Mohon tunggu...
Christian Evan Chandra
Christian Evan Chandra Mohon Tunggu... Penulis - Analis aktuaria - narablog

Memiliki kegemaran seputar dunia kuliner, pariwisata, teknologi, motorsport, dan kepenulisan. Saat ini menulis di Kompasiana, Mojok, dan officialcevanideas.wordpress.com. IG: @cevan_321 / Twitter: @official_cevan / Email: cevan7005@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama

Pertamax Naik, Apa yang Harus Dilakukan pada Kendaraan Kita?

13 April 2022   12:15 Diperbarui: 14 April 2022   11:15 695
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pemotor mengisi sendiri BBM di SPBU. (KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG)

Naiknya harga Pertamax ke Rp12.500 per liter membuat kita sedih. Lebih menyedihkannya lagi, selisih tipis dengan Shell Super yang sempat muncul sebentar itu akhirnya hilang setelah dia naik harga juga ke Rp16.000 per liter. Apa kabar tangki bensin mobil dan motor kita?

Lonjakan harga minyak dunia secara signifikan mengakhiri era di mana selisih harga Pertalite dan Pertamax cukup "tipis". Rp7.650 ke Rp9.000 tipis, lebih dari seribu per liter atau lebih dari sepuluh persen itu, situ masih sehat? 

Jika teman-teman menggunakan sepeda motor dengan jarak tempuh sehari-hari yang tidak jauh, mungkin Pertamax masih dilirik demi mesin yang lebih sehat. Lain halnya pengemudi mobil, ya sangat terasa bedanya. 

Teman-teman yang sepeda motor atau mobilnya sebenarnya secara spesifikasi memang cukup menggunakan Pertalite tetapi memilih menggunakan Pertamax selama ini, silakan membagikan pengalaman di kolom komentar. Mungkin ada yang merasakan konsumsi bahan bakar lebih hemat sampai mesin lebih bertenaga?

Kenaikan harga bensin sebenarnya tidak jadi masalah jika rasio kompresi mesin sepeda motor atau mobil teman-teman cukup rendah untuk menggunakan Pertalite dengan RON 90. Tepatnya, jika dirasiokan sesuatu berbanding satu, sesuatunya itu tidak lebih dari sepuluh. 

Sepeda motor baru dengan harga yang boleh dibilang paling miring di pasaran seperti Yamaha Gear, Honda Beat, atau Suzuki Nex II, masih oke dipakaikan Pertalite. Berita buruk datang ketika kita membeli mobil baru, karena kini mereka memang dirancang untuk minum sekelas Pertamax ke atas sekalipun dia adalah LCGC.

Bagi kendaraan yang biasa minum Pertamax dan mesinnya menggunakan sistem injeksi, timing ignition di ECU mesin mungkin masih bisa diatur agar performanya tetap optimal seperti disampaikan oleh Prof. Tri Yuswidjajanto di Motorplus Online. Meskipun demikian, rasio kompresi mesin tetap saja tidak bisa diubah dan tentu lebih baik diberi minum sesuai kebutuhannya, ya kan? Solusinya, ya naikkan budget.

Terima kasih kepada Pertamina, mungkin juga kita harus angkat topi dengan peran para warganet sehingga kenaikan Pertamax cukup sampai Rp12.500 per liter, bukan Rp16.000 per liter. 

Memang bukan yang termurah, masih ada SPBU VIVO yang sayangnya jarang kita dengar namanya dan sampai hari ini pun saya belum pernah menemukan gerainya. Akan tetapi, dengan selisih yang signifikan terhadap Shell untuk bensin nonsubsidi mau tidak mau harus membuat Pertamina putar otak agar bisnisnya tidak tekor.

Anda sudah pasti tidak akan mendapatkan layanan cuci kaca depan gratis ala Shell yang membuat pandangan pengemudi selalu kinclong setelah isi bensin. Demikian pula dengan loyalty benefit dalam bentuk poin, setahu saya bernama ClubSmart, yang bisa dikumpulkan untuk diskon di pengisian bensin berikutnya layanan darurat di jalan, sampai manfaat asuransi kecelakaan gratis, juga absen di Pertamina. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun