Menutup ruang inovasi, sebab budaya yang terlalu dipuja bisa menjadi stagnan karena takut terhadap perubahan. Â
Dalam utilitarianisme kebudayaan, pemujaan lebih destruktif dibandingkan pengaguman apalagi berlebihan dan menjadi cultus individu, sebab ia berpotensi mempersempit ruang kreatif dan diskusi budaya. Â
Mengagumi boleh terutama Â
bagi pengembangan budaya bangsa, karena memberikan apresiasi yang sehat dan mendorong inovasi. Â
Menjilat tidak berguna dan bahkan merusak perkembangan budaya, sebab ia tidak berlandaskan objektivitas. Â
Memuja berlebihan cenderung berpotensi membatasi ruang budaya, karena bisa menciptakan dogma dan menghambat pemikiran kritis. Â
Untuk membangun budaya yang maju dan inklusif, masyarakat harus mendorong apresiasi yang sehat, menghindari fanatisme, cultus individu, Â serta membuka ruang bagi kritik dan inovasi budaya.
SaranÂ
Penguatan Meritokrasi Budaya
Promosi Apresiasi Berbasis Prestasi dengan menghindari budaya menjilat dengan menilai karya, Â berdasarkan nilai objektif, bukan hubungan atau kepentingan. Â
Pendidikan Berbasis Evaluasi Kritis Mengajarkan cara menghargai budaya tanpa fanatisme, dengan membuka ruang diskusi dan refleksi historis. Â
Penguatan Literasi Budaya. Membantu masyarakat memahami akar sejarah, filosofi, dan dampak budaya agar penghormatan tidak sekadar emosional. Â
Mendorong Apresiasi SehatÂ
Kurikulum Berbasis Studi Budaya – Mengintegrasikan studi antropologi, sejarah, dan semiotika dalam pendidikan agar pemahaman terhadap budaya lebih mendalam. Â
Penyediaan Ruang Kreatif– Membangun pusat budaya, festival seni, dan komunitas literasi untuk melestarikan nilai-nilai budaya secara aktif. Â