Mohon tunggu...
Mutiara Rizka Maulina
Mutiara Rizka Maulina Mohon Tunggu... Freelancer - Pecinta dunia tulis menulis dan melamun

Sedang belajar untuk konsisten menulis berbagai gagasan yang ada di kepala. Semua artikel yang disampaikan adalah pendapat pribadi.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Petualangan Sherina dan Pengembaraan Gadis Desa

22 Februari 2021   12:06 Diperbarui: 22 Februari 2021   12:23 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Bagi anak-anak yang tumbuh di era tahun 2000-an rasanya tidak asing dengan film bertajuk Petualangan Sherina. Dibintangi oleh Sherina Munaf dan Derbi Romero, tayangan ini seolah masih terus menjadi kenanangan manis dari dunia perfilman di tahun tersebut. Jujur saja, saya pribadi tidak banyak tahu mengenai film anak-anak yang diproduksi oleh dibuat, diperankan, dan dipasarkan oleh masyarakata Indonesia. 

Petualangan Sherina sendiri, saya tonton ketika saya duduk di bangku TK. Setelahnya, saya tidak ingat pernah menonton film genre anak-anak lainnya kecuali Home Alone dan Baby Day Out. Baru setelah duduk di bangkus SMA, saya kembali melihat film genre anak-anak yang diperankan dan diproduksi oleh putra bangsa. Misalnya saja film lima elang yang saat itu diperankan oleh anggota boyband anak-anak kenamaan, Coboy Junior. Beberapa tahun kemudian, saat kuliah saya juga mendengar mengenai film bergenre anak-anak, Ku Lari ke Pantai. 

Sayangnya, dari beberapa film anak-anak yang muncul beberapa tahun setelahnya tidak ada yang membuat hati saya hangat seperti menyaksikan Petualangan Sherina. Semua hanya berlalu begitu saja, apakah karena saya sudah dewasa? Saya tidak yakin. Sebab, hingga usia saya menginjak kepala dua saat ini, saya masih merasakan perasaan hangat setiap kali menyaksikan film tentang Sadam dan Sherina tersebut. Mengingat kembali bagaimana saya bisa melihat film itu, jujur saya tidak tahu pasti. 

Tiba-tiba saja, ada compact disk dengan cover seorang gadis cilik bersembunyi di balik pohon ada di rumah saya. Tentu bukan mendadak muncul atau jatuh dari langit, orangtua saya pasti yang membelinya. Cuman saya tidak tahu kapan, dimana, bagaimana dan untuk apa mereka membelinya. 

Beberapa waktu kemudian, saya ingat diajak pergi orangtua saya ke Bandung untuk mengikuti studi wisata kakak saya. Selain berkunjung ke kediaman Aa Gym, kami juga datang ke sebuah tempat untuk meneropong bintang bernama Bosca. Untuk pertama kalinya dalam hidup seorang Chika, saya melihat sebuah teropong bintang. Bukan hanya teropong biasa, tapi dengan ukuran raksasa dan tersimpan di balik sebuah gedung berwarna putih dan atap berbentuk setengah lingkaran. 

Disana, saya melihat beberapa potret yang masih saya ingat gambarnya saat ini, tapi tidak dengan namanya. Kami membeli kenang-kenangan berupa miniatur tempat tersebut. Saat itu saya merasa senang karena bisa berkunjung ke tempat Sherina dan Sadam bersembunyi dari para penculik yang berniat jahat ingin membeli perkebunan kedua orangtua Sadam dengan cara licik. Sampai detik ini, itu menjadi pengalaman yang tak terlupakan untuk saya. 

Saat berada di bangku kuliahlah, saya baru mengetahui jika Petualangan Sherina sebenarnya ditayangkan di bioskop. Melalui berbagai media sosial, saya membaca kenangan anak-anak generasi 2000 yang menyaksikan film itu dalam sebuah layar berukuran besar bersama keluarga mereka. Sampai saat itu, saya selalu berfikir bahwa film itu diperdagangkan dalam bentuk compact disk untuk disaksikan di rumah. Bioskop sendiri baru saya kenal ketika duduk di bangku SMP, film pertama yang saya tonton adalah Dalam Mihrab Cinta. 

Saat itu, Dude Herlino bermain sebagai tokoh utama, dan salah satu latar tempat yang digunakan adalah sekolah saya. Mengetahui Petualangan Sherina pernah diputar di bioskop saya menjadi terkejut. Ketika saya bisa menontonnya di TV saat itu, saya sudah merasa mewah. Pasalnya, masih banyak teman-teman saya yang tidak memiliki TV, sehingga mereka kerap datang ke rumah untuk menumpang menonton TV. Kini, saya menyadari ada yang lebih mewah dari yang saya miliki. 

Jika harus mengenang lagi bagaimana film Petualangan Sherina bisa saya konsumsi saat itu, sementara teman-teman saya belum punya TV. Maka, keberadaan film Petualangan Sherina bagi kami para gadis desa, adalah sebuah kemewahan dalam pengembaraan kami menjalani kehidupan. Mereka yang bernostalgia dengan kenangannya saat menyaksikan film Petualangan Sherina, apakah tahu jika di belahan bumi pertiwi ini masih ada orang yang tidak mengenal siapa Kartaredjasa?. Tidak harus orang yang tinggal di daerah terpencil, di dalam hutan atau suku-suku tertentu. 

Saya dan rekan-rekan saya yang hanya tinggal di sebuah lereng gunung, yang selalu diagung-agung kan sebagai desa wisata dan desa vokasi saja tidak tahu ada Petualangan Sherina di bioskop. Di kota kami tidak ada bioskop, tapi di desa ku juga tidak ada pertunjukan kayar tancap. 

Hiburan termewah kami saat libur sekolah mungkin adalah tayangan televisi (untuk yang memiliki). Pergi sekolah saja rasanya sudah mewah, untuk ukuran saya yang bisa berangkat pulang dan pergi sekolah naik bus saja sudah dicap anak manja. Banyak yang harus berjalan kaki berkilo-kilo jauhnya untuk mengenyam pendidikan yang konon katanya membawa masa depan yang lebih cerah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun