Ada banyak cerita menarik tentang gaji pertama. Diantaranya dari perasaan Bahagia, bersyukur dan haru ketika mendapatkan gaji pertama. Setiap orang memiliki cara yang berbeda untuk mengungkapkan kebahagiannya ketika mendapatkan gaji pertama. Ada yang mentlaktir makan teman-teman, keluarga atau membeli barang yang sudah lama di impikan sebagai bentuk self reawead. Nah, kalau saya memilih memberikan uang tersebut untuk ibu saya dan membagikannya ke bebrapa anak yatim yang ada disekitar rumah.
Rasa senang, haru dan bangga pada saat itu meski nominal yang saya dapat tidak seberapa. Masih melekat dalam ingatan meski ibu sempat menolak dan berkata lebih baik digunakan untuk kebutuhan saya saja. Namun jelas terlihat dari raut wajah ibu yang bahagiamelihat anaknya kini sudah dewasa dan memiliki penghasilan sendiri.
Menurut saya tidak semua awal perjalanan hidup ditandai dengan sesuatu yang besar. Kadang, justru momen sederhana itulah yang paling berkesan dan abadi. Itulah yang saya rasakan saat menerima gaji pertama dari pekerjaan pertama saya.
Bukan jumlahnya yang membuat saya terharu, tapi makna di baliknya. Gaji pertama ini bukan hanya tentang uang, tapi tentang harapan, pengorbanan, dan cinta. Terutama cinta saya untuk ibu, dan empati saya untuk anak-anak yatim yang juga berhak merasakan kebahagiaan.
Ibu adalah sosok yang selalu ada dalam setiap perjuangan hidup saya. Sejak kecil  beliau terus membersamai perjalanan saya dari jenjang perjenjang sekolah hingga saya bekerja. saya melihat bagaimana ia bekerja keras tanpa Lelah membesarkan anak-anaknya. Bahkan sering beliau merelakan untuk tidak membeli apa yang beliau mau  demi memastikan anak-anaknya bisa makan dan bersekola, serta membeli hal-hal yang di inginkan anaknya. Ketika saya menerima gaji pertama, tak ada yang lebih saya inginkan selain membahagiakan ibu.
Selain memilihat senyum ibu yang membuat saya bahagia juga yaitu melihat senyuman kecil dari anak-anak yatim. Dengan tangan gemetar, saya menyerahkan sebuah amplop kecil berisi gaji pertama saya. Mata indahnya berkaca-kaca kala itu. Terimakasih Ya allah atas kesempatan yang telah engkau berikan kepda saya yang bisa merasakan bahagianya memberikan gaji pertama saya untuk ibu. Meski saat ini kesedihan terus menghampiri setiap saya gajian, kini ibu sudah tiada. Semoga beliau Bahagia di surga Allah.
Berbagi kebahagiaan dengan anak-anak yatim juga merupakan suatu kebahagian bagi saya. Memang saya tidak dapat memberi hal yang mewah pada saat itu hanya sekadar membeli makanan, jajanan, dan sedikit uang jajan. Kebahagiaan mereka cukup sederhanya. Saya merasa malu, sungguh terkadang masih khilaf mengeluh dan tidak bersyukur. Masih banyak membandingkan hidup dengan orang yang jauh diatas sana. Sedangkan setiap orang memiliki porsi dan waktunya tersendiri.
Dari pengalaman ini, saya belajar bahwa gaji bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan pribadi. Di dalamnya terkandung Amanah, sebuah kesempatan untuk memberi, menyayangi, dan menunjukkan rasa syukur. Saya menyadari bahwa rezeki yang kita terima akan terasa jauh lebih berkah ketika kita berbagi, terutama dengan orang-orang yang paling berjasa dan yang paling membutuhkan.
Memberi kepada ibu adalah bentuk penghargaan atas cinta yang tak pernah habis. Memberi kepada anak-anak yatim adalah cara untuk mengingat bahwa kebahagiaan tidak hanya kita kejar untuk diri sendiri, tapi juga untuk sesama. Jika kita hanya menghabiskan gaji hanya untuk kesenangan dan kebahagiaan duniawi semua hanya sesaat dan ketika berlalu kita akan merasa bahwa diri kita tidak bermanfaat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI