Mohon tunggu...
Casmudi
Casmudi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Seorang bapak dengan satu anak remaja.

Travel and Lifestyle Blogger I Kompasianer Bali I Danone Blogger Academy 3 I Finalis Bisnis Indonesia Writing Contest 2015 dan 2019 I Netizen MPR 2018

Selanjutnya

Tutup

Fiksi Islami

Wanita Cantik Penjaga Pintu

30 Mei 2018   02:20 Diperbarui: 30 Mei 2018   03:02 824
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: slideshare.net/diolah)

Tapi, kini harapan ibu untuk bertemu ayah tinggal kenangan. Dan, mungkin ibulah yang duluan menuju Sang Maha Pencipta. Dan, tubuh yang terbujur kaku selalu memaksaku untuk menjerit lagi. Kata bibiku, aku mengalami pingsan di rumah sakit selama 5 jam karena lenganku banyak mengeluarkan darah akibat sabetan golok yang panjangnya sebesar lengan dewasa.

Jika ingat kejadian itu, aku benar-benar trauma. Semalam, sehabis sholat maghrib, aku harus berjuang mati-matian memperebutkan tas yang saya pakai. Berusaha untuk mempertahankan barang berharga berupa emas dan uang yang barusan di beli dari sebuah toko emas sebagai rasa suka cita menyambut hari raya Idul Fitri nanti.

Nasib naas menimpa ibu, saat ibu ikut membantu perkelahian aku dengan 2 orang perampok bersepeda motor.  Ibu harus meregang nyawa saat 3 kali bacokan golok mengenai kepala bagian depannya. Ibu ambruk seketika.

Aku berusaha menyerang kedua perampok membabi buta dengan helm yang aku kenakan. Tetapi, aku harus menanggung rasa sakit yang luar biasa saat darah segar mengucur deras dari lengan kananku karena terkena sabetan golok. Perampok melarkan diri gagal mendapatkan incarannya dan aku pingsan tidak ingat apa-apa lagi.  Tahu-tahu sudah ada di rumah sakit.

Orang-orang yang berada di tempat kejadian perampokan sekitar pasar besar Ngawi menjadi penolong ketika saya ambruk tak berdaya dan ibu meregang nyawa seketika. Andaikata waktu itu ibu tak berbelok arah untuk berbelanja di pasar besar Ngawi, mungkin nasib aku tidak seperti ini. Karena, kami yang mengendarai sepeda motor sebenarnya hendak pulang langsung ke rumah. Tetapi, ibu mendadak untuk berbelanja sesuatu di pasar besar Ngawi dan perampok telah membututi kami sejak dari toko emas.

"Zinta, kita belum sempat belanja kue lebaran. tak lengkap rasanya jika ketidakhadiran ayah selama hampir 3 tahun tanpa membeli kue nastar kesukaan ayah" kata ibu.

"Kan, nggak perlu beli lagi ibu. Di rumah masih ada kue lain " kataku.

"Benar Zinta. Tetapi, dengan membeli kue nastar kesukaan ayah, semoga ayah tetap hadir saat lebaran nanti"

"Emang ayah sekarang di mana bu"

"Ibu juga tidak tahu. Ibu sudah beberapa kali mencari ayah, tetapi tidak menemukan jejak. Tetapi, dulu ayah pernah pergi ke Malang"

"Jadi ayah ke Malang bu"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Fiksi Islami Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun