Mohon tunggu...
Celestine Patterson
Celestine Patterson Mohon Tunggu... Hoteliers - Hotelier: Hotel Management, Sales Leader, Management Hospitality

🍎Hotelier's Story : Pernak-Pernik Dunia Hospitality (Galuh Patria, 2021). Warna-Warni Berkarir Di Dunia Hospitality (Galuh Patria, 2022). Serba-Serbi Dunia Perhotelan by CL Patterson dkk (Galuh Patria, 2023). Admin of Hotelier Writers Community (9 June 2023 - present)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

WNA di Mataku

19 Januari 2021   20:08 Diperbarui: 20 Januari 2021   05:00 349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(ilustrasi pixabay.com)

Saat kami tinggal di Johor Bahru, kadang akhir pekan kami rencanakan bermalam di Batam. Dengan menyebrang dengan kapal Feri selama 90 menit,  kami dapat menghilangkan penat.

Tba di hotel, kami langsung ke kamar. Karena langit hampir gelap saya sempatkan berenang. Airnya amat jernih, tampak beberapa keluarga masih berendam di hari Sabtu petang itu.

Ketika hendak kembali ke kamar, saya ingat kunci kamar  tidak terbawa. Kemudian saya meminta kunci tambahan, namun resepsionis menolak dengan alasan sudah diberi 2 kunci kamar.

Saya berjanji bahwa setelah tiba di kamar, kunci akan dikembalikan. Resepsionis masih menolak memberikan kunci ekstra.

Setelah itu saya menelpon ke kamar dari landphone lobby, tidak ada sahutan. Setelah dicari-cari, ternyata sang suami sedang duduk di Lounge dekat area lobby.

Kesal dengan perlakuan resepsionis, saya langsung menghadapkan suami kepada resepsionis agar ia menjelaskan alasan saya perlu kunci tambahan itu.

Tanpa diminta ia langsung memberikan kunci pada saya, padahal saya sudah tidak memerlukannya lagi. Peristiwa ini membuat penghargaan saya terhadap resepsionis berkurang.

Perlakuan diskriminasi semacam ini sering terjadi di hotel. Saya sebagai hotelier bahkan sering mengalami kejadian tidak terduga dan menyakitkan.

Seperti pada waktu sarapan prasmanan, pramusaji memberikan sapaan ramah dan menyilakan tempat duduk pada bule. Sebaliknya saya tiba di restoran, harus mencari kursi. Namun saat suami datang, waiter menyambutnya dengan ramah. Saya terdiam, tapi pemandangan seperti ini sangat tidak menyenangkan.

Saya, seorang istri dari suami bule, memakai kacamata saya bagaimana memandang WNA seperti kisah dari beberapa pengalaman berikut:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun