Perjalanan Menuju Kuching
Natasya adalah gadis berusia 20 tahun asal Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya. Pada Juni 2024, ia mengajak ayah dan ibunya untuk melakukan perjalanan darat ke Kuching selama lima hari penuh kebahagiaan. Mereka berangkat pukul 06.00 pagi dari Pontianak menuju Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Entikong dengan mobil pribadi. Perjalanan ini memakan waktu sekitar lima jam, tergantung kondisi jalan dan antrean imigrasi. Sesampainya di perbatasan, mereka harus menyelesaikan proses imigrasi untuk masuk ke Malaysia.
Setelah  tiba di pos imigrasi, Natasya dan keluarganya mengisi Malaysia Digital Arrival Card (MDAC) secara online dan menunjuk paspor untuk di cap oleh petugas. Karena membawa mobil pribadi, mereka juga harus mengurus dokumen kendaraan di pos Jabatan Kastam Diraja Malaysia. Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, seperti Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) asli dan fotokopi, SIM Internasional, Asuransi Kendaraan Malaysia (CI), atau e-Vehicle Entry Permit (e-VEP) dan Road Tax Malaysia yang bisa dibayar langsung di pos perbatasan sekitar Rp 200.000-300.000 tergantung jenis kendaraan. Petugas akan memeriksa fisik kendaraan dan kelengkapan dokumen. Setelah dinyatakan lengkap, mobil pun diizinkan melintas perbatasan. Sebelum melanjutkan perjalanan ke Kuching, mereka singgah di SPBU dekat perbatasan untuk mengisi bensin. Harga bensin di Malaysia relatif lebih murah dibandingkan di Indonesia, sekitar Rp 6.000 per liter untuk RON 95. Mereka memutuskan mengisi penuh tangki mobil dengan biaya sekitarÂ
Rp 450.000, cukup untuk perjalanan pulang-pergi selama beraktivitas di Kuching tanpa khawatir kehabisan bahan bakar di tengah jalan. Setelah itu, mereka mampir ke Maxis Centre Boulevard Mall untuk membeli kartu SIM lokal seharga Rp 100.000 dengan kuota 20 GB, lalu melanjutkan perjalanan ke Kuching yang memakan waktu sekitar dua jam.
Berkunjung Ke Jong's Crocodile Farm dan Kuching Wetlands National Park
Begitu tiba di Kuching, mereka langsung menuju Riverine Sapphire Apartment untuk check-in. Apartemen ini cukup populer karena lokasinya strategis dan harganya terjangkau, sekitar Rp 400.000 per malam untuk unit dua kamar dengan ruang tamu, dapur, dan balkon menghadap sungai. Total biaya menginap selama lima hari empat malam sekitar Rp 1.600.000. Setelah beristirahat dan makan siang sederhana di apartemen, mereka memulai perjalanan dengan mengunjungi Jong's Crocodile Farm, taman reptil terbesar di Sarawak. Tiket masuknya sekitar Rp 100.000 per orang. Di sana, mereka menyaksikan berbagai spesies buaya, termasuk buaya raksasa berusia puluhan tahun, dan melihat pertunjukan pemberian makan yang cukup mendebarkan.
Sore harinya, perjalanan berlanjut ke Kuching Wetlands National Park, kawasan konservasi yang kaya akan flora dan fauna. Mereka menyewa perahu untuk menyusuri hutan bakau dengan biaya sekitar Rp 300.000 per rombongan. Selama menyusuri sungai, mereka beruntung dapat melihat burung bangau yang bertengger di dahan, dan monyet ekor panjang yang melompat-lompat di antara pepohonan. Malam harinya, mereka menikmati makan malam di Chong Choon Cafe, tempat populer untuk mencicipi kuliner khas Sarawak. Mereka memesan Laksa Sarawak seharga Rp 35.000, Tomato Mee seharga Rp 28.000, dan minuman seperti White Lady seharga Rp 20.000 serta teh C Peng Special seharga Rp 18.000. Suasana makan malam semakin berkesan saat ibu, yang baru pertama kali mencoba Tomato Mee, tidak menyadari bahwa kuahnya sangat kental. Saat meniup mie yang masih panas, sausnya menyiprat ke wajah, membuat Ayah dan Natasya tersenyum melihat kejadian itu.Â
Pengalaman Seru di Semenggoh Wildlife Centre dan Menyegarkan Diri di Annah Rais Hot Spring
Keesokan harinya, perjalanan dimulai dengan kunjungan ke Semenggoh Wildlife Centre, pusat rehabilitasi orangutan yang terletak sekitar 40 menit dari pusat kota. Tiket masuk ke tempat ini sekitar Rp 35.000 per orang. Mereka sangat beruntung bisa melihat beberapa orangutan datang ke area pemberian makan, termasuk induk yang menggendong bayinya sambil bergelantungan di pohon. Melihat satwa langka ini berinteraksi di habitat aslinya.Â
Setelah puas menikmati keindahan alam dan mengamati orangutan, mereka melanjutkan perjalanan ke Annah Rais Hot Spring, pemandian air panas alami yang dikelilingi hutan tropis. Tiket masuknya sekitar Rp 70.000 per orang. Mereka menghabiskan waktu sekitar 2 jam di sana, berendam sambil menikmati pemandangan alam yang asri, merilekskan tubuh, dan menyegarkan kaki yang lelah setelah berjalan-jalan di hutan. Suasana tenang dengan suara gemericik air dan kicauan burung membuat mereka betah berlama-lama di sana.
Malam harinya, mereka makan malam di Lepau Restaurant, salah satu restoran yang terkenal dengan masakan tradisional khas Sarawak. Mereka memesan Ayam Pansuh (ayam masak dalam bambu) seharga Rp 120.000, Midin Belacan (sayur pakis tumis sambal) seharga Rp 80.000, dan Nasi Lemak seharga Rp 15.000 per porsi. Makan malam ini menjadi salah satu momen favorit mereka karena bisa mencicipi rasa khas Sarawak dalam suasana restoran yang hangat dan nyaman, sambil berbincang santai tentang keseruan hari itu.