Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Raket Artikel Utama

Hendra/Ahsan Antiklimaks, Antonsen Juara dan Revans Manis Tai Tzu Ying

31 Januari 2021   20:37 Diperbarui: 1 Februari 2021   08:32 891
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan runner-up WTF 2020: badmintonindonesia.org.

Tanpa China dan Jepang, dua kekuatan bulu tangkis dunia, para pebulu tangkis Korea Selatan, Denmark hingga Taiwan unjuk gigi. Tiga seri perdana kalender BWF World Tour 2021 menjadi panggung bagi para pebulu tangkis dari negara Asia Timur dan Eropa itu.

Lee Yang/Wang Chi-Lin, ganda putra Taiwan, sukses mengunci tiga seri Thailand dengan hat-trick gelar. Gelar ketiga diraih usai mengalahkan Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan di final BWF World Tour Finals (WTF) 2020, Minggu (31/1/2021).

Lee/Wang mampu mengatasi idola mereka dalam dua game, 21-17 23-21. Ini menjadi kemenangan kedua di Impact Arena, Bangkok, sekaligus memperkecil ketertinggalan dalam skor head to head menjadi 4-6.

Lee/Wang, ranking tujuh BWF, yang begitu digdaya dua pekan terakhir sempat goyang di semifinal. Adalah pasangan Inggris, Ben Lane/Sean Vendy hampir membuat kejutan dalam duel straight set 22-20 dan 21-17 itu.

Sementara itu The Daddies justru tampil ciamik saat menjinakkan pasangan muda Korea, Choi Solgyu/Seo Seung Jae. Tiga kekalahan terakhir dibayar tuntas dengan kemenangan dua game, 23-21 21-13 dalam tempo 34 menit.

Ekspresi pasangan Taiwan usai mengalahkan The Daddies di final WTF 2020: https://twitter.com/BadmintonTalk
Ekspresi pasangan Taiwan usai mengalahkan The Daddies di final WTF 2020: https://twitter.com/BadmintonTalk

Ternyata, Lee/Wang mampu mendapatkan kembali performa terbaik di partai final. Meski The Daddies sempat memberikan perlawanan di game kedua, jawara Yonex dan Toyota Open itu akhirnya bisa mengunci pertandingan hanya dalam dua game.

Kita tentu menyayangkan situasi di game kedua yang sedianya bisa menjadi titik balik The Daddies. Sempat memimpin 14-11, lantas tetap unggul dalam kedudukan 20-19, namun pasangan muda itu berhasil berbalik unggul hingga mengunci kemenangan. 

Juara All England dua kali itu tampak bermain antiklimaks: terlambat panas dan bermain tak senyaman hari sebelumnya.

"Mereka hari ini bermain bagus, kami tidak sempat menerapkan pola permainan kami. Mereka juga tenaganya lebih besar," aku Hendra usai laga kepada Badminton Indonesia.

Patut diakui, Lee/Wang memiliki kecepatan dan kekuatan yang jadi senjata utama mereka. Di usia The Daddies yang sudah lewat kepala tiga, sempat membuat lawan kerepotan patut digarisbawahi. 

Bila hari ini ada di periode 2013-2016 jalan cerita tentu berbeda. Bisa tetap bersaing di level atas dengan para pemain yang jauh lebih mudah pasca lewat periode emas membuat Hendra/Ahsan pantas disebut legenda.

Terlepas dari itu, Lee/Wang memang patut naik ke podium utama, tempat yang sebenarnya ingin dipijaki The Daddies untuk melengkapi back to back edisi sebelumnya. Pasangan 25 dan 26 tahun itu sedang berada dalam puncak performa.

Lee/Wang kini benar-benar menjadi ancaman baru sektor ganda, termasuk bagi Marcus Gideon/Kevin Sanjaya. Kita pasti tak sabar melihat pasangan yang baru menorehkan sejarah bagi ganda putra Taiwan di level elit-sejajar dengan Tai Tzu Ying-menghadapi The Minions, bukan?

Revans manis 

Gelar juara Lee/Wang diikuti Tai Tzu Ying di sektor tunggal putri untuk menjadikan Taiwan sebagai salah satu penguasa di WTF kali ini. Tai menunjukkan kualitasnya sebagai ratu bulu tangkis dunia.

Bertemua Carolina Marin di pertandingan ke-18 menjadi sebuah laga klasik. Apes di dua pekan sebelumnya membuatnya harus menyerahkan medali emas Yonex dan Toyota Thailand Open kepada Marin. Saat itu, Tai memang tampil di bawah standar permainan terbaiknya.

Titik balik Tai sebagai tunggal nomor satu dunia terjadi di saat yang tepat. Tertinggal 14-21 di game pertama, Tai hanya memberi delapan poin kepada Marin di game kedua. Di set penentuan, Tai sempat tertinggal, 15-17 dari peraih medali emas Olimpiade Rio 2016.

Walau gagal meraih gelar ketiga, Marin (kostum putih) tetap tersenyum di samping sang juara WTF 2020:https://twitter.com/BadmintonTalk
Walau gagal meraih gelar ketiga, Marin (kostum putih) tetap tersenyum di samping sang juara WTF 2020:https://twitter.com/BadmintonTalk

Tai Tzu Ying bukanlah pemain yang bisa menyerah begitu saja. Saat-saat krusial seperti itu, Tai Tzu Ying menunjukkan keunggulannya. Ketenangan dan kejeliannya mengeksploitasi titik lemah Marin patut diacungi jempol. 

Sejumlah pukulan lob ke sudut terjauh dan sesekali memberikan dropshot tipis berhasil mengantarnya lebih dulu meraih poin ke-21.

Sebuah revans yang manis untuk menggagalkan Marin meraih hat-trick di awal tahun. Sebaliknya, mengantar pemain bertinggi 1,62 m itu ke dalam kelompok elit bersama Ahsan/Hendra, Mathias Boe/Carsten Mogensen, Wang Xiaoli/Yu Yang, Joachim Nielsen/Christinna Pedersen, dan Zhang Nan/Zhao Yunlei sebagai pemilik tiga gelar Super Series atau World Tour Finals.

"Akhirnya, saya menang. Ketika saya bisa tetap tenang dan sabar, saya bisa memenangkan pertandingan. Pada akhirnya itu adalah pertandingan yang ketat dan saya lelah dan bahagia di saat yang sama," ungkap Tai dalam sesi wawancara usai laga kepada BWF.

Dengan usia yang baru menginjak 26 tahun, ia sangat berpeluang untuk menyamai bahkan melampaui catatan Lee Chong Wei dengan empat gelar bergengsi itu. 

Untuk sampai ke sana, ia masih tetap harus melewati hadangan Marin, berikut para pemain China dan Jepang yang tak ambil bagian kali ini. Tak terkecuali, para "rising star" seperti An Se-young (Korea) dan Pornpawee Chochuwong (Thailand).

Dominasi Korea dan Denmark

Bila Taiwan pulang dengan dua gelar, Korea Selatan dan Denmark sudah lebih dulu mengunci masing-masing satu gelar. All Korean dan All Denmark finals terjadi di sektor ganda putri dan tunggal putra.

Pertemuan Lee So-Hee/Shin Seung Chan versus Kim So Yeong/Kong Hee Yong merupakan partai ulangan final pekan lalu. Saat itu, pasangan yang disebutkan kedua menang mudah 18-21 19-21. Namun situasi berbalik kali ini.

Lee/Shin tampil mati-matian untuk membendung smes keras rekan senegaranya itu. Tertinggal di game pertama, unggulan empat ini berusaha memanfaatkan momentum di game kedua. 

Usai terlibat laga sengit, Lee/Shin terlihat lebih percaya diri di set penentuan. Kemenangan 15-21 26-24 21-19, membuat podium tertinggi berganti ditempati Lee/Shin.

Duo ganda putri Korea Selatan di podium WTF 2020: https://twitter.com/BadmintonTalk
Duo ganda putri Korea Selatan di podium WTF 2020: https://twitter.com/BadmintonTalk

Ini menjadi pencapaian terbaik pasangan empat BWF itu, sekaligus menjadi pasangan ganda putri Korea pertama yang menjadi juara World Tour Finals. Sebenarnya mereka nyaris mengukir sejarah itu tahun 2018 silam. 

Sayangnya, Misaki Matsutomo/Ayaka Takahashi masih terlalu tangguh bagi mereka kala itu. Pasangan Jepang itu pun sukses menjadi juara.

Sementara itu, derbi Denmark di tunggal putra dimenangkan Anders Antonsen. Pemain muda ini berhasil mengalahkan seniornya Viktor Axelsen. 

Kemenangan 16-21 21-5 17-21 pada pertandingan berdurasi satu jam, menjadi gelar WTF pertama bagi pemain 23 tahun itu. Sekaligus meruntuhkan kedigdayaan Axelsen di panggung Impact Arena yang dikuasainya selama dua pekan terakhir.

Juga menghentikan catatan 379 hari tak terkalahkan Axelsen, setelah terakhir kali takluk dari Anthony Ginting di Indonesia Masters tahun lalu.

Terlepas dari kemenangan Antonsen untuk menjadikan skor pertemuan senior-junior itu menjadi 3-3, Denmark, seperti Korea selatan di ganda putri, begitu dominan di awal tahun. Tiga seri beruntun, partai final tunggal putra dikuasai para pemain Nordik itu.

Viktor Axelsen (biru) harus rela memberi gelar WTF kepada juniornya: https://twitter.com/BadmintonTalk
Viktor Axelsen (biru) harus rela memberi gelar WTF kepada juniornya: https://twitter.com/BadmintonTalk

Mereka bergiliran mengirim pemain senior dan junior ke laga pamungkas. Pekan lalu, Hans-Kristian Solberg Vittinghus, pemain veteran 35 tahun yang menghadapi Axelsen. Ini tentu menjadi sebuah pencapaian fenomenal yang cukup membuat para pemain tunggal Indonesia tertohok.

Jaga muka Thailand

Tampil berdarah-darah, Dechapol Puavaranukroh/Sapsiree Taerattanachai berhasil naik podium juara. Pasangan ganda campuran tuan rumah ini memenangkan reuni tiga pekan beruntun atas Seo Seung Jae/Chae Yu Jung asal Korea.

Sempat mendapat tekanan dari wakil Negeri Ginseng di set kedua, pasangan ranking tiga dunia kembali ke performa terbaik di set penentuan. Sejak awal mereka langsung tancap gas. Keduanya hanya memberi dua poin kepada lawan saat jeda interval pertama. Laga berdurasi 57 menit berakhir dengan skor 21-18 8-21 21-8.

Dechapol/Sapsiree juara ganda campuran WTF 2020, ini gelar pertama mereka dan Thailand di ajang itu: https://twitter.com/BadmintonTalk
Dechapol/Sapsiree juara ganda campuran WTF 2020, ini gelar pertama mereka dan Thailand di ajang itu: https://twitter.com/BadmintonTalk

Patut diakui performa pasangan ini cukup konsisten sejak seri pertama. Hal ini tidak lepas dari permainan apik dan padu senior-junior yang mereka peragakan. Sementara itu di laga ini, kedua pemain itu patut mendapat kredit tambahan.

Dechapol, bertinggi badan 1,68 m, giat melancarkan smes keras dan menjangkau setiap sudut lapangan dengan cekatan. Penguasaan lapangan peraih medali emas ganda putra Kejuaraan Junior Dunia BWF 2014 sangat bagus. Ia mampu menutup celah yang ditinggalkan seniornya.

Sementara itu, Sapsiree sukses menjadi mentor yang baik. Kematangan sosok yang juga bermain di ganda putri ini, membantu Dechapol untuk bisa mengatasi setiap tekanan. Ia pun membantu Dechapol bisa mengeluarkan setiap senjata andalan dengan pancingan-pancingan akurat kepada lawan.

Tidak hanya itu, wanita 28 tahun itu, menunjukkan teladan bagaimana berjuang sehabis-habisnya dan sehormat-hormatnya. Di game pertama, ia harus berjibaku menjangkau kok hingga jarinya berdarah. Kucuran darah sampai menetesi Impact Arena. Ia sempat tak acuh meminta bantuan dokter. Ia tahu mereka sedang memimpin dan tak mau laju positif terjeda. Dua angka lagi mereka menutup game pertama.

Bagi Dechapol/Sapsiree kemenangan ketujuh dari 10 pertemuan dengan pasangan Korea hari ini memberikan banyak arti. Ini hasil sempurna mereka sejak turnamen pertama. 

Tiga gelar mereka rengkuh, sekaligus menjaga muka tuan rumah yang sudah berhasil menjadi penyelenggara tiga turnamen Super 1000 sekaligus di tengah besarnya tantangan pandemi Covid-19. 

Nama pasangan yang akan naik ke ranking dua BWF ini pun akan masuk dalam buku sejarah bulu tangkis Negeri Gajah Putih: pemain atau pasangan pertama yang berjaya di WTF.

Kombinasi pemain senior dan junior yang apik. Tentu kita teringat sosok Liliyana Natsir. Foto Dechapol/Sapsiree: https://twitter.com/BadmintonTalk
Kombinasi pemain senior dan junior yang apik. Tentu kita teringat sosok Liliyana Natsir. Foto Dechapol/Sapsiree: https://twitter.com/BadmintonTalk

Setelah berakhirnya tur Thailand, kita masih harus menanti hampir satu bulan untuk turnamen berikutnya. Swiss Open baru akan berlangsung pada 2-7 Maret 2021 mendatang. Tim Indonesia sudah mengumumkan daftar pemain di turnamen Level Super 300 itu.

Hanya saja dari 17 pemain yang didaftarkan, tidak ada nama tiga pasangan terbaik ganda putra: Minions, Daddies, dan Fajar/Rian. Persaingan juga tak begitu ketat karena Jepang dan China kembali memilih tak ambil bagian dalam turnamen kualifikasi Olimpiade Tokyo itu.

Terima kasih Thailand!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun