Misalnya, pelajaran IPA dan IPS sudah dipecah menjadi komponen fisika, kimia, biologi, ekonomi, sosiologi, sejarah, dan geografi sejak SMP dengan peluang siswa untuk memilih sebagian di antaranya saja di sekitar kelas tujuh semester dua atau kelas delapan semester satu sebelum akhirnya dikurangi lagi di bangku SMA yang sebenarnya bisa saja dilakukan sejak kelas sepuluh.
Ditambah lagi, harus diakui bahwa kita seringkali menghabiskan waktu untuk mengulang materi di jenjang sekolah sebelumnya bahkan tanpa membuatnya menjadi lebih mendalam.Â
Ujian akhir jenjang, libur lebih lama, lupa deh. Lupa itu tidak salah, tetapi sebenarnya tentu lebih baik jika siswa bisa memanfaatkan libur yang lebih lama itu untuk belajar "tipis-tipis" agar guru di jenjang yang lebih tinggi tidak perlu mengulangnya lagi dan bisa langsung menggunakannya ke materi lanjutan yang lebih dalam.
Ada dua hal yang saya catat. Pertama, para siswa bisa diajak untuk lebih bersungguh-sungguh dalam mengenali kemampuan dan kemauan mereka terkait program studi yang hendak ditempuh di perguruan tinggi nantinya.Â
Kedua, kesadaran mereka bisa ditumbuhkan untuk mempertahankan memori antarjenjang pendidikan agar tidak perlu mengulang-ulang.Â
Jika dua hal ini bisa terjadi, paling tidak kita bisa mengurangi jumlah pelajaran yang harus dipelajari sehingga beban belajar siswa berkurang.Â
Bagi mereka yang selama ini membutuhkan bimbel karena kurang menguasai pelajaran tertentu yang memang kurang diminati, kehilangan pelajaran ini ke depan bisa menghemat biaya dan kemudian dialihkan untuk hal lain yang lebih bermanfaat.
Lebih jauh lagi, ke depannya bukan tidak mungkin kita bisa mengurangi durasi wajib belajar dalam satu atau dua tahun. Para siswa punya peluang untuk memasuki perguruan tinggi lebih awal dengan pengetahuan yang lebih terfokus pada apa yang dibutuhkan.Â
Mereka tidak perlu merasa terburu-buru untuk lulus dan bisa menggali pengetahuan serta pengalaman yang lebih baik selama menempuh bangku perguruan tinggi.
Pendapat saya di atas ditulis berdasarkan pengalaman pribadi dan rekan-rekan lain di sekitar saya, belum tentu berlaku bagi yang lain termasuk Anda yang membacanya.Â
Intinya, saya berharap anak-anak bisa mengurangi kebutuhan terhadap bimbel tidak hanya karena tes mata pelajaran dihilangkan di SNBT tetapi juga pelajaran-pelajaran yang sebenarnya tidak harus mereka hadapi selama bangku SMP dan SMA.Â