Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Babak Belur di 3 Seri Thailand, Saatnya Bulu Tangkis Indonesia Menatap Swiss Open

3 Februari 2021   16:07 Diperbarui: 4 Februari 2021   07:46 404
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan: badmintonindonesia.org

Pasangan senior yang sudah lewat kepala tiga harus berjibaku menghadapi pasangan dari negara lain yang jauh lebih muda. Pada akhirnya keduanya harus menyerah dari Lee Yang/Wang Chi Lin, yang kemudian meraih hat-trick gelar. Tenaga, semangat, teknik, hingga mental pasangan Taiwan itu begitu mengagumkan.

Sumber: badmintonindonesia.org
Sumber: badmintonindonesia.org

Dominasi satu negara juga terjadi di sektor ganda campuran.  Dechapol Puavaranukroh/Sapsiree Taerattanachai masih terlalu tangguh bagi lawan-lawannya. Tidak terkecuali bagi Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti. Praveen/Melati belum bisa mengulangi pencapaian di final All England 2020. Pasangan Thailand itu berhasil balas dendam, sekaligus menegaskan dominasi mereka di tiga seri perdana.

Di sektor tunggal, patut diakui Denmark begitu digdaya. Dua seri pertama dikunci oleh Viktor Axelsen. Sementara itu di panggung WTF, giliran pemain muda, Anders Antonsen yang mengambil podium tertinggi. Itu pun setelah berjuang keras menghadapi Axelsen.

Tunggal putra terbaik Indonesia, Anthony Sinisuka Ginting belum mampu melewati hadangan para unggulan lainnya seperti Chou Tien Chen dan Axelsen. 

Harapan agar Ginting bisa langsung terbang tinggi di Thailand tak tercapai. Ginting hanya mampu mencapai semi final di pekan pertama, rontok di babak kedua di pekan berikutnya, dan dua kali kalah di penyisihan grup WTF.

Sektor tunggal putri lebih terengah-engah saat undian mempertemukan mereka dengan para unggulan. Gregoria Mariska Tunjung hanya mampu berkiprah hingga babak kedua di pekan kedua. Ia masih belum bisa meladeni Tai Tzu Ying. Sementara itu Tai, unggulan pertama lolos ke final dalam dua pekan pertama, namun pada akhirnya harus menyerahkan gelar juara kepada Marin.

Pemain nomor satu dunia itu baru bisa melancarkan pembalasan kepada Marin saat mereka kembali bertemu di final WTF. Patut diakui permainan Marin begitu bagus setelah mengalami tahun yang sulit sebelumnya. 

Sementara itu Tai baru bisa mendapatkan kembali magis dan performa terbaik saat berduel dengan Marin di final pekan ketiga. Bisa dibayangkan bagaimana nasib para pemain putri Indonesia bila berhadapan dengan Marin di dua pekan pertama, atau berjumpa Tai di pekan ketiga.

Kita tentu beruntung memiliki The Daddies dan Greysia/Apri yang bisa sedikit menjaga muka kita di Thailand. Greysia/Apri bisa bersaing dengan para pemain Korea Selatan yang begitu digdaya. Setelah kehilangan gelar di pekan pertama, para pemain Negeri Ginseng langsung menebusnya di dua pekan berikutnya. Bayangkan, all Korean final terjadi dua pekan beruntun berikutnya.

Sumber: badmintonindonesia.org
Sumber: badmintonindonesia.org

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun