* Pelestarian Budaya Lokal: Menggali kekayaan budaya dan kearifan lokal desa dengan mengunjungi dan mengobservasi potensi wisata budaya
Survei dilakukan langsung ke beberapa dusun, yakni Krajan Barat, Krajan Tengah, Krajan Timur, Bulak Gempol, Kedung Wringin, Umengan, dan Besuki. Mahasiswa juga mendatangi fasilitas utilitas air bersih yakni sumur bor dimana sumur ini sangat berguna bagi kehidupan masyarakat desa sekitar. Tak hanya itu fasilitas wisata bernama telaga sarangan juga dikunjungi guna mengobservasi potensi desa ini.
Partisipasi dalam Kehidupan Sosial dan Religius
Selain kegiatan teknis dan pengumpulan data, mahasiswa juga turut terlibat dalam aktivitas sosial dan keagamaan masyarakat. Pada hari Minggu, mahasiswa mengikuti pengajian arisan desa. Melalui sesi pengajian, mahasiswa tidak hanya memperoleh pengetahuan agama yang lebih mendalam, tetapi juga mendapatkan bimbingan spiritual yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Pengajian arisan desa memiliki peran yang sangat penting dalam memperkuat kohesi sosial dan solidaritas masyarakat. Kegiatan ini menjadi wadah pertemuan rutin yang memfasilitasi interaksi sosial antara warga, sehingga memperkuat ikatan emosional dan rasa kebersamaan dalam komunitas.
Penyusunan Business Model Canvas dan Rencana Program Kerja
Di penghujung minggu pertama, tepatnya hari keenam dan ketujuh, para peserta KKN mulai memformulasikan konsep program yang berlandaskan pada data dan informasi yang telah dikumpulkan selama observasi. Mereka memanfaatkan kerangka Business Model Canvas (BMC) sebagai metodologi untuk menganalisis permasalahan inti, mengidentifikasi aset lokal, dan menentukan model intervensi yang efektif. Implementasi pendekatan BMC memungkinkan mahasiswa untuk memetakan target benefisiari, jejaring kemitraan, potensi sumber daya daerah, serta karakteristik spesifik yang membedakan Desa Nguter dari wilayah lainnya.
Mahasiswa menemukan sejumlah permasalahan lingkungan yang masih menjadi tantangan nyata di Desa Nguter. Melalui observasi langsung dan wawancara dengan pihak terkait, termasuk Kepala Dusun, teridentifikasi bahwa isu utama yang mengemuka adalah pengelolaan sampah yang belum berjalan secara optimal akibat berbagai faktor penyebab. Selain itu, masalah lain yang cukup krusial adalah populasi tikus yang telah melebihi ambang ekonomi, sehingga menimbulkan kerugian besar bagi masyarakat desa yang sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani padi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI