Mohon tunggu...
Cecep Gaos
Cecep Gaos Mohon Tunggu... Guru - Guru pecinta literasi

Guru Kota Padi

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Bumiku Malang, Bumiku Sayang

22 April 2018   20:12 Diperbarui: 22 April 2018   20:32 499
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: https://www.istockphoto.com

Kekuasaan telah memaksamu membohongi Tuhan. Menutup wajah tuamu dengan hiasan pembangunan. Bagai sang tua renta berhiaskan "make-up" yang begitu menawan. Mengharapkan pujian dari para pencari kesenangan.

Padahal rupa aslimu tak lagi rupawan. Bopeng-bopeng di wajahmu semakin tak karuan. Pengerukan gunung telah menjadi tontonan. Pembakaran hutan tak lagi tertahankan. Perampokan hasil laut pun semakin menyedihkan.

Bumiku malang, bumiku sayang.

Keserakahan telah membuatmu semakin terluka. Oleh tajamnya paku-paku bumi yang terus menusuki perutmu di mana-mana. Pompa-pompa raksasa pun menyedot cairan tubuhmu tanpa sedikit pun punya rasa iba.

Kini, yang tersisa tinggallah sepenggal harapan. Yang dititipkan Tuhan pada generasi pemelihara masa depan. Sudah saatnya kita mengambil bagian. Agar bumi terus berada dalam kelestarian.

#CG @Karawang, 22-04-2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun