Mohon tunggu...
Catarina Tenny Setiastri
Catarina Tenny Setiastri Mohon Tunggu... Ibu, guru, dan pejalan.

ig: catarinatenny22 | fb: Catarina Tenny Setiastri | Saya Ibu dan guru yang menyukai perjalanan ke tempat-tempat baru yang cenderung senyap untuk mengalami dan meresapinya. Saya berinteraksi dengan alam, lingkungan sekitar, orang lokal, penggiat alam, atau dengan pejalan lainnya. Destinasi bukan satu-satunya tujuan dalam perjalanan; saya puaskan diri dengan pengalaman baru bersama keluarga, mencari letupan-letupan keajaiban di tiap peristiwa yang singgah. Keajaiban yang saya percaya selalu hadir dariNya membuat saya bertumbuh menjadi lebih baik, lebih berguna, dan berkembang dalam iman saya yang tidak seberapa.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Contekan Ujian: Sahabat Palsu

8 Februari 2025   05:33 Diperbarui: 8 Februari 2025   05:33 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Menit ke-3.

"Sial! Mana sih Lisa nih? Kok ga datang-datang sihhhh?", ucap Amel dalam hatinya. "Udah tau ijin ke toilet cuman sekali, ga dateng-datang sampe sekarang! Aku ga mungkin nunggu lebih lama lagi, pengawas pasti bakal curiga!" 

Ruang sempit toilet menambah panas hawa badannya, peluh keluar tak terbentung, perutnya mulas seiring dengan detakan jari-jari pada kedua pahanya yang tak bisa berhenti.

Menit ke-4; tetap saja Lisa ga datang! Setelah melenguh dalam kesalnya, ia kembali mengecek satu per satu toilet yang kini ia jejaki. Puff, benar-benar tak ada kertas yang Lisa janjikan. "Dasar sial Lisa ini! Sudah ga kasi krepekan, dia juga ga datang sesuai janji!" Amel benar-benar kesal pagi ini. Tapi apa yang bisa ia lakukan? Ia harus kembali ke ruang kelasnya, menepis kecurigaan guru pengawas. "SIALLLLLL!!!"

Pikirannya masih tertanam dalam kekesalan yang menumpuk!  Ah.. cara pandang guru pengawas kepadanya pun tampak lebih tajam menyengat, seperti mencium rencana jahatnya yang gagal total pagi ini. Di hadapannya sudah terpapar lagi kertas ujian yang sebelumnya sempat ia tinggal ke toilet selama 7 menit; angka yang tak lazim untuk sebuah ijin pipis di saat ujian. Semua tulisan menjadi blur, jangankan menjawab, soalnya pun tak ia mengerti. "SIALLLLLL!!!"

Huh! Lisa ini sengaja menghindar. Saat bel, ia sudah tak ada di kelasnya, tidak di lantai 2, ataupun di lantai 1. Kemana dia? Dan akhirnya, akhirnya.. "Lisaaa!!!" teriaknya lantang. Ia temukan Lisa berdiri di dekat gerbang sekolah. Kekesalan ini harus benar-benar ia luapkan. Lisa tak hanya melakukan kesalahan, tidakkkkk! Lebih dari itu, ia sudah berbuat dosa, dosa yang besar ke Amel yang diakui sebagai sahabatnya. Lisa harus dihukum!!

"Hai Mel!" sapaannya santai seakan tidak terjadi apa-apa. Cara menyapanya, membuat kepala Amel semakin memanas, " Heh, kamu itu ya! Kamu janji ketemu aku di toilet jam 10.15, kamu janji kasi jawaban, tapi mana, mana Lis? Kamu ga datang. Kamu biarin aku nunggu lama di toilet. Kamu jahattt!!" Ia hentak-hentakkan bahu Lisa, berbarengan dengan matanya yang membelalak merah menahan marah. Bicaranya keras hingga semua orang di sekitarnya menoleh, tapi ia tak peduli. 

"Kamu bilang kamu akan bantu aku dengan segala cara. Kamu suruh aku tenang. Kamu biarin aku main Mobile Legend sampai larut. Kamu jahattt!" Tak ada satu kata pun yang keluar dari mulut Lisa. Ketenangannya menghadapi Amel benar-benar di luar nalar dan semakin menambah amarah Amel. "Kenapa kamu diam? Jawabb! Jawabbb!!" "Mana yang kamu bilang sahabat? Mana? Kamu biarin aku ga bisa jawab semua soal ujian ini! Semua yang kamu bilang, semua bohong! Palsu!!" "Ayo jawab! Seperti ini, kamu bilang sahabat, hah? Palsu! Kamu sahabat palsu!"

Lisa tersudut tapi tak tidak bergoyah. Ia seperti membiarkan dirinya menyerap semua sumpah serapah yang Amel ucapkan. Ia hanya diam, entah apa yang ia tunggu.

Orang-orang yang lalu lalang mulai mendekat, mencoba menerka dan mencerna seluruh kejadian perkara. "O, kamu sengaja biarkan aku teriak-teriak supaya orang-orang liat dan membelamu ya? Dasar sial kamu, Lis! Sial!" "Kamu pikir aku takut sama mereka hah?" "Jelasin ke aku, kenapa kamu bohonggg!!!" Sepertinya itu adalah kalimat terakhir Amel sebelum ia jatuh lemas di bawah sengatan matahari yang panas menyala. Amel rebah dalam amarah.

Ia terbangun dan mendapati dirinya di UKS. Lisa ada di sampingnya, masih duduk dengan tenang. Di tangan kanannya ada kain kompres dengan tetesan air bertempo. Senyum kecil terukir di wajahnya yang cantik. Amel tak tau apa arti senyum itu, ia terlalu lemah untuk bergerak ataupun berfikir. Energinya sudah terkuras oleh amarah dan kekesalannya, otak dan tenaganya pun sudah terkikis oleh sengatan matahari,

"Hai, Mel. Minum dulu ya". Lisa memberikan air pada Amel. Tak ada alasan untuk menolak karena ia benar-benar haus dan lemah.

"Mel, aku buat semua ini karena aku sayang padamu". "Bah, kalimat apa itu? Bisa-bisanya dia bilang sayang padahal ia sakiti aku bertubi!" tapi kalimat itu hanya bisa terucap di hati, entah kenapa bibir dan mulut Amel pun terasa lemah tak berdaya.

"Mel, aku sudah ingatkan kamu untuk belajar. Aku ingatkan ujian ini penting. Aku juga ingatkan kamu harus mandiri dan ga tergantung sama orang lain. Tapi selalu saja, kamu abaikan. Kamu jawab ya ya mau belajar tapi kamu tetap main hingga larut. Kamu selalu bilang ulang-ulang; buat apa belajar kalau punya sahabat pintar?" "Mel, sebenarnya aku ini sahabatmu atau jokimu?". "Kamu bilang aku tega sama kamu, apa kamu yakin, Mel? Apa ga terbalik, kamu yang tega pada aku? Kamu hanya ingin enaknya saja, ga belajar, minta contekan, dan berulang gitu terus. Mel, kalau seperti ini model persahabatan yang kamu inginkan, aku mundur. Aku ga suka punya sahabat sepertimu yang mengambil keuntungan dariku. Yang palsu itu sebenarnya adalah dirimu, Mel. Sahabat palsu itu kamu!"

Tatapan Amel tak tertuju pada Lisa. Ia terlalu malu untuk menatapnya. Hanya air mata yang menetes tanpa kontrol. Ia sudah berbuat salah. Ia yang egois dan memanfaatkan sahabatnya. Ia yang palsu, menggunakan label persahabatan untuk kepentingannya sendiri.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun