Mohon tunggu...
Christian Evan Chandra
Christian Evan Chandra Mohon Tunggu... Penulis - Narablog

Memiliki kegemaran seputar dunia kuliner, pariwisata, teknologi, motorsport, dan kepenulisan. Saat ini menulis di Kompasiana, Mojok, dan officialcevanideas.wordpress.com. IG: @cevan_321 / Twitter: @official_cevan

Selanjutnya

Tutup

Gadget Artikel Utama

Dilema Mengulas dan Menilai 100 Persen Jujur di Dunia Maya

25 Februari 2019   08:00 Diperbarui: 25 Februari 2019   17:52 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai sesama manusia, saya tidak berhak memberikan nilai jelek kepada hasil kerja keras orang lain dan harus memberikan apresiasi. 

Dipikirnya ini, saya lagi-lagi subjektif karena tidak suka dengan produknya, penjualnya, atau mungkin pembuatnya. Atau, bisa jadi saya dibayar pesaing untuk menjatuhkan lawannya. Lah? Jadi kalian ini maunya apa saya juga bingung. 

Bukankah seharusnya kami sebagai pengulas dan penilai memberikan nilai terbaik jika memang baik dan buruk jika memang tidak bisa dikatakan baik supaya penjual dan produsen punya kesempatan memperbaiki diri serta melindungi konsumen yang punya hak mendapatkan pengalaman terbaik?

Kejujuran adalah sifat yang harus dimiliki oleh semua orang meski hal tersebut menyakitkan sebagian orang. Pengulas yang baik adalah pengulas yang jujur, bagus dibilang bagus dan jelek dibilang jelek. Pengulas harus adil dengan senantiasa mengedepankan penilaian sesuai kepantasan.

Belas kasihan? Kasihan sama siapa? Penjual atau pelanggan?

Belas kasihan ikut mewarnai pergolakan batin seorang pengulas dan penilai. Ketika tidak memberikan nilai baik, ada saja pihak yang menyarankan saya mengubahnya supaya mendapatkan karma yang baik dan kemudahan ketika suatu saat ikut terjun ke bisnis yang positif. Jika kamu menabur nilai baik, pasti kamu akan menuai nilai baik, begitu pikir mereka. 


Bagi mereka, satu saja penilaian jelek sangat mencoreng kerja keras meskipun semua sisanya sempurna dan bisa saja ada hal-hal yang tidak kita ketahui sehingga sesekali produk yang diberikan menjadi tidak sesuai harapan. Bisa jadi, ketika melihatnya konsumen tak pernah mau lagi membeli produk yang bersangkutan. 

Jika ini berkaitan dengan transportasi online, bisa-bisa kemitraan dengan sang pengemudi disuspen alias putus! Kalau sudah begini, kita ini dicap orang berdosa karena mematikan mata pencaharian orang lain.

Permasalahannya, jika salah sekali atau dua kali yang tidak fatal, tentu tidak akan dilayangkan nilai terburuk. Jika alasan di belakangnya bisa diterima dan koheren dengan fakta pendukung yang dilihat, kami pun akan tergerak rasa belas kasihannya. 

Akan tetapi, apa yang terjadi jika kami melihat bahwa memang penjual dan/atau produsen tidak punya kepribadian dan komitmen yang baik serta usaha sepenuh hati untuk memberikan kepuasan terbaik?

Dengan berat hati, kami lebih baik memberikan bintang satu dan merelakan mereka didepak dari bisnisnya atau setidaknya ditatar lagi terlebih dahulu daripada menimbulkan semakin banyak korban dengan ketidakpuasannya masing-masing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun