Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Menanti Sentuhan Sang Jenderal pada Bulu Tangkis Indonesia

1 November 2016   17:24 Diperbarui: 1 November 2016   18:22 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sektor putra regenerasi bulu tangkis Merah Putih sedikit lebih baik meski belum menunjukkan hasil memuaskan. Meski telah mengular, konsistensi para penerus Hendra Setiawan dan Mohammad Ahsan, ganda senior terakhir dan terbaik yang baru saja bercerai, belum cukup meyakinkan. Angga Pratama/ Ricky Karanda Suwardi serta Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo, dua pasangan dengan peringkat terbaik saat ini, belum cukup konsisten.

Indonesia seakan terjebak dalam perangkap sebagai pemasok para pemain ganda semata, hal mana menunjukkan bahwa sektor tunggal kita masih tertatih-tatih. Thailand sendiri justru maju pesat di sektor tunggal. Seperti sektor tunggal putri, di tunggal putra rantai pasokan semakin panjang mulai dari Boonsak Ponsana, berlanjut pada Tanongsak Saensomboonsuk, serta pemain muda Kunlaut Vitidsarn. Tanongsak baru saja meraih mahkota turnamen Super Series Premier Denmark Terbuka 2016. Sementara Kunlaut, seperti Pattarasuda, tampil ciamik di Kejuaraan Asia U-17 dan U-15 di GOR Jati, Kudus, Jawa Tengah pada awal Oktober silam.

Hal ini menunjukkan regenerasi benar-benar menjadi persoalan krusial bulu tangkis kita. Indonesia benar-benar harus bekerja ekstra keras bila ingin bersaing dengan negara-negara lain, terutama Tiongkok. Dua turnamen super series terkini, masing-masing di Denmark dan Prancis, menjadi kaca pengilon memperlihatkan rupa buruk bulu tangkis kita yang sangat jauh elok dari Tiongkok.

Di turnamen terakhir di Prancis, Tiongkok mengirim empat wakil di babak final, dan semuanya adalah para pemain yang berusia 19-20 tahun. Mereka adalah He Bingjiao (19 tahun/tunggal putri), Shi Yuqi (20 tahun/tunggal putra), Chen Qingchen/Jia Yifan serta Zheng Siwei/ Chen Qingchen masing-masing di sektor ganda putra dan ganda campuran.

Terkait Zheng/Chen patut disebut lagi. Pasangan penerus Zhang Nan/Zhao Yunlei itu sudah merasakan delapan dari sembilan partai final turnamen pada tahun ini. Di usia mereka yang baru 19 tahun itu sudah menunjukkan prestasi yang luar biasa.

Prestasi yang telah ditunjukkan para pemain Tiongkok, juga Thailand dan Jepang (dengan dua tunggal putri Nozomi Okuhara, 21 tahun dan Akane Yamaguchi, 20 tahun, misalnya), menjadi tamparan keras bagi bulu tangkis kita. Saat para pemain belia mereka sudah bisa mencuri panggung di turnamen level super series, bahkan super series premier, para pemain muda kita yang berusia 19-22 tahun masih menjadi penonton. Paling banter menjadi jawara di turnamen minor setingkat International Challenge atau International Series yang berada dua tingkat di bawah Super Series.

Sentuhan sang jenderal

Terpilihnya Wiranto dengan sendirinya mengalirkan beban pekerjaan rumah tersebut kepadanya. Siapa lagi yang bakal memainkan peran penting untuk menggalakkan proses regenerasi bila bukan sang ketua umum.

Selain belajar dari dan meneruskan cara baik kepemimpinan Gita yang cukup berhasil dalam beberapa aspek seperti sponsor dan kesejahteraaan atlet dan pelatih, sang Jenderal diharapkan bisa mengalirkan hawa pengalaman mengurus sejumlah cabang olahraga dan jejaring baik dengan pemerintah maupun pihak swasta untuk semakin memperhatikan bulu tangkis Indonesia.

Selama ini PBSI terkesan berjalan sendiri, jauh dari perhatian pemerintah. Organisasi tersebut berjuang sendiri mencari sponsor dan menghidupi diri sendiri. Belajar dari Thailand, pengaruh sang jenderal diharapkan bisa menarik dukungan pemerintah terutama untuk menggalang sponsor baik untuk keperluan PBSI ( termasuk atlet-atlet Pelatnas) maupun klub-klub sebagai sendi utama dalam proses regenerasi pemain.

Selain itu Wiranto pun diharapkan lebih merangkul klub-klub termasuk para pengurus daerah untuk bersama-sama terlibat dalam membangun bulu tangkis Indonesia. Jangan sampai PBSI dan Pelatnas menjadi menara gading yang jauh dari para pengurus daerah dan klub-klub. Padahal klub-klub lokal dan derah-daerah juga menyimpan bakat-bakat potensial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun