Hi Readers, apa kabarnya nih? Ini adalah tulisan pertamaku tahun 2025. Semoga kedepannya kita bisa bertemu lebih sering ya...
Kali ini yang akan kita bahas yaitu program populis  "Makan Bergizi Gratis" (MBG) yang resmi diluncurkan Presiden Prabowo pada 6 Januari 2025 lagi rame banget dibahas orang-orang. Program ini katanya buat ngasih makan bergizi gratis ke anak-anak SD sampai SMA biar generasi muda Indonesia makin sehat dan terhindar dari stunting. Tapi, di dunia nyata, cerita soal pelaksanaan program ini malah bikin heboh media sosial.
Emang ada apa aja sih? Yuk kita lanjut bahasannya!
Makan Gratis Tapi Nggak Bergizi?
Sejak program ini mulai, banyak banget cerita soal makanannya yang nggak sesuai harapan. Ada yang bilang lauknya mentah, makanannya basi, bahkan rasanya hambar banget. Buat anak-anak SD yang biasanya picky eater, ini jelas jadi masalah besar.
"Anak-anak saya bilang makanannya nggak enak. Kadang malah pulang lapar karena nggak mau makan di sekolah," curhat salah satu wali murid di medsos. Nggak cuma itu, menu yang disediakan juga dianggap seadanya dan nggak memenuhi standar gizi. Jadi, bukannya makin sehat, malah bikin orang tua khawatir.
Respon Pemerintah dan Pendukungnya: Malah Bikin Kesal!
Pas masyarakat mulai nyuarain keluhan, muncul respon dari pihak pemerintah dan pendukungnya yang malah bikin suasana makin panas. Contohnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, bilang kalau para pengkritik program ini jangan "sok tahu." Bahkan, dia sempat nyeletuk, "jika jadi pejabat, pasti akan korupsi juga."
Terus, ada Deddy Corbuzier yang ikut-ikutan komentar di podcast-nya. Dia bilang anak-anak yang nggak suka makanan MBG itu "pea" dan gak bersyukur. Dia juga bandingin sama anaknya yang nggak pernah protes makan nasi kotak di lokasi syuting. Eh, tapi pernyataan ini malah bikin masyarakat makin kesal karena kritik mereka dianggap nggak penting.
Public figure yang hari ini dikenal sebagai podcaster tersebut bahkan meremehkan kasus keracunan dengan membandingkan pengalamannya yang mengalami saat makan steak seharga 6 juta rupiah. Kalau yang harga segitu saja bisa keracunan, gimana yang dihargai 10 ribu rupiah saja?
Keracunan Makanan, Serius Nggak Nih?
Yang bikin makin ribet, ada laporan soal siswa keracunan makanan gara-gara program MBG ini. Ya, gimana nggak heboh? Niatnya buat ningkatin gizi, tapi malah bikin anak-anak sakit. Kejadian ini jadi bukti kalau program ini perlu banget dievaluasi serius.
Masyarakat berharap pemerintah bisa ngasih solusi konkret buat masalah ini, bukan malah nyerang balik mereka yang ngasih kritik. Kalau ada yang salah, ya harus diakui dan diperbaiki, dong.
Anggaran Fantastis, Hasil Nggak Maksimal
Dari awal, program MBG ini udah menuai kritik, terutama dari oposisi. Gimana nggak? Anggarannya gede banget, Rp100 triliun buat tahun 2025 aja. Banyak program strategis lain yang harus dihentikan buat danain MBG, plus kenaikan pajak yang bikin masyarakat tambah berat.
Landasan program ini adalah buat cegah stunting. Tapi, banyak ahli gizi bilang kalau pendekatan ini kurang tepat. Dengan anggaran cuma Rp10.000 per anak per hari, kualitas makanan yang dihasilkan susah banget memenuhi kebutuhan gizi harian. Dan ini kebukti dari laporan makanan seadanya yang beredar di lapangan.
Kritik Itu Perlu, Jangan Dibungkam
Program MBG ini nunjukin betapa pentingnya evaluasi dan transparansi dalam kebijakan publik. Kritik dari masyarakat itu bukan berarti benci, tapi mereka ngomongin apa yang bener-bener terjadi di lapangan. Sayangnya, respon pemerintah malah terkesan defensif dan nyalahin balik.
Sebagai pihak yang ngelola uang rakyat, pemerintah punya kewajiban buat memastikan setiap rupiah yang keluar itu bener-bener bermanfaat. Daripada nyalahin masyarakat, mending fokus perbaikan, kayak:
Tingkatin Kualitas Makanan: Pastikan makanan yang disediakan itu enak, bergizi, dan layak konsumsi.
Pengawasan Ketat: Cek secara rutin kualitas makanan dari awal sampai akhir.
Libatkan Ahli Gizi: Gandeng ahli buat bikin menu yang sesuai kebutuhan anak-anak.
Transparansi Anggaran: Buka data penggunaan anggaran biar publik nggak curiga.
Respon yang Bijak: Tanggapin kritik dengan santai dan terbuka, jangan defensif.
Buat Siapa Sih Program Ini?
Intinya, program ini harusnya jadi bukti nyata kalau pemerintah peduli sama rakyat, terutama anak-anak. Tapi kalau pelaksanaannya masih jauh dari harapan, ya tujuan mulia ini bakal susah tercapai. Masyarakat berhak dapet penjelasan dan solusi nyata, bukan cuma janji-janji manis atau jawaban defensif.
Ingat, kritik itu bukan musuh, tapi alat buat ngebangun. Pemerintah dan masyarakat harus kerja sama buat pastiin program ini sukses. Karena pada akhirnya, keberhasilan MBG itu nggak cuma soal anggaran besar, tapi juga soal anak-anak yang senyum puas karena dapet makanan enak dan bergizi setiap harinya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI