Mohon tunggu...
Christian Evan Chandra
Christian Evan Chandra Mohon Tunggu... Penulis - Analis aktuaria - narablog

Memiliki kegemaran seputar dunia kuliner, pariwisata, teknologi, motorsport, dan kepenulisan. Saat ini menulis di Kompasiana, Mojok, dan officialcevanideas.wordpress.com. IG: @cevan_321 / Twitter: @official_cevan / Email: cevan7005@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

Makan Siang Gratis Anak Sekolah: Program Humanis yang Bikin Kaum Menengah Jakarta Menangis

11 Maret 2024   11:22 Diperbarui: 14 Maret 2024   13:40 837
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sejumlah karyawan kantor mencari makan saat jam istirahat siang di kawasan Setiabudi, Jakarta Selatan, Selasa (3/11/2020). KOMPAS/RADITYA HELABUMI (RAD) 

Anak-anak dituntut untuk membawa tempat makan sendiri dari rumah sehingga tidak menambah biaya dan limbah dari kemasan sekali pakai, demikian pula dengan usaha makanan setempat yang diberdayakan termasuk para pedagang kantin.

Jika mengeluh mengapa anggarannya terbatas dan keuntungannya tipis, itu masih lebih baik daripada daya beli karyawan Jakarta yang dihadapi oleh para pedagang kaki lima.

Menu makan siang gratis saat ini juga masih banyak mengandalkan beras untuk menyediakan nasi dan lontong, atau tepung untuk gorengan dan siomay.

Kita tahu bahwa kelangkaan beras sudah beberapa kali menghampiri Tanah Air sehingga penting untuk mulai mengajarkan anak-anak bagaimana mengurangi ketergantungan terhadap beras berdasarkan alternatif yang paling murah dan mudah ditemui di daerahnya, jangan sampai nantinya seperti kita yang merasa tidak makan kalau belum bertemu nasi. Ketika beras langka, kita repot. Dinas ke luar negeri yang makanan utamanya bukan nasi, kita kerepotan mencarinya dan harganya pun mahal.

Sedangkan tepung adalah musuh penderita autoimun dan gorengan selain tidak sehat juga sudah membutuhkan minyak goreng yang pernah pula mengalami kelangkaan serta kenaikan harga luar biasa. Banyak anak-anak kita pilih-pilih makanan, lebih suka makan gorengan ketika sulit makan sayur. 

Buncis tumis yang keras saja dikeluhkan, bagaimana dengan pare atau sayur lainnya yang berasa pahit.

Kali ini saya harus sepakat dengan Ibu Megawati mantan presiden kita, anak-anak harus mulai dibiasakan dengan makanan rebusan atau kukusan. 

Berikan mereka ikan yang lebih murah, jangan sampai mereka selalu merengek meminta ayam. Sayur murah juga diberikan, semisal kangkung dan bayam.

Tanpa perencanaan dan eksekusi yang mumpuni, makan siang gratis bukan hanya berisiko membebani anggaran pendidikan dan anggaran negara, juga memotong subsidi dan semakin menghempit kelas menengah yang sudah pas-pasan, tetapi melahirkan bom waktu yang datang cepat atau lambat. 

Uang yang dihemat dari sekali makan yang tidak perlu dikeluarkan haruslah ditabung atau dialihkan penggunaannya ke hal yang berguna, misalnya membelikan sepeda agar anak tak perlu lagi berjalan kaki, bisa juga menyediakan sarana pendukung untuk anak belajar online. 

Jangan sampai uangnya dihamburkan anak untuk bermain atau jajan yang tidak jelas, bisa juga malah dibelikan sebungkus rokok setiap harinya oleh ayah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun