Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Bola

Ibrahimovic: Menolak Mapan, Tegar Menjadi Diri

6 Oktober 2015   07:16 Diperbarui: 6 Oktober 2015   07:16 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ibrahimovic usai mengukuhkan diri sebagai pencetak gol terbanyak PSG (Gambar: Dailymail.com)"][/caption]

Saya seperti Muhammed Ali. Ketika ia mengatakan ia akan menjatuhkan seseorang pada ronde keempat, maka ia akan melakukannya.

Siapa sangka pemain jangkung, berambut kuncir, dan berperawakan temperamental ini telah menuliskan namanya dalam lembaran sejarah Paris Saint-Germain (PSG). Klub kaya baru Ligue 1 itu tak akan pernah melupakan striker internasional Swedia ini. Ia menjadi orang Swedia semata wayang dan orang Swedia pertama yang menjadi pencetak gol terbanyak dalam sejarah klub.

Tambahan dua gol, semuanya melalui titik putih, ke gawang Marseille, Senin (05/10) dini hari WIB menjadikan perbendaharaan gol Ibra berseragam Les Parisien menjadi 110. Ibra mengoleksi satu gol lebih banyak dari pemain Portugal Pedro Pauleta yang mengukirnya dalam 211 laga pada perode 2003 hingga 2008. Bukan tidak mungkin Ibra masih berpeluang menambah pundi-pundi gol.

Gado-gado

Ibrahimovic lahir pada 3 Oktober 1981 di Malmo dari keluarga ‘gado-gado’. Ayahnya seorang Bosnia dan ibunya berasal dari Kroasia.

Sejak berusia 2 tahun ia harus hidup dalam keluarga yang tak utuh setelah kedua orang tuanya memutuskan bercerai.

Masa kecilnya tak seindah masa kini. Zlatan kecil harus melewati situasi serba kekurangan di sebuah distrik imigran di tempat asalnya. Situasi sulit ini menempa Ibra menjadi sosok yang keras bahkan kasar-untuk menyebut nakal. Ia pernah mencuri sepeda dan dicap sebagai pengganggu di sekolah.

Namun di balik sikap tersebut, ia perlahan tapi pasti tumbuh menjadi sosok yang tinggi, gesit dan memiliki bakat yang luar biasa dalam dunia sepakbola, dunia yang membesarkan namanya.

Melanglang buana

Ibrahimovic terus mengembangkan bakat dan kemampuannya. Selama beberapa tahun ia ditempa di tim muda MalmoBI,  FBK Balkan dan Malmo FF.  Tim terakhir itulah yang memberinya kesempatan untuk melakukan debut profesional pada 1999. Kehadiran Zlatan membantu Malmo naik kasta ke divisi satu setahun setelah Ibra mulai meniti karir professional.

Dua tahun bersama klub kampung halamannya, kecemerlangan Zlatan membuat raksasa Belanda, Ajax Amsterdam kepincut.Ajax pun memboyongnya pada 2001. Selama empat tahun bakat Zlatan diasah di negeri kincir angina. Tak hanya itu sifat aslinya yang temperamental pun tak bisa ditutup-tutupi.

Pada 2004, Zlatan melebarkan sayap pengalamannya ke Italia bersama Juventus. Zlatan turut andil mempersembahkan dua gelar scudetto bersama Nyonya Tua. Skandal calciopoli yang memaksa Juve didegradasi membuka jalan bagi Ibra untuk hijrah ke sesama klub Italia, Internazionale.

Petaka bagi Juve menjadi berkah bagi Zlatan. Bersama Inter ia karirnya menanjak. Seperti tubuhnya yang menjulang tinggi, bersama La Beneamata ia turut mengangkat tiga gelar Serie A dan reputasinya sebagai juru gedor handal mulai diakui setelah menjadi pencetak gol terbanyak di musim 2009.

Tiga tahun di Giuseppe Meazza, Ibra melompat ke La Liga bersama Barcelona. Berpindah seragam tak membuat pesonanya pudar. Bersama Blaugrana mereka memenangkan gelar La Liga dan Piala Super. Namun sifat keras kepalanya mengubah jalan karirnya. Perselisihan dengan manajer raksasa Catalan kala itu, Pep Guardiola membuatnya harus angkat kaki sebagai pemain pinjaman AC Milan.

Semusim menjalani masa peminjaman, kontrak Ibrahimovic akhirnya dipermanen Rossoneri pada 2011. Seperti aksi di lapangan yang kadang tak terduga, Ibra pun hijrah ke Prancis bersama PSG. Sejak 2012 Ibra terus berkontribusi bagi tim kaya baru itu.

Usianya boleh bertambah, ketajamannya pun demikian. Bersama Les Parisien ia pernah mencetak 30 gol dalam satu musim dan turut menorehkan sejarah baru bagi klub ibu kota itu dengan memenangkan gelar liga pertama dalam 19 tahun.

I'am Zlatan

Tak hanya berjaya di level klub. Nama besar Ibra juga berkibar bersama timnas. Ia menjadi pencetak gol terbanyak bagi timnas dengan 57 gol. Sebuah harian Swedia bahkan mendapuknya sebagai olahragawan Swedia terbesar sepanjang masa setelah legenda tenis, Björn Borg.

Pemain jangkung yang kerap disandingkan dengan legenda Belanda Marco van Basten ini telah membuktikan ketegarannya. Melanglang buana di sejumlah negara, tak berarti dirinya tak berguna. Klub boleh berganti, tetapi prestasi jalan terus.

Dibandingkan Messi dan Ronaldo sekalipun, sosok Ibrahimovic jauh lebih teruji. Ia telah ditempa di sejumlah kompetisi dan merasakan pahit manis berada bersama berbagai tim dengan beragam situasi dan komposisi.

Sosok yang kini juga berjaya di luar lapangan dengan sejumlah produk dengan merek dagang dan hak paten sendiri telah menolak kemapanan dan nyaman di satu tempat. Sepertinya tak ada kata comfort zone atau zona nyaman dalam kamus hidup Ibra. Justru pengalaman berziarah lintas kompetisi itulah yang membuatnya menjadi sosok yang kuat dan tegar, setegar fisiknya.

Ketegaran itu pulalah yang membuatnya pantang menyerah dan menolak tunduk termasuk pada usia. Torehan 110 gol di usia yang tak muda lagi, 34 tahun membuktikan hal itu.

Betapa beruntungnya  mantan model Swedia Helena Seger. Lelaki yang dikencaninya sejak tahun 2000 di Malmo kini tetap setia memelihara api cinta hingga mereka memiliki dua orang anak. Ketegaran memelihara semangat itu pulalah menjadi sisi lain yang membuat sosok Ibrahimovic menjadi bintang, bintang di lapangan hijau, bintang dalam kehidupan keluarga.  

Nama Ibra kian berkilau. Namun ia tetap apa adanya. Gaya khasnya tak pernah hilang. Kejutan-kejutan tak terduga tetap berlangsung. Sulapan dan sihir ala Ibrakadabra akan selalu hadir. Karena Ibra tetaplah Ibra. Ibra tetap menjadi dirinya sendiri seperti judul otobiografi yang dirilis pada 2011 silam. I Am Zlatan Ibrahimovic.

Dan prinsip hidupnya kan terus dipegang:  Saya seperti Muhammed Ali. Ketika ia mengatakan ia akan menjatuhkan seseorang pada ronde keempat, maka ia akan melakukannya. 

Selamat ulang tahun, selamat menjadi bintang, selamat menjadi diri sendiri, Ibrahimovic.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun