Mohon tunggu...
Celestine Patterson
Celestine Patterson Mohon Tunggu... Hoteliers - Hotelier: Hotel Management, Sales Leader, Management Hospitality

🍎Hotelier's Story : Pernak-Pernik Dunia Hospitality (Galuh Patria, 2021). Warna-Warni Berkarir Di Dunia Hospitality (Galuh Patria, 2022). Serba-Serbi Dunia Perhotelan by CL Patterson dkk (Galuh Patria, 2023). Admin of Hotelier Writers Community (9 June 2023 - present)

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Masa Depan Hotel Butik, Akankah Ditinggalkan Fan?

9 Mei 2021   19:45 Diperbarui: 10 Mei 2021   15:35 1109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hotel butik, akankah dilupakan para penggemar? (Foto: Pixabay/Tama66)

Reina sepupuku, berencana ke luar kota. Ia minta dicarikan hotel butik. Katanya, penasaran dengan hotel butik anyar di kota itu.

Mulailah saya berselancar mencari hotel yang cocok untuk Reina sekeluarga. Tepat mataku terpaut hotel dengan bangunan layaknya istana.

Lobi nan megah, sepanjang koridor kaya sentuhan seni. Fasilitas di kamar mewah. Tengok saja lantai berkarpet 10 cm. Sepintas bagai istana kerajaan dalam dongeng.

"Kak, saya ada di hotel butik nih. Nanti kukirim fotonya ya!" ujar Reina.

Apabila mendengar nama hotel butik sekilas terkesan mewah dan megah. Dalam bahasa Inggris, boutique hotel, menurut tipenya termasuk kelas upscale atau kelas atas.

Ciri menonjol dari hotel butik yaitu memiliki unique selling poin (USP), bagaimana produk kelas ini ngetop di pasar.

USP adalah poin unik yang membuat brand Anda lebih menonjol dari hotel pesaing.

Diantaranya hotel butik memunculkan signature lebih dari sekadar arsitek hotel, desain bangunan, serta fasilitas di sudut kamar dan area hotel.

Mungil, modis, dan bergaya

Riwayat hotel butik pertama kali berada kota London di mana pemiliknya menciptakan kamar nan mewah, modis walau terbatas lahan. Ciri khusus tipe hotel butik adalah mungil, modis, dan bergaya (small, stylish, dan fashionable).

Awal berdirinya hotel butik tahun 1980 di kota London lalu disusul kota-kota di San Fransisco dan New York.

Karena fokus pada kemewahannya, maka tipe hotel butik memiliki kamar yang terbatas, mulai dari 10 kamar hingga terbanyak 100 kamar.

Ada beberapa hotel butik di Bandung zaman dulu, yang hanya memiliki 50 kamar serta outlet spa. Dari luar bangunan tampak unik, memancing mata setiap pejalan kaki, menjadi lirikan setiap pengendara mobil.

Belakangan, hotel butik melakukan inovasi produk yang tidak hanya menekankan pada kemewahan saja. Bahkan kadang jauh dari kesan mewah yang kita bayangkan.

Lobi hotel butik, memancing tamu untuk kembali lagi (Foto: Pixabay)
Lobi hotel butik, memancing tamu untuk kembali lagi (Foto: Pixabay)

Sekilas dipandang dari luar, kondisi bangunan hotel dan fasilitas kamar tampak biasa saja, namun tonjolan keunikan akan nyata terlihat saat berada di dalam hotel.

Adakalanya fasilitas serta perabot tidak semahal yang kita kira. Karena cermat terhadap keperluan itu, banyak pemilik hotel memilih sendiri barang-barang yang akan dipajang di hotelnya termasuk alat makan piring, sendok, dan gelas.

Bahkan tidak jarang sang pemilik membeli langsung barang-barang itu ke negeri sebrang. Tujuannya kepuasan.

"Pokoknya harus unik!" ujar Pak Matias, sang pemilik hotel butik.

Betapa pencinta hotel butik sangat memperhatikan setiap detail sudut area dan ruang.

Pak Matias menggandeng arsitek lokal yang berkelas terhadap seni budaya. Kontraktor dan pengembang kelas wahid yang telah berpengalaman dalam bidang ini.

Siapakah yang dapat menonjolkan seni budaya Indonesia jika bukan arsitek anak bangsa?

Hotel butik harus memiliki perbedaan menonjol dari hotel tetangga. Di Penang ada hotel berasitek perahu, kamar hotel dikelilingi akuarium atau bangunan terbuat dari kayu berkualitas.

Akhir-akhir ini batasan hotel butik dan hotel kelas menengah (midscale) seakan bias. Tipe hotel bisnis banyak yang menyamai hotel butik. Mungkin pula karena julukan "butik" terkesan mahal. Untuk apa menyandang nama butik tapi tiada pembeli?

Kata Reina sepupuku, hotel yang ditempatinya bagai hotel butik. Nyatanya hotel itu bertipe hotel bisnis. Bangunannya setengah hotel bisnis, setengah resort. Pembedanya dekorasi gorden, kursi-kursi lebih berseni.

Ujar Pemilik hotel,
Ujar Pemilik hotel, "aku penyuka hotel butik" (Foto: Pixabay)

Buang uang ala David Beckham

Semasa pandemi, hotel butik di Eropa yang berharga normal Rp 2,1 juta dihargai Rp 650 ribu per kamar/malam.

Klasifikasi hotel butik sejak dulu memang agak sulit dibedakan dari hotel tipe bisnis. Banyak tipe hotel bisnis kian mewah menyaingi hotel butik.

Ada hotel disangka hotel bisnis, padahal hotel butik. Apa pembedanya? Apakah hotel butik ditentukan pada kemewahan fasilitas?

Seiring berjalannya waktu, inovasi produk hotel pun berkembang. Semakin banyak pebisnis, ingin menyuguhkan suatu brand yang unik.

Salah satu inovasi hotel super butik yang melebihi kecantikan hotel butik yaitu hotel milik mantan legendaris pesepak bola David Beckham.

Kabarnya ia akan membuka hotel butik super pertama di dunia yang berada di Macau, Tiongkok. Hotel mewah itu bernama The Londoner, hotel asal rebranding Sands Cotai Central. Sedangkan Beckham sendiri menjadi brand ambassador.

The Londoner dilengkapi 600 kamar suite, 14 David Beckham Suites, The Londoner Court 368 premium, Conrad Macao 659 kamar, Sheraton Grand Macao 4001 kamar dan St Regis Macao 400 kamar.

Kamar suitenya diberi nama The David Beckham Suites yang berada di lantai teratas.

Beckham juga menggandeng Chef terkenal Gordon Ramsay untuk mengelola 20 restoran. Kabarnya Las Vegas of Asia ini menelan USD 2 milyar dan akan dibuka akhir tahun ini.

Hospitality style yang menjadi gaya hidup selebritas 

Inovasi produk sedianya diperuntukkan sebagai pemikat konsumen lalu lahirlah butik villa, butik inn, butik resort. Maknanya kurang lebih sebuah vila, resort yang cantik.

Di Indonesia, unique boutique villa di bawah The Samaya Seminyak Bali adalah contoh butik tipe vila mewah.

Selain David Beckham, pesepak bola Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi pun memiliki beberapa hotel dan resort. Namun Beckham menjadi bahasan tulisan ini terkait hotel super butiknya yang menguras duit triliunan dari kantongnya.

Mengapa hotel butik menjadi alasan prestise? (Foto: Pixabay)
Mengapa hotel butik menjadi alasan prestise? (Foto: Pixabay)

Mengapa hotel butik menjadi alasan prestise bagi mereka yang berduit? 

Ini dia alasan umumnya:

a. Hotel butik biasanya disayang-sayang oleh pemiliknya. Ditimang-timang karena cantik.

Anda pernah menjumpai beberapa staf housekeeping yang selalu sibuk bebenah memenuhi lobi? Lalu sebentar dilap, sebentar disapu? Itu karena kecintaan pemilik hotel.

Takada tamu, tak menjadi soal. Sama seperti Anda memiliki koleksi berlian, atau koleksi jam tangan mahal yang selalu menjadi pusat perhatian.

b. Menjadi kesenangan atau hobi sang pemilik. Tidak mencari keuntungan semata.

c. Biaya pemeliharaan hotel butik dan fasilitas sangat mahal. Hanya mereka yang berani membuang uangnya pada ladang bisnis ini.

d. Memiliki konsumen tertentu, pasar tertentu dibandingkan hotel lain. Langganannya orang-orang tertentu yang fanatik, bukan tamu yang selayang pandang. Hal ini karena kecintaannya pada fasilitas mewah dan unik.

e. Menjadi hotel pelengkap bagi operator hotel. Seperti The Londoner yang rebranding dari hotel lama sebagai prestise bagi operator hotel yang menggarap hotel butik.

Tidak afdal jika operator hotel tidak mempunyai tipe ini, atau dianggap kurang bergengsi.

Harga selangit pun tidak menjadi penghalang (Foto: Pixabay)
Harga selangit pun tidak menjadi penghalang (Foto: Pixabay)

Menyoal eksistensi hotel butik, harga selangit pun tidak menjadi penghalang.

Begitupun sang pemilik telah memiliki jaringan dan pelanggan tertentu. Itu sebabnya, usaha bisnis ini cenderung sebagai hobi, rekreasi, hiburan, tidak semata mencari keuntungan.

Pemilik hotel paham siapa pasar pembeli yang mengelilinginya, apakah dari keluarga leisure, dalam rangka liburan keluarga atau pasangan bulan madu.

Impian Beckham memang berbeda. Uang berlebih tak menjadi soal. Cita-citanya membangun hotel super butik di Asia berada di tengah kultur berbeda, The Londoner,  menciptakan suasana baru bagi pencintanya.

Pandangan publik tentang hotel, seolah serba glamor, mewah. Yang terjadi justru sebaliknya, dunia hospitality selalu ramah terhadap konsumen dari kalangan manapun.

Saking ramahnya, tak berlebihan jika industri ini menyuguhkan berbagai pilihan kepada setiap tamu, hotel butik, hotel bisnis, hotel bujet atau kostel? Sila baca tautannya di sini

Kini fan hotel butik lebih leluasa memilih. Inovasi produk hotel membuat fan mudah menentukan hotel favoritnya.

Di masa hawar ini, biaya operasional yang membengkak sementara pelanggan lebih nyaman tinggal di rumah, akankah hotel butik ditinggalkan fannya?

Bila perjalanan bisnis dibatasi, keluarga pelancong ragu-ragu, akankah hotel ini dilupakan?

Semoga segalanya lancar menyongsong masa depan yang cerah.

Salam hospitality

Rujukan:
1. Boutique Hotel, Wikipedia

2. David Beckham to open bizarre London-themed hotel in Macau, telegraph.co.uk, 15 November 2019

3. Footie Towers Lionel Messi or Cristiano Ronaldo, who's the GOAT of the hotel world?, thesun.co.uk, 4 May 2021

4. Tanya jawab tentang Hotel Butik di Eropa, TripAdvisor,

5. British-Themed Resort Opens in Macao, China including David Beckham Designed Suites, Forbes, 14 Maret 2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun