Ada masa di mana semangatku untuk panjat tebing terasa memudar. Jujur, aku sempat merasa sudah nggak sanggup lagi bersaing dengan teman-teman yang latihannya makin bagus dari hari ke hari. Mereka terus berkembang, sementara aku justru merasa tertinggal jauh. Dari situ muncul rasa bosan, muak, bahkan kepikiran buat berhenti total.
Tapi ternyata, jalan ceritanya nggak sesederhana itu. Aku diminta tetap latihan dan ikut panjat di kampus, karena ada event khusus mahasiswa UIN. Katanya peluang buat juara cukup besar, jadi sayang kalau dilewatkan. Di satu sisi aku paham, ini kesempatan yang mungkin nggak datang dua kali. Tapi di sisi lain, hatiku justru lagi ingin istirahat dan coba kegiatan baru di luar panjat.
Masalahnya, kalau beneran comeback buat lomba itu, tenagaku sudah jauh berkurang. Libur panjang bikin fisik drop, stamina hilang, dan otomatis rasa percaya diri juga goyah. Akhirnya aku terjebak di titik bimbang: antara terus bertahan demi peluang juara, atau memilih jalan baru yang bikin hati lebih lega.
Mungkin inilah fase di mana aku harus benar-benar jujur sama diri sendiri. Kadang bukan soal menang atau kalah, tapi soal masihkah aku menemukan kebahagiaan di balik setiap pijakan di dinding panjat itu?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI