Mohon tunggu...
sichanang
sichanang Mohon Tunggu... Lainnya - Gak perlu ucapan terimakasih atas pelaksanaan tugas!

Penulis. Pernah cantumin pekerjaan 'penulis' di ktp tapi diganti sama pak RT. Blog pribadi : http://sichanang.com

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Artikel Utama

Disabilitas, Bonsai, dan "Mimpi Tak Boleh Terbonsai"

22 Maret 2024   16:51 Diperbarui: 23 Maret 2024   07:54 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Vio dan Bonsai (dokpri. Vio)

Tuhan memiliki beragam cara untuk mengajarkan rasa peduli dan keteguhan hati pada kita. 

Betapa tidak, pertemuanku dengan seorang anak muda penyandang disabilitas telah membukakan mata, bahwa ternyata kita banyak abai dengan keadaan orang lain, bahkan saat kita merasa telah melakukan hal baik sekali pun.

Banyak fakta dalam kehidupan keseharian, kita hanya memakai ukuran standar orang kebanyakan saja.

Seperti, misalnya saat kita biarkan sebuah masjid dibangun dengan undakan bertingkat, sehingga tampak megah dengan menara yang menjulang ke angkasa. 

Saat itu kita seoalah lupa, bahwa tidak semua umat-Nya mampu menaiki tangga tersebut. Padahal, mereka juga ingin beribadah, bersujud pada Yang Maha Tinggi seperti orang kebanyakan.


Namun, tangga itu menjadi penghalang bagi saudara-saudara kita penyandang disabilitas, khususnya yang menggunakan kursi roda misalnya.

Termasuk juga orang-orang lanjut usia yang mengalami gangguan pada lutut dan kakinya, padahal mafhum pada sebagian tempat ibadah justru umumnya berisi para orang tua tersebut.

Inilah catatan kecil yang kiranya perlu kubuat dari perjalanan menemani anakku, Hiro liburan akhir tahun kemarin.

Di sela mengunjungi beragam destinasi yang ada di Kota Wisata Batu, aku sempat ajak Hiro berkunjung ke rumah seorang teman semasa sekolah.

Tujuanku adalah mengunjungi dan berkenalan langsung dengan anak temanku yang sudah beberapa kali berkomunikasi lewat telepon dan WA. Aku berniat menjumpainya secara langsung sembari ngobrol ngalor ngidul.

Anak temanku itu bernama Wahyuda Eldine Octaviano, akrab disapa Vio. Dalam beberapa kali obrolan online, kami membahas tentang mimpinya untuk jadi seorang eksportir bonsai. 

Ya, seperti yang telah diketahui oleh masyarakat mBatu, Vio lahir dari keluarga besar petani bonsai.

Namun yang menarik, menurutku, Vio di usianya yang masih muda telah terjun berkecimpung sebagai kreator bonsai, terkhusus ia adalah seorang penyandang disabilitas. Meski memang tak ada batasan usia maupun kondisi fisik tertentu untuk menjadi petani maupun kreator bonsai.

Di sela obrolan tentang mimpinya itu, Vio sempat mengungkapkan kegelisahannya.

Salah satunya yaitu tentang banyaknya tempat publik yang tidak ramah terhadap penyandang disabilitas. Baik itu tempat ibadah, tempat hiburan, juga tempat olahraga, serta fasilitas lainnya.

Dan, faktanya banyak yang abai terhadap penyandang disabilitas, terutama yang menggunakan kursi roda. Ini penting menjadi ingatan dan perhatian kita semua, apabila membangun harus dipertimbangkan aksesnya agar ramah disabilitas.

Penyandang Disabilitas Yang Tak Pelit Ilmu

Di dalam ajaran Islam dikenal dengan sikap saja'ah yaitu sikap keberanian dan keteguhan hati dalam menghadapi berbagai ujian dan cobaan hidup.

Ini adalah sikap yang menampilkan kekuatan batin, kegigihan untuk tidak menyerah, dan keberanian untuk berdiri tegak di tengah badai kehidupan.

Dalam pertemuan santai di rumah keluarga Vio, aku dipertemukan dengan sikap tersebut. Aku seperti diajarkan sikap keteguhan hati saat berkomunikasi dan berinteraksi siang itu. 

Semula aku yang berniat memberi dukungan pada anak muda yang bertekad tumbuh dan menjadi mandiri ini, nampaknya menjadi terbalik, aku lah yang perlu banyak belajar darinya, terutama soal keteguhan hati.

Mengapa demikian?

Aku berkaca pada diri sendiri, ketika seusianya, dulu aku tak berarti apa-apa dibanding Vio, terlebih dengan berbagai keterbatasannya.

Untuk mengokohkan usahanya itu Vio kini telah memiliki legalitas usaha dengan nama CV Artha Bonsai Vio yang melayani penjualan bonsai, penjualan media dan peralatan bonsai, pembuatan taman, dan berbagi ilmu tentang seluk beluk bonsai.

Di sini Vio dibantu bapaknya dan tim dalam melakukan beragam kegiatan, seperti budidaya, pengemasan pesanan pelanggan, penjualan secara offline dan online, serta lelang.

Dua kegiatan terakhir itu merupakan adaptasi era kekinian dengan adanya marketplace dan media sosial.

Paling tidak, Vio sudah mempersiapkan diri dan masuk ke pasar global dengan beberapa toko online-nya yang bisa diintip pada company profilnya.

Tidak hanya itu, track record Vio juga sangat membanggakan. Vio tercatat sebagai Duta Petani Milenial, oleh karenanya Vio pun telah dipercaya sebagai nara sumber dalam berbagai ajang terkait pertanian, khususnya bonsai dan pemanfaatan IT sebagai media pemasarannya.

Untuk mengasah kemampuannya, Vio juga mengikuti pelatihan, workshop dan kegiatan coaching untuk mempersiapkan diri menjadi eksportir mandiri. Termasuk juga mengikuti berbagai kegiatan pameran pun dilakoninya.

Sebagai petani milenial, Vio juga tidak pelit berbagi ilmu. Melalui lembaga yang dikelolanya, yaitu Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan dan Swadaya ABV-Bulukerto (P4S ABV Bulukerto), Vio telah membuka pintu bagi kegiatan pelatihan, kunjungan, dan pemagangan kepada kalangan luas, termasuk generasinya, yaitu para milenial.

Bagi perorangan, kelompok, sekolah, maupun siapa saja dapat menjalin kerjasama melalui berbagai paket yang tersedia.

Mimpi Jadi Eksportir Bonsai Mandiri

Dalam menapaki karier di dunia perbonsaian, Vio tentu tak lepas dari kendala. Salah satu kendala yang menyulitkannya, terutama dalam hal ekspor yaitu terkait regulasi.

Untuk itu, Vio pernah mengeluhkannya pada Menteri Pertanian. Semoga saja kelak keluhan tersebut menemukan jalan keluarnya.

Berbicara tentang mimpinya, Vio sempat mengungkapkan ceritanya. Alasannya ikut berkecimpung di dunia bonsai ini awalnya untuk mengembangkan pemasaran melalui digital marketing.

Walaupun awalnya masih belum memahami secara mendalam dunia digital marketing, sehingga saat itu pilihannya masih melalui platform medsos dan marketplace lokal.

Tapi dengan berjalannya waktu, sambil melihat beberapa kelemahan di dunia bonsai, yaitu regenerasi pelaku bonsai belum dilakukan secara merata.

Kebetulan Vio menjadi generasi ketiga di keluarganya, untuk bisnis bonsai ini ia pun tergerak menggelutinya. 

Selain itu, para pelaku dan pemain bonsai yang sudah senior, menurutnya, hanya mengandalkan pemasaran secara konvensional. Ini menjadi celah baginya untuk ikut berkecimpung lebih dalam. 

Bahkan, tak sedikit para petani bonsai yang memiliki produk berkualitas ekspor, tapi masih sulit untuk ekspor karena belum mengenal sistem bisnis secara profesional (sebagian besar belum memiliki badan hukum), sehingga kebanyakan petani bonsai sebatas sebagai suplier atau sebagai perantara pemasaran ke luar negeri.

Perjalanan usaha yang telah dilakoni Vio, sejauh ini untuk ekspor masih sebagai suplier ke negara Eropa, antara lain ke Belanda, Jerman, Prancis dan juga ke Malaysia.

Ada pun kiprah lain yang dijalani Vio, yaitu ikut partisipasi pada ODICOFF (One Day With Indonesia Coffee Fruits Floriculture) dibawah koordinasi Kementerian Pertanian pada tahun 2021, ke 10 negara yaitu Belanda, Mesir, Amerika dan lainnya.

Bentuk partisipasinya adalah dengan mengirimkan sample produk katalog untuk memperkenalkan dan menawarkan produk ke buyer.

Catatan kegiatan Vio cukup beragam, mulai mengikuti Workshop Export Center Surabaya melalui Platform Ina Export sebagai sarana pemasaran. Lalu, sebagai peserta ECP (Export Coaching Program) dari Kementrian Perdagangan dan Perindustrian dengan cara mengikuti pelatihan dan pendampingan teori maupun praktek selama 1 tahun untuk meningkatkan pengetahuan dan pengembangan pasar dan produk ekspor kepada potensial buyer melalui bussines macthing atau pun melalui penawaran secara mandiri melalui website trademap untuk mencari calon buyer.

Banyaknya rekam jejak dan pengalaman yang telah dijalani Vio itu tak membuatnya merasa puas. Vio terus membuka jejaring dan kerjasama dengan berbagai pihak. Selain terus berbagi ilmu tentunya.

(Dokpri)
(Dokpri)

Melihat semangat dan keinginan Vio yang sangat besar itu, aku ingin membaginya dengan menulis dan mencoba mengkomunikasikan pada beberapa kolega.

Sebatas itu saja, mengingat aku yang bukan siapa-siapa ini tak mampu berbuat banyak dalam membantu, apalagi aku termasuk awam dengan dunia bonsai.

Dalam suatu kesempatan pernah kusampaikan pada kerabatku yang kini menjabat sebagai Konjen RI di Jeddah, Arab Saudi. 

Beliau pernah bercerita, melalu tempatnya bekerja di Kementerian Luar Negeri telah membantu petani tembakau, khususnya pengrajin cerutu dari Jember untuk memasarkan produknya ke luar negeri.

Meski belum menemukan titik temu, paling tidak ini akan menjadi bagian dari upaya mendukung Vio mewujudkan mimpinya.

Semoga Vio dapat menemukan celah pasar dan tangan-tangan Tuhan tentu akan membantu memuluskannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun