlavut Vitidsarn, 21-8, 21-11. Patut diakui, pemain Thailand itu memang paling menonjol dengan dua gelar serupa yang diraih beruntun untuk melengkapi "hat-trick" juara dunia.

Christo Popov (kiri) dan Toma Popov berpartner di ganda putra: https://bwfbadminton.com/
Christo Popov (kiri) dan Toma Popov berpartner di ganda putra: https://bwfbadminton.com/

Bukan hal aneh

Berasal dari keluarga bulutangkis di negara yang tidak memiliki akar tradisi dan prestasi olahraga tersebut. Bertekun dengan segala tekad dan mencurahkan segenap sumber daya untuk tetap mendekatkan diri dengan bulutangkis dari generasi ke generasi. Lantas, bersikukuh menjaga semangat kompetitif dan menceburkan diri dari kompetisi ke kompetisi, tak peduli siapa lawan mereka.

Itulah realitas keluarga Popov. Sesuatu yang sempat terlihat aneh. Namun hal yang tampak anomali itu semakin ke sini semakin terlihat normal. Bulutangkis Eropa semakin menggeliat, dengan nama Popov bersaudara yang semakin dikenal. Bila sebelumnya Eropa dikenal karena Denmark, kini Prancis, Rusia, hingga Bulgaria sudah masuk hitungan.

Selain itu, dinasti bulutangkis bukan fenomena asing. Bila Popov adalah pengecualian dalam konteks Eropa, tidak demikian Asia umumnya dan Indonesia khususnya. Indonesia merupakan salah satu negara yang tak pernah habis melahirkan para pemain bulutangkis kaliber dunia.

Beberapa keluarga pebulutangkis bisa disebut. Rudy Hartono, pemilik gelar juara tunggal putra All England terbanyak, berayahkan pemain bulutangkis yakni Zulkarnain Kurniawan alias Nio Siek In dan seluruh adiknya pun mengikuti jejaknya. Mereka adalah Utami Dewi, Eliza Laksmi Dewi, Freddy Harsono, Diana Veronica, dan Tjosi Hartanto. Begitu juga kakak Rudy, Megah Inawati dan Megah Idawati yang merupakan mantan pemain nasional.

Generasi lebih kemudian ada Mainaky bersaudara. Keluarga asal Ternate, Maluku Utara ini dikenal luas sebagai pemain jempolan pada masanya. Kini mereka dikenal sebagai pelatih bertangan dingin yang sudah mencetak deretan pemain kelas dunia.

Richard Leonard Mainaky, Rionny Frederik Lambertus Mainaky, Rexy Ronald Mainaky, Marleve Mario Mainaky, dan Karel Leopold Mainaky yang mewarisi darah bulutangkis dari Jantje Rudolf Mainaky.

Beberapa nama di atas bisa digarisbawahi. Rionny Mainaky, mantan pelatih timnas Jepang yang kini menangani tunggal putri Indonesia, merangkap Kabid Binpres PBSI. Lalu Richard Mainaky, walau tak terlalu gemilang sebagai pemain, tetapi mampu "melahiran" pasangan juara Olimpiade seperti Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir.

Sementara itu Rexy, hampir seimbang prestasinya sebagai pemain dan pelatih. Berjaya sebagai pemain tunggal putra dan kini menjadi sosok penting di barisan pelatih timnas Thailand.

Selain dua dinasti di atas, masih ada keluarga Sugiarto. Mulai dari Harjo Sudarmo dan Ciptaningsih yang melahirkan Icuk Sugiarto. Selanjutnya, Icuk menurunkan bakat tersebut kepada ketiga anaknya yakni Natassia Octaviani Sugiarto, Tommy Sugiarto, dan Jauza Fadhilla Sugiarto. Pemain yang disebutkan terakhir adalah bagian dari kekuatan Pelatnas PBSI saat ini.

Alarm keluarga Popov

Saat ini peringkat Toma Junior di tunggal putra ada di urutan 47. Di posisi yang sama namanya dan adiknya, Christo berada di daftar ganda putra. Bisa dipastikan dengan mendapat tambahan 5,500 poin dari Orleans Masters, posisi Toma Junior akan terdongkrak.

Sementara itu ranking tunggal putra Christo tertinggal dari sang kakak. Christo masih berada di posisi ke-70. Namun demikian, dengan potensi yang dimiliki, bukan tidak mungkin, Christo bisa memperbaiki posisi.

Gelar juara Toma Popov sekaligus menunjukkan bahwa apa yang tidak mungkin menjadi mungkin. Christo boleh saja gagal berjaya di Kejuaraan Dunia Junior dua tahun silam. Namun kini sang kakak sudah bisa mengalahkan sang penakluk untuk mendekatkan diri dengan gelar juara di kelas utama.

Patut diakui nasib Christo di kandang sendiri kali ini tak sebagus kakaknya. Di sektor tunggal putra, langkahnya dihentikan Joran Kweekel asal Belanda. Sementara itu, di nomor ganda, kakak beradik ini hanya sanggup berkiprah hingga perempat final.

Ranking dunia Toma Popov sebelum final Orleans Masters 2021: https://bwfbadminton.com/
Ranking dunia Toma Popov sebelum final Orleans Masters 2021: https://bwfbadminton.com/

Asa mereka ke babak semi final pupus di hadapan pasangan India, Krishna Prasad Garaga/ Vishnu Vardhan Goud Panjala. Namun begitu, mereka mampu memaksa pertandingan berlangsung tiga game, 21-17 10-21 22-2.

Christo yang lebih dulu tersingkir masih tetap berkecimpung di turnamen itu dengan menjadi komentator. Tentu, Christo bisa lebih leluasa menikmati penampilan sang kakak dari luar lapangan sambil memberikan komentar. Sayangnya, saya tak terlalu menguasai bahasa Prancis, makanya tak bisa menangkap seperti apa isi komentar Christo, terutama pada sepak terjang saudara dan ayahnya.

Secara keseluruhan dengan usia yang masih muda, mereka masih memiliki kesempatan luas untuk mematangkan diri. Usia Toma 22 tahun dan sang adik 18 tahun masih memungkinkan mereka untuk menjadi lebih baik.

Seiring tempaan di arena latihan dari sang ayah dan di gelanggang pertandingan di berbagai level turnamen, memetik hasil hanya soal waktu dan kesabaran.

Orleans Masters 2021 menjadi alarm bagi dunia bulu tangkis bahwa dinasti Popov kini sudah siap bersaing. Bunyi peringatan itu sekiranya terdengar sampai ke Indonesia.

Flicitation Toma!!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun