Mohon tunggu...
Casmudi
Casmudi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Seorang bapak dengan satu anak remaja.

Travel and Lifestyle Blogger I Kompasianer Bali I Danone Blogger Academy 3 I Finalis Bisnis Indonesia Writing Contest 2015 dan 2019 I Netizen MPR 2018

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Bali Bikin Kejutan, Asupan Nutrisi Seimbang Bisa Menurunkan Jumlah Stunting

23 Oktober 2019   22:35 Diperbarui: 28 Oktober 2019   17:49 413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Asupan Nutrisi Seimbang / dokpri

Menarik, Kepala Dinkes Propinsi Bali, dr. Ketut Suarjaya mengatakan bahwa  masalah gizi buruk bukan karena faktor ekonomi, tetapi kurangnya pemahaman keluarga akan asupan nutrisi seimbang terhadap anak. Terutama ibu yang setiap hari bersentuhan dengan balita. Sama halnya apa yang dijelaskan dalam E-Journal Pustaka Kesehatan, pengetahuan ibu tentang gizi akan menentukan perilaku ibu dalam menyediakan makanan untuk anaknya.

Ibu dengan pengetahuan gizi yang baik dapat menyediakan makanan dengan jenis dan jumlah yang tepat untuk mendukung perkembangan balita. Bahkan, ibunya sendiri juga harus mendapatkan asupan nutrisi yang cukup. Bapak dr. Iwan Helwari dari Kemenkes RI menyatakan  diperlukan asupan nutrisi seimbang (orang dewasa), dimana kandungan karbohidrat dan protein (hewani dan nabati) sebesar sepertiga. Sedangkan, kandungan sayuran dan buah sebesar 2 per tiga.

WASPADA STUNTING
Seiring dengan isu gizi buruk, maka stunting menjadi perhatian pemerintah. Apa yang dimaksud dengan Stunting? Kemenkes RI menyatakan bahwa Stunting merupakan kondisi gagal pertumbuhan pada anak (tubuh dan otak) akibat kekurangan gizi dalam waktu yang lama. Sehingga, anak lebih pendek dari anak normal seusianya dan memiliki keterlambatan dalam berpikir.

Bapak dr. Iwan Helwari dari Kementerian Kesehatan RI menyatakan bahwa berdasarkan WHO, persentase penyebab kondisi badan hanya sepersepuluh karena keturunan. Sisanya, dikarenakan lingkungan (makanan, gisi, air bersih dan lain-lain). Jika, badan pendek dan intelegensia menurun maka akan terjadi kasus stunting.

Beliau juga menyatakan bahwa indikator stunting adalah kondisi badan pendek yang tidak berkembang (fungsi kognitif dan organ) yang menyebabkan tubuh tidak berkembang secara sempurna. Oleh sebab itu, kurangnya asupan nutrisi seimbang membuat badan menjadi pendek dan intelegensia menurun, yang berakibat menjadi stunting. Itulah salah satu gejala stunting.

bapak-dr-iwan-helwari-5db06b4e7f1526709a130af3.jpg
bapak-dr-iwan-helwari-5db06b4e7f1526709a130af3.jpg
Gejala stunting dipertegas oleh dr. Erica Lidya Yanti dalam laman Bali Post, gejala stunting jangka pendek meliputi hambatan perkembangan, penurunan fungsi kekebalan, penurunan fungsi kognitif dan gangguan sistem pembakaran. Sedangkan, gejala jangka panjang meliputi obesitas, penurunan toleransi glukosa, penyakit jantung koroner, hipertensi, dan osteoporosis.

Bagaimana mencegah stunting? Berikut, hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah stunting: 1) Selama hamil makanlah makanan yang beranekaragam; 2) Pada usia nol sampai enam bulan, pemberian ASI untuk memenuhi semua jenis nutrisi yang di butuhkan bayi.

Selain itu ASI juga mampu melindungi bayi dari berbagai macam infeksi seperti diare, pneumonia, dan infeksi telinga; 3) Timbang berat badan bayi rutin sebulan sekali; 4) Pemberian ASI hingga usia 2 tahun; dan 5) Memberikan Makanan Pendamping ASI (MPASI) secara bertahap pada usia 6 bulan untuk memberikan nutrisi tambahan selain ASI dan melatih kemampuan otot oromotor (otot-otot di mulut) dan kemampuan motorik.

Untuk mencegah terjadinya stunting maka harus memahami faktor penyebab. Jurnal Agromedicine  Juni 2018 menyatakan faktor yang menjadi penyebab stunting adalah: 1) Praktek pengasuhan yang kurang baik dan kurangnya pengetahuan ibu mengenai kesehatan dan gizi (sebelum, masa kehamilan, dan setelah melahirkan); 2) Terbatasnya layanan kesehatan termasuk layanan ANC (Ante Natal Care) selama masa kehamilan) dan Post Natal Care; 3) Kurangnya akses keluarga ke makanan bergizi; dan 4) Kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi.

PREVALENSI STUNTING 
Menurut kbbi.web.id bahwa Prevalesi adalah jumlah keseluruhan kasus penyakit yang terjadi pada suatu waktu tertentu di suatu wilayah.  Masalah stunting juga diulas dalam E-Jurnal Medika Juli 2017, menurut data WHO  terdapat 178 juta balita mengalami stunting. Afrika dan Asia (termasuk di dalamnya Indonesia) menjadi dua benua dengan persentase balita stunting tertinggi di dunia yaitu  40% dan 36%.

Sedangkan, kondisi stunting Indonesia sesuai hasil Pantauan Status Gizi (PSG) tahun 2017 menyatakan bahwa prevalensi stunting nasional sebesar 29,6%. Dua tahun kemudian, prevalesi stunting balita tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur (NTT) mencapai 40,3% dan terendah adalah Bali 19,1%.   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun