Mohon tunggu...
Cep Herdi
Cep Herdi Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Sekarang saya sedang menempuh pendidikan di universitas Siliwangi program studi Ekonomi Syariah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pendidikan Agama Islam

4 Oktober 2022   10:09 Diperbarui: 4 Oktober 2022   10:19 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Saya bingung harus menulis apa tentang Syaikhuna Yusuf Al Qaradawi tetapi saya memanggilnya Buya Yusuf Al Qaradawi rahimahullahu ta'ala  yang baru wafat beberapa hari yang lalu. Jujur saja, saya yang menikmati semua pemikiran-pemikiran Qaradawi terkejut mendengar kabar wafatnya Qaradawi, karena tak menyangka salah satu Ulama Kharismatik dari Gerakan Dakwah yang sangat fenomenal dan populer, Ikhwanul Muslimin yang baru saya kenal duduk dibangku kuliah itu benar-benar kita dan hanya meninggalkan sebuah ilmu dan pemikiran-pemikirannya yang mencerdaskan ummat di era modern ini. Ya, nama beliau ialah Prof. Dr. Yusuf al Qaradawi yang lahir 2 Rabi'ul Awwal 1345 Hijriah atau 9 September 1926 Masehi di Saft Turab, Mesir dan Wafat pada hari Senin, 30 Shafar 1444 Hijriah atau 26 September 2022 Masehi di Doha, Qatar. Wafatnya Qaradawi adalah suatu musibah dan duka bagi ummat, dalam tulisan saya kali ini saya akan lebih menitik beratkan pada 'Permata' indah keilmuan beliau yang bermanfaat bagi kehidupan Dakwah Islamiyah dan keberlangsungan Ummat ini.

Saya tertarik mengikuti segala pemikiran-pemikiran beliau semenjak saya membaca buku milik Ayah saya (meskipun ayah saya bukan pengagum beliau) berjudul "Sistem Pendidikan Ikhwanul Muslimin" yang ditulis oleh Syaikh Yusuf Al Qardawi terbitan Penerbit Media Da'wah tahun 1983.

Dalam bukunya tersebut, Qaradawi mengedepankan nilai ketuhanan (tauhid) sebagai aspek dasar dalam suatu pendidikan Islam, Qaradawi menuturkan bahwa tujuan pertama pendidikan Islam ialah terciptanya manusia-manusia mu'min. Dijelaskan pula dalam buku tersebut, bahwa Iman bukannya sekadar ucapan atau pengakuan belaka. Iman merupakan kebenaran yang jika masuk ke dalam akal akan memberikan kepuasan akli, jika masuk ke dalam perasaan akan memperkuatnya, jika masuk ke dalam iradah atau keinginan akan membuatnya dinamis dan mampu menggerakkan. Qaradawi juga menekankan beberapa aspek ibadah yang harus dilakukan dalam praktik pendidikan islam. antara lain;

Beribadah menurut sunnah Rasulullah  dan menjauhi bid'ah (penyimpangan) yang sebegitu jauh sering kali merupakan kesesatan. Dalam hal ini, Syaikhul Islam Hasan Al Banna rahimahullahu ta'ala pernah menunjuk buku Fiqhul As-Sunnah karya Sayyid Sabiq rahimahullahu ta'ala, sebagai rujukan dikalangan Ikhwanul Muslimin
Menggiatkan Shalat Berjama'ah baik di medan damai maupun disaat perang, baik itu untuk shalat fardhu (shalat 5 Waktu) maupun shalat Jum'at
Memprioritaskan Pelaksanaan ibadah-ibadah wajib (fardhu) untuk mengiringinya dengan ibadah-ibadah Sunnah. Bukan memprioritaskan ibadah-ibadah yang sunnah dan mengiringinya dengan ibadah-ibadah yang wajib
Menggiatkan Ibadah-Ibadah Sunnah. Dalam sebuah Hadist Qudsi yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, Nabi  bersabda : "Hendaklah setiap hambaKu kalau mendekatkan diri kepadaKu melalui amal-amal sunnah. Sehingga aku mencintainya"
Menggiatkan agar memperbanyak dzikir kepada Allah ta'ala berdasarkan Al Qur'an : "Wahai ummat yang telah beriman, berdzikirlah kepada Allah dengan dzikir yang banyak dan bertasbihlah kepada-Nya diwaktu pagi dan petang" (QS Al-Ahzab 33:41-42)
Zikir yang terbaik ialah membaca Al Qur'an karena setiap hurufnya akan diberikan sepuluh kebaikan. Hal ini yang menjadi dasar pergerakan Ikhwanul Muslimin, dalam salah satu wasiatnya, menekankan agar setiap anggota mempunyai bacaan zikir harian yang diambil dari Qur'an, agar membacanya dengan baik sesuai dengan ilmu tajwid, disertai dengan penghayatan dan pemikiran. Zikir memang bermacam-macam dan lafadznya juga banyak

Kemudian dalam buku ini juga, Qaradawi menuliskan aspek sosial dalam sistem pendidikan Islam yang diterapkan pada Gerakan Dakwah ini. Qaradawi membaginya ke dalam tiga jalur. Antara lain; (1) Ibadah yang merupakan perwujudan dari hubungan Manusia dengan Allah -ta'ala- (2) Amal shalih yang merupakan perwujudan hubungan kepada sesama Manusia (3) Jihad yang merupakan perwujudan perlawanan terhadap musuh-musuh agama ini. Allah 'Azza wa jalla berfirman : "Hai orang-orang yang beriman, ruku'lah, sujudlah, sembahlah Tuhanmu dan berbuat baiklah, agar kamu mendapatkan kemenangan. Berjihadlah kamu dengan sebebar-benar jihad" (Al Hajj 22: 77-78).

Dan tentu, yang tidak kalah penting dalam sistem pendidikan Islam yang diterapkan dalam Gerakan Dakwah ini ialah, aspek politik.  Qaradawi menjelaskan yang dimaksudkan dalam aspek politik ialah segala hal yang berkaitan dengan pemerintahan, ketata negaraan, hubungan antara pemerintah dengan rakyat, hubungan antar negara, penjajahan dan lain sebagainya.

Sebelum lahirnya Gerakan Dakwah ini, aspek politik tidak tersentuh oleh kaum Muslimin di Mesir pada waktu itu, bahkan diabaikan ataupun tidak digubris sama sekali. Parahnya, politik malah dipertentangkan dengan agama dan tidak bisa dikompromi.

Orang harus dipilah untuk menjadi manusia agamis dan manusia politis, sementara itu masyarakat dipisahkan pula menurut penggolongan itu. Orang yang ta'at beragama atau orang yang agamis dilarang mencampuri urusan politik. Begitupula sebaliknya, orang politik dilarang mencampuri urusan agama. Akibatnya ialah lahir Gerakan-Gerakan Dakwah bahkan generasi agamis yang apatis. Seperti kelompok-kelompok tasawuf dan munculnya sikap tabu Politis sehingga semua Gerakan Dakwah dan organisasi keagamaan memakai label non-Politis.

Menghadapi keadaan seperti ini Hasan al-Banna rahimahullahu ta'ala berjuang dengan gigih untuk menangkis kesalah-pahaman mengenai hubungan agama dengan politik; kesalahpahaman yang disuburkan oleh kebodohan hawa nafsu dan ditambah lagi dengan adanya penjajahan kebudayaan yang sempat berurat berakar di kalangan masyarakat luas.  

Tidak ada pilihan lain yang dilakukan Hasan al-Banna selain memerangi pemikiran yang salah itu dengan cara yang benar. Yakni, pemikiran tentang keuniversalan Islam sebagai agama yang mengurus semua aspek kehidupan kita termasuk dalam urusan Politik (siyasi). Hal ini dengan tegas ditunjukkan oleh Al Qur'an dan Al Hadist, Sejarah hidup Rasulullah beserta para sahabat, serta praktik ummat Islam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun