Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Raket Artikel Utama

Klimaks Penantian 37 Tahun Tim Uber Jepang dan Pelajaran untuk Kita

26 Mei 2018   18:02 Diperbarui: 27 Mei 2018   23:21 2398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para pemain putri Jepang bersama Jeremy Gan, sang pelatih dan trofi Piala Uber (@Antoagustian)

Meski telah berjuang "all out", Busanan, berperingkat 22 tahun itu masih terlalu tangguh. Busanan menegaskan diri sebagai salah satu pemain dengan pengalaman dan mental teruji. Ia belum pernah kalah ketika dimainkan sebagai tunggal ketiga di turnamen beregu sejak level junior.

Di balik sepak terjang Tim Uber Indonesia kali ini ada beberapa catatan yang bisa dikedepankan. Pertama, secara potensi para pemain Indonesia tak kalah dengan para lawan. Namun mental bertanding masih menjadi kendala. 

Sebagai contoh di partai ketiga babak delapan besar. Della dan Rizki tak mampu keluar dari tekanan dan terbawa permainan lawan. Di pihak lain seperti evaluasi pelatih ganda putri, Eng Hian, konsistensi anak asuhnya masih menjadi persoalan.

"Pada saat mereka bisa bermain dengan cukup bagus, itu grafiknya bisa di angka 9 atau 10. Tapi saat mereka tidak bermain bagus, bisa turun sampai di angka 2," ungkap Eng Hian kepada badmintonindonesia.org.

Persoalan utama tidak pada teknik, tetapi mental. Keduanya tak mampu menghadapi tekanan dan mengubah pola permainan. Bisa jadi tekanan besar yang dialami membuat mereka gagal menampilkan permainan terbaik. Ekpektasi besar yang dibebankan kepada mereka justru berakhir petaka.

Kedua, dari materi pemain yang ada pencapaian ini sudah maksimal. Bahkan ada pemain muda yang mampu mencuri perhatian. Dia adalah Gregoria Mariska.

Pemain 18 tahun ini bermain baik sepanjang turnamen. Menghadapi Nichaon di perempat final, Jorji menunjukkan semangat juang tinggi. Ia menutup kemenangan dua game langsung dengan aksi ciamik. Pemain kelahiran Wonogiri itu mampu membalikkan bola meski sudah berada dalam posisi sulit. Nichaon hanya bisa melongo tak percaya.

Kemenangan atas Nichaon melengkapi hasil sempurnanya di Piala Uber kali ini. Ia sukses meraih empat kemenangan, termasuk mengalahkan tiga pemain dengan rangking yang lebih tinggi. 

Gregoria Mariska (badmintonindonesia.org)
Gregoria Mariska (badmintonindonesia.org)
Konsistensi Jorji mengingatkan kita pada An Se Yeong, pemain muda Korea Selatan. Pemain junior kelahiran 2002 itu kembali menjadi penentu kemenangan tim saat menghadapi Kanada. Kemenangan atas Britney Tam, 21-13, 19-21, 21-11 hari ini mengantar negaranya ke semi final.

Selain Jorji, potensi Ruselli pun harus terus dirawat. Di samping itu memaksimalkan sektor ganda sebagai harapan menyumbang poin.

Banyak pekerjaan rumah menanti setelah kejuaraan dua tahunan ini. Skuad Indonesia yang didominasi pemain muda ini harus terus diasah tidak hanya teknik tetapi juga mental. Mereka harus lebih banyak diorbitkan untuk bersaing di turnamen level atas. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun