Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Politik

Tukar Tempat Buwas-Anang Tak seperti Iniesta-Messi

8 September 2015   18:49 Diperbarui: 8 September 2015   19:06 467
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kapolri Jendral Badrodin Haiti sudah meresmikan Komjen Anang Iskandar (selanjutnya disapa Anang) sebagai Kabareskrim Polri yang baru menggantikan Komjen Budi Waseso (selanjutnya disapa Buwas). Sementara Buwas pun sudah sah menempati posisinya yang baru sebagi Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN), tempat yang sebelumnya diduduki Anang.

Pertukaran tempat kedua perwira tinggi ini menimbulkan kegaduhan publik meski Polri berdalih sebagai sesuatu yang wajar. Publik bertanya-tanya mengapa Buwas ‘dicopot ‘di saat sedang semangat bertugas. Terakhir, penggerebekan kantor Pelindo II oleh Bareskrim yang tak ‘diterima’ Dirut Pelindo RJ Lino lantas membuat ‘gaduh’ para petinggi negara disebut-sebut sebagai sebab utama.

Sementara itu, kehadiran sosok Anang di tubuh Bareskrim menimbulkan tanya. Mengapa Anang? Anang sendiri mengaku senang kembali ke ‘rumahnya’ namun kiprahnya di tubuh lembaga yang menjadi garis depan pemberantasan Narkoba pun sedang berada di titik tertinggi. Berbeda dengan Buwas yang ‘agresif’, kiprah Anang yang oleh sebagian kalangan dinilai ‘tenang’ telah menunjukkan hasil dengan penangkapan sejumlah jaringan narkoba baik yang beroperasi secara nasional maupun internasional.

Pertanyaan demi pertanyaan atas kejanggalan tukar posisi ini terus menyeruak meski publik sendiri tak bisa berbuat banyak. Pelantikan telah dilakukan dan selanjutnya menanti aksi keduanya di tempat tugas yang baru. Apakah semangat kerja keduanya tak akan berubah setelah bertukar tempat?

Warisan Buwas

Berbeda dengan Kepala BNN, sepak terjang Kabareskrim lebih menarik perhatian publik terlebih setelah “menyentuh’ tokoh-tokoh penting di negeri ini. Dengan tanpa menafikan posisi Kepala BNN, ‘gebrakan’ yang dilakukan Buwas membuat posisi Kabareskrim menjadi begitu ‘seksi’ di mata masyarakat. Kini di tangan Anang publik pun menanti kelanjutan nasib ‘warisan’ yang ditinggalkan Buwas.


Pertama, aksi fenomenal Buwas setelah menggantikan posisi Suhardi Alius sebagai Kabareskrim Polri yakni menangkap pimpinan KPK, Abraham Samad dan Bambang Widjojanto (BW). BW kemudian ditetapkan sebagai tersangka yang mengarahkan saksi menyampaikan keterangan palsu dalam sidang sengketa pilkada di Mahkamah Konstitusi.

Nasib serupa dialami Abraham Samad yang dijerat dengan kasus pemalsuan dokumen administrasi kependudukan tahun 2007. Kasus ini ditangani Polda Sulawesi Selatan. Samad juga dijadikan tersangka atas dugaan penyalahgunaan wewenang dan dituduh bertemu dengan elit PDI Perjuangan jelang Pilpres lalu.

Kedua, nama berikutnya yang menjadi sasaran adalah mantan Wakil Menteri Hukum dan HM, Denny Indrayana. Ia ditersangkakan dalam kasus dugaan korupsi pembayaran paspor secara elektronik.

Ketiga, kasus dugaan penganiayaan yang dilakukan penyidik KPK Novel Baswedan saat menjabat Kasat Reskrim Polres Bengkulu pada 2012.

Keempat, yang terkini adalah penggeledahan PT Pelindo II dengan dugaan korupsi pengadaan 10 Mobile Crane (pengangkut material).

Seperti Messi-Iniesta?

Di tangan Anang publik akan menantikan seperti apa kelanjutan penanganan kasus-kasus tersebut yang konon beberapa dari antaranya belum ada kejelasan setelah ditersangkakan. Publik tentu berharap agar kasus-kasus tersebut bisa ditindaklanjuti agar menjadi jelas. Jangan sampai ‘warisan’ yang ditinggalkan Buwas menjadi ‘rongsokan’ sekaligus membuat publik mempertanyakan agresivitas dan produktifivas yang telah dilakukan mantan Kapolda Gorontalo itu.

Lebih dari itu, Anang dan Buwas perlu membuktikan diri bahwa tukar tempat ini tak banyak berpengaruh pada kinerja dan hasil kerja. Keduanya menjadi jaminan dari tukar tempat yang dilakukan secara mendadak dan menimbulkan tanda tanya luas. Jangan sampai membenarkan dugaan politsasi dan adanya intervensi kekuasaan.

Terlepas dari hal ini, masyarakat tentu ingin agar semangat positif Buwas saat menjadi Kabareskrim berlanjut di tempat tugas yang baru. Publik ingin agar semakin banyak gembong Narkoba yang diringkus dan jaringan-jaringan peredaran obat-obatan terlarang itu diretas mengingat Indonesia kini telah berada dalam situasi darurat Narkoba.

Di sisi tertentu, ‘agresivitas’ Buwas amat dibutuhkan untuk memutus mata rantai peredaran Narkoba yang begitu masif dan jaringan rumpil rumit barang-barang haram itu. Situasi darurat Narkoba menuntut kerja cepat dan sigap meski tak harus ‘berisik’ dari aparat sambil membangun kerja sama lintas sektor yang baik.

Tentu publik masih harus menanti untuk melihat hasil kerja mereka. Anang sendiri mengaku ia masih harus mempelajari dan mendalami ‘warisan’ Buwas. Buwas pun demikian. Beradaptasi dengan tempat yang baru bukan hal mudah.

Ibaratnya dalam dunia olahraga Buwas dan Anang itu adalah dua kapten yang bukan hanya bertukar klub di cabang yang sama seperti Andres Iniesta menjadi kapten Manchester United dan Wayne Rooney menjadi pemimpin Lionel Messi dan kolega di Barcelona. Keduanya bahkan berasal dari cabang olahraga yang berbeda sehingga mereka harus mengenal dunia baru berikut peraturan, pemain-pemain dalam tim masing-masing, serta mendalami strategi dan filosifi permainan. Singkatnya, tukar tempat Buwas dan Anang itu tidak semudah Andres Iniesta dan Lionel Messi saat merumput atau saling menyerahkan ban kapten Barcelona.

Selamat bertugas kedua abdi negara…..

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun