Pengumuman akan diberlakukannya kembali PSBB total di DKI Jakarta oleh Anies Baswedan direspon negatif oleh pasar. Pada perdagangan Hari Kamis (10/9), IHSG ditutup melemah sebesar 5,18%.Â
Hal ini kemudian menuai banyak kritik yang salah satunya datang dari Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto. Politisi Partai Golkar itu menyebut bahwa kejatuhan IHSG disebabkan oleh kebijakan Anies Baswedan yang akan memberlakukan PSBB total.
"Beberapa hal yang kita lihat sudah menampakkan hasil positif, berdasarkan indeks sampai dengan kemarin, karena hari ini indeks (IHSG) masih ada ketidakpastian karena announcement Gubernur DKI (Anies Baswedan) tadi malam, sehingga indeks tadi pagi sudah di bawah 5000," ungkap Airlangga dalam Rakornas Kadin, Kamis (10/9/2020).Â
Argumen yang dilontarkan oleh Pak Menko memang tidak salah sepenuhnya. Dapat dipastikan, kejatuhan harga saham hari ini adalah akibat dari kepanikan pasar dalam merespon kebijakan Pemprov. Namun demikian, tidak serta merta Anies lah yang perlu disalahkan dalam peristiwa ini.
Data penyebaran covid-19 di Indonesia, khususnya di Jakarta, tidak menunjukan perbaikan sama sekali. Dalam beberapa minggu terakhir, angkanya bahkan meningkat hingga 100 ribu kasus secara nasional. Selain itu, sebanyak 59 negara bahkan melarang WNI untuk masuk ke negara mereka.Â
Presiden Jokowi sendiri pun belum lama ini menegaskan untuk mendahulukan kesehatan diatas perekonomian. Oleh karena itu, rasanya cukup masuk akal bila Pemprov kembali memberlakukan PSBB secara total dengan harapan angka penyebaran covid-19 dapat ditekan.
Di samping itu, pasar saham tetaplah pasar saham. Kepanikan yang terjadi hari ini adalah sebuah indikasi bahwasannya ekonomi Indonesia memang masih dalam kondisi yang rentan. Indikator ekonomi seperti kontraksi ekonomi di kuartal-II, angka deflasi, berkurangnya impor, banyaknya perusahaan yang rugi, hingga tingginya angka pengangguran sudah menjelaskan semuanya.Â
Kebijakan Anies yang memberlakukan kembali PSBB total dan kejatuhan pasar saham hanyalah validasi dari kondisi kesehatan dan kondisi ekonomi yang masih rentan. Jangan lupa, kita sedang berada diambang resesi ekonomi.
Jika belajar dari krisis tahun 2008 lalu, pasar saham mengalami kejatuhan selama 1 tahun penuh, dan baru mulai bangkit ketika ekonomi mulai membaik.Â
Jika kita bandingkan, pada saat itu kegiatan ekonomi masih berjalan: kantor beroperasi, mall dibuka, tanah abang ramai, dan sebagainya, sehingga dapat dipastikan bahwa uang masih terus berputar.Â
Berbeda dengan tahun ini yang diakibatkan oleh krisis kesehatan, aktivitas ekonomi benar-benar lumpuh sebagian. Dengan perbandingan tersebut, rasanya mustahil untuk berharap pasar saham terus naik dengan kondisi ekonomi yang jauh lebih parah dibandingkan pada saat itu. Di luar celotehan Anies yang dinilai membuat pasar saham jatuh, tetap saja penyebab utamanya adalah kepanikan pasar yang berlebih ditengah kondisi ekonomi yang rentan.