Seketika Jack tersenyum saat seorang pria paruh baya lewat di hadapan kami.
"Itu Pak Edi, beliau sesekali bertandang ke mari," ujar Jack setengah berbisik. Pak Edi, pemilik hotel itu.
Jack satu dari sekian banyak hotel manager yang terdampar di hotel berbintang 2.
Ia menyebutnya down grade, turun level, dapat dikatakan begitulah kondisinya kini karena sempitnya lapangan kerja berhubung banyak hotel tutup permanen.
"Sejak awal pandemi, Pak Edi sama sekali tak membantu biaya operasional hotel," katanya membuyarkan lamunanku tentang perubahan drastis Jack.
"Kami harus membiayai sendiri dari pendapatan hotel setiap hari," ujar Jack
Pemasukan hotel yang minim digunakan untuk operasional dan gaji karyawan. Jika berkata jujur, hampir tidak ada yang disisihkan untuk sang pemilik.
Pebisnis hotel di jalan buntu?
Bisnis hotel meradang. Maju terhalang, mundur tertahan. Sebagian pebisnis hotel memilih menyerah ketimbang sulit tidur memikirkannya. Dalam keadaan buntu akhirnya marak di media, berita penjualan hotel-hotel di Nusantara.
Mulai non bintang hingga bintang 5. Harga yang ditawarkan, mulai harga Rp 4,7 miliar rupiah hingga termahal Rp 60 triliun. Terpampang 1943 hotel dijual hingga hari ini.
Jualan hotel bak cendawan selepas musim hujan. Daerah Bali adalah wilayah terbanyak. Tingginya biaya operasional hotel, itulah penyebab hotel megap-megap bak ikan bernafas di darat.