Mohon tunggu...
Christian Evan Chandra
Christian Evan Chandra Mohon Tunggu... Penulis - Analis aktuaria - narablog

Memiliki kegemaran seputar dunia kuliner, pariwisata, teknologi, motorsport, dan kepenulisan. Saat ini menulis di Kompasiana, Mojok, dan officialcevanideas.wordpress.com. IG: @cevan_321 / Twitter: @official_cevan / Email: cevan7005@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Money

Menarik Minat Anak Bangsa Menabung Saham di Era Mata Uang Kripto

3 Juni 2021   14:59 Diperbarui: 3 Juni 2021   15:07 354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menabung saham secara rutin demi hidupnya permodalan korporasi di Indonesia dan investasi masa depan. Infografis: yuknabungsaham.idx.co.id.

Keenam, ketidakpercayaan terhadap otoritas bursa itu sendiri. Grup usaha yang dikenal seluruh sahamnya memiliki performa kurang apik di bursa dan merugikan investor, emiten yang bangkrut setelah untung besar karena ternyata asetnya hanya semu belaka (padahal laporan keuangan diperiksa oleh auditor publik dan mendapatkan opini baik), sampai saham yang pergerakannya liar karena ulah "pompomers" dan bandar. Otoritas bursa dinilai seakan tidak memonitor secara intensif dan memberikan sanksi tegas kepada pihak yang bersalah.

Demi memaksimalkan banyaknya investor dan juga kepuasan mereka untuk terus berinvestasi, BEI perlu meningkatkan kualitas layanan dan pengawasan ketika di saat yang sama memperbaiki mindset investor. Hal ini penting untuk mewujudkan bursa saham yang lebih sehat dan juga menghindari kerugian investor.

Pertama, fluktuasi harga mungkin memang bisa diperluas. Melirik ke Japan Stock Exchange, fluktuasi harga melebihi 35 persen dari harga penutupan sebelumnya masih mungkin diperoleh jika harga saham berada di kisaran 101 hingga 142 JPY (sekitar Rp13-18 ribu). Di Indonesia, saham semahal ini hanya memiliki batas auto rejection sebesar dua puluh persen alias potensi keuntungan harian yang lebih minim. Akan tetapi, hal ini perlu dibarengi dengan trading halt secara bertahap jika fluktuasi melebihi batas dalam jenjang-jenjang yang telah ditentukan, misalnya satu kali di sepuluh persen, dua puluh persen, dan tiga puluh persen.

Kedua, transaksi yang dilakukan dalam satuan lot dengan seratus lembar saham per lotnya terasa tidak terlalu besar dan wajar. Jika membeli saham berkualitas secara langsung akan membutuhkan dana yang lebih besar, kecuali investor memilih berinvestasi saham secara tidak langsung melalui reksa dana. Jika satuan perdagangan dikecilkan lagi, investor memang bertambah banyak tetapi pergerakan harga saham bisa jadi kurang atraktif. Tindakan persuasif yang bisa dilakukan pengelola bursa efek adalah mengajak emiten yang harga sahamnya sudah tergolong tinggi secara nominal untuk melakukan stock split, tetapi keputusan kembali ke tangan emiten itu sendiri. Jika bertambahnya jumlah investor malah membuat pengambilan keputusan penting di tubuh emiten menjadi lebih sulit, hal ini tidak tergolong ideal pula.

Ketiga, bursa kita tidak perlu membuat kebijakan yang lebih menarik terkait margin trading dan menurut saya malah lebih baik membatasinya. Investor didorong untuk membeli saham sesuai uang "nganggur" yang dimilikinya dan bersama-sama menghindari ketidakstabilan pasar akibat forced selling. Belum lagi, marjin yang besar berarti sedikit penurunan harga menyebabkan kerugian yang lebih besar dan belum ditambah dengan bunga yang harus dibayar.

Keempat, biaya pembelian dan penjualan saham yang saat ini masing-masing kurang lebih sekitar 0,2 persen dan 0,3 persen dari nilai transaksi bukanlah biaya yang tinggi dan bersaing terhadap bursa mata uang kripto di Indonesia. Tidak semua anggota bursa mengenakan biaya bulanan kepada investornya, bergantung pada layanan apa saja yang diberikan. Investor saham pun tidak dikenakan biaya penarikan, lain halnya dengan investor mata uang kripto. Jadi, BEI dan para anggota bursa tidak perlu memotong biaya secara signifikan.

Lantas, jika hanya ada satu poin yang perlu dibuat lebih atraktif untuk menarik minat investor, apa lagi yang harus diubah? Investor perlu diingatkan bahwa horison investasi saham adalah jangka panjang, bertumbuh bersama emiten yang sahamnya dibeli dan ditabung. Investasi saham bukan ajang spekulasi bagi mereka yang menginginkan keuntungan besar dalam sekejap, sehingga memang tidak perlu diperdagangkan 24 jam sehari dan tujuh hari dalam sepekan termasuk hari libur.

Jika investor senantiasa menerapkan prinsip investasi jangka panjang pada saham berkualitas dan murah secara valuasi fundamental, bukan melirik saham yang murah secara nominal dan menarik kinerja teknikalnya saja, keuntungan berlipat ganda bisa datang dengan sendirinya. Membeli saham juga tidak harus dengan modal yang besar, bisa dengan menabung secara konsisten termasuk melalui metode dollar cost averaging. Tidak perlu panik harga saham jatuh jika sudah memilih dengan baik di awal dan tidak ada degradasi prospek emiten yang signifikan, karena memang bukan untuk mengisi kekosongan pendapatan jangka pendek. BEI bisa menggandeng mereka yang sudah sukses dengan strategi ini, misalnya Pak Aab Abdullah sebagai pengendara taksi yang pernah menerima penghargaan dari sekuritas tempatnya bertransaksi.

Mengingat banyak masyarakat Indonesia bukan berasal dari kalangan yang mengerti corporate finance, di sinilah BEI bisa membantu mereka untuk memilih saham yang bagus untuk ditabung dengan tetap menempatkan pemikiran dan pengambilan keputusan di tangan investor. Alih-alih memaksa investor membaca setumpuk laporan keuangan, ringkasan kinerja fundamental perusahaan bisa disajikan dengan menambahkan sedikit informasi mengenai transaksi tidak rutin yang material, misalnya laba bersih suatu emiten melonjak signifikan pada suatu tahun karena penjualan aset). Investor juga dapat melihat rincian utang perusahaan berdasarkan jenisnya, mencakup obligasi konversi, pinjaman perbankan, dan obligasi subordinasi, serta kapan utang tersebut harus dilunasi, misalnya kurang dari satu tahun, satu sampai dua tahun, tiga sampai lima tahun, enam sampai sepuluh tahun, dan lebih dari itu. Hal ini tentunya memudahkan investor untuk memahami kinerja emiten dan risikonya ke depan tanpa bergantung pada sajian informasi dan analisis dari pihak ketiga yang bisa jadi mengandung konflik kepentingan.

Perdagangan saham di pasar perdana yang seringkali menarik minat investor juga perlu dimaksimalkan melalui sistem elektronik (e-IPO) untuk seluruh emiten baru, bukan hanya satu atau dua emiten saja. Dengan demikian, kesempatan bertransaksi antara investor ritel bermodal rendah dan investor institusi berskala besar bisa lebih setara.

Terakhir, BEI berada di bawah pengawasan Otoritas Jasa Keuangan, sehingga tentunya investor mengharapkan perlindungan yang jelas. Di balik saham yang dibeli, terdapat emiten yang berusaha sehingga seringkali dikatakan bahwa membeli saham berarti ikut menanamkan modal pada suatu badan usaha. Untuk menjaga kepercayaan dan minat investasi mereka, kepentingan mereka perlu dilindungi agar tidak dirugikan oleh pihak-pihak yang nakal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun