Mohon tunggu...
chamim faizin
chamim faizin Mohon Tunggu... Dokter - Demi pena apa yang telah dituliska

Khoirunnas Anfauhum Linnaas Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lain

Selanjutnya

Tutup

Healthy

New Normal Versus Second Wave

2 Juni 2020   07:50 Diperbarui: 2 Juni 2020   07:56 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Menimbang kebijakan new normal


Rencana kebikakan pemerintah menerapkan new normal ditengah pandemi Covod-19 menimbulkan prokontra di kalangan publik. Pasalnya pemerintah seakan-akan telah kelabakan mengatasi masalah sosioekonomi ditengah-tengah masyarakat atas kebikakan work from home. 

Banyak pemberitaan tentang pemutusan hubungan kerja para karyawan oleh perusahan, begitu juga para usaha kecil menengah dan pedangan kaki lima yang gulung tikar karena sepinya pelanggan. Bantuan sosial dan bantuan langsung tunai yang diberikan pemerintah pusat maupun daerah tidak lagi dapat mencukupi kebutuhan pokok sehari-hari. Selain daripada itu, menipisnya anggaran pemerintah untuk terus memberikan suntikan dana pada masyarakat akibat terkena dampak pandemi Covid-19.

Masyarakat yang sudah merasa bosan berdiam diri di rumah tentunya memberikan angin segar kebijakan ini untuk beraktivitas kembali. Begitu juga tulang punggung keluarga yang ingin segera dapat mencari nafkah untuk menyambung penghidupan anak dan istrinya. Pelaku bisnis merespon positif dengan kebijakan ini agar pertumbuhan ekonomi kembali naik dan mencegah krisis ekonomi. Masyarakat tentunya khawatir jika keluar rumah takut terkena Covid-19.

Penerapan new normal yang hanya dilakukan dengan melakukan pembukaan mall ditentang oleh sejumlah tokoh. Jika pemerintah ingin mengedepankan ekonomi, justru yang pertama dibuka pasar dan padagang kaki lima yang langsung terdampak karena termasuķ masyarakat rentan miskin. 

Tenaga medis menyayangkan rencana pemerintah memutuskan kebijakan new normal. Pasalnya kondisi pandemi Covid-19 di Indonesia masih naik terus dan belum ada tanda-tanda penurunan kasus. Perlakuan pembatasan sosial berskala besar dirasa kurang maksimal, terlebih adanya kebijakan pelonggaran peraturan tersebut. 


Ormas Islam Muhammadiyah menolak tegas kebijakan tersebut, apalagi berdamai dengan Covid-19. Muhammadiyah terus berusaha untuk tetep berada di garis depan penanganan Covid-19. IDAI melalui ketuanya dr. Arman B Pulungan, Sp.A juga tidak setuju penerapan new normal yang dianggap terlalu dini. Beliau menyarankan agar pembukaan kembali sekolah ketika kasus sudah mengalami penurunan dan memastikan instansi pendidikan menerapkan pengecekan secara berkala dan memastikan keamanan anak didik. Selaras dengan pernyatan tersebut Ikatan Guru Indonesia meminta agar pembukaan sekolah di akhir tahun kalau kondisinya masih seperti sekarang ini.

Kondisi Covid-19 di Indonesia

Semenjak diumumkannya kasus pertama Covid-19 tanggal 2 Maret 2020 oleh pemerintah terlihat belum mengalami tren positif. Pelbagai masalah muncul mulai dari kelangkaan alat pelindung diri tenaga medis, terbatasnya fasilitas ventilator mekanik dan ketersediaan bed pasien, penimbunan masker oleh sejumlah oknum, ketidak jujuran pasien saat di anamnesis, dll. 

Masalah pembiayaan penanganan Covid-19 juga yang simpang siur diawal karena Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan tidak mau mengklaim pembiayaan tersebut, tetapi akhirnya mengiyakan juga. Namun, berujung pada kenaikan kembali iuran BPJS yang sebelumnya telah ditolak oleh Mahkamah Agung. Pemberian insentif yang layak kepada petugas medis yang dijanjikan oleh Pemerintah belum sepenuhnya tersalurkan dengan baik, banyak petugas yang mengeluhkan dana belum cair ke tangan mereka.

Pelonjakan kasus setelah idul fitri hanpir 1000 kasus nenjadi keprihatinan kembali masyarakat. Jumlah kematian kasus sudah mencapai 1000 orang harus menjadi perhatian khusus. Pasalnya pemerintah diawal sering menunda bahkan terkesan santai menangani bencana Covid-19. Padahal Covid-19 sampai sekarang tidak hanya berdampak pada masalah kesehatan, tetapi disemua sektor kehidupan manusia. 

Masih adanya masyarakat yang tidak taat pada aturan seperti berkerumun, tidak menerapkan pembatasan sosial dan menggunakan masker. Hal tersebut menjadi sulit dikendalikan dalam memutus rantai penularan Covid-19. Terlebih berbondong-bondong orang melakukan pulang kampung, memang di pusat kota Jakarta berkurang, akan tetapi berpindah ke kota lainnya yang menjadi tujuan pulang kampung. 

Sementara masyarakat kurang taat pada aturan yang terjadi petugas medis menjadi kewalahan dalam penanganan pasien Covid-19. Bahkan ada petugas sampai pingsan karena dehidrasi dan capeknya bekerja menggunakan hazardous material selama 8 jam lamanya. Belum lagi petugas khusus yang menguburkan jenazah Covid-19 bahkan sampai terjadi penolakan prosesi pemakaman di daerah tersebut.

Saat ini kondisi Covid-19 di Indonesia masih terus naik, walaupun ada beberapa kota yang mulai terjadi penurunan. Namun, ada beberapa wilayah menjadi pelonjakan kasus seperti di Jawa Tengah dan Jawa Timur yang mana hampir semua kota dan kabupaten menjadi zona merah. 

Seperti halnya di Jawa Timur sampai ada beberapa rumah sakit yang kewalahan menerima pasien Covid-19 karena semakin banyaknya kasus dan terbatasnya bed pasien. Berbeda dengan Provinsi DIY yang beberapa waktu yang lalu dilaporkan zero kasus belum mau menerapkan new normal dan masih memperpanjang kondisi tanggap bencana. Perbedaan kondisi tiap wilayah sungguh berbeda dan ini tidak bisa disama ratakan secara nasional. Tentunya pemerintah daerah yang lebih memahami situasi dan kondisi di daerahnya masing-masing.


Second wave Covid-19


Gelombang kedua kasus Covid-19 sudah terjadi di beberapa negara seperti Tiongkok, Jerman dan Korea Selatan. Hal ini yang menjadi kekhawatiran negara di Eropa bahkan beberapa negara yang mulai menurun kasusnya. Terjadinya gelombang kedua dimungkinkan adanya pelonggaran lockdown yang terlalu dini, padahal kasus aktifnya masih banyak. 

Negara-negara tersebut selain terus melakukan penanganan Covid-19 secara masif, juga mempersiapkan terjadinya gelombang kedua Covid-19. Pasalnya, gelombang kedua ini bisa menjadi serius bahkan bisa menjadi lonjakan yang signifikan. Terlebih terjadinya reinfeksi pada pasien yang sebelumnya pernah terinfeksi atau bahkan mengenai pasien yang mempunyai komorbid penyakit kronis.

Memang Indonesia belum mengalami penurunan kasus yang signifikan, akan tetapi apa salahnya mempersiapkan gelombang kedua. Kebijakan new normal yang terlalu dini dan tanpa menerapkan protokol kesehatan yang ketat justru malah akan membuat kasusnya semakin memanjang. Persiapan new normal dari msyarakat agaknya hanya mementingkan kebebasan keluar dari zona kebosanan. 

Meningkatkan kewaspadaan dan masifnya penanganan justru yang dibutuhkan pada saat ini sampai menemui titik terang terjadinya penurunan kasus secara signifikan.

Penerapan e-commerce justru malah semakin bagus, sehingga tumbuh industri 4.0 di Indonesia serta dapat memunculkan unicorn baru. Memaksimalkan jual beli di warung kelontong atau antar tetangga meminimalkan berkerumun antar orang. Menghidupkan UMKM ditengah-tengah masyarakat serta menggairahkan usaha pertanian dan perkebunan mungkin bisa jadi solusi daripada membuka mall. 

Komoditas barang dagangan sekarang sudah banyak dijual melalui aplikasi yang bisa diakses hampir semua orang dengan menggunakan gadget. Menjamurnya transaksi nontunai yang bisa digunakan juga memudahkan kita bertransaksi. Agaknya transaksi konvensional sudah memudar dan mulai dilirik transaksi modern.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun