Mohon tunggu...
Casmudi
Casmudi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Seorang bapak dengan satu anak remaja.

Travel and Lifestyle Blogger I Kompasianer Bali I Danone Blogger Academy 3 I Finalis Bisnis Indonesia Writing Contest 2015 dan 2019 I Netizen MPR 2018

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bersih Lautku, Senyum Nelayanku

8 Oktober 2016   21:42 Diperbarui: 9 Oktober 2016   00:05 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Laut yang bersih merupakan ladang terbaik untuk mencari nafkah (Sumber: dokumen pribadi)

Seorang nelayan sedang memancing ikan di laut kawasan Teluk Benoa Bali (Sumber: dokumen pribadi)
Seorang nelayan sedang memancing ikan di laut kawasan Teluk Benoa Bali (Sumber: dokumen pribadi)
Sampah-sampah busuk yang telah bercampur dengan air laut akan berpengaruh terhadap kehidupan ekosistem laut. Pencemaran laut tersebut akan menghambat pertumbuhan ekosistem yang berperan besar terhadap kehidupan ikan-ikan yang ada. Ini sebuah lingkaran setan, di mana sampah-sampah busuk yang terbawa ke laut akan menyebabkan berbagai macam hambatan dan penyakit bagi kehidupan yang ada di laut.

Kita bisa memahami betapa pencemaran laut sangat mengganngu bagi kehidupan di laut. Apa yang sering diberitakan di media, sampah-sampah masyarakat Ibu Kota Jakarta yang dibuang sembarangan ke sungai Ciliwung akan bermuara di kawasan Muara Angke Jakarta Utara. Jumlahnya pun sungguh fantastis. Bagai gunung kecil yang perlu ditangani sangat serius. Bahkan, semakin menumpuknya sampah yang terkumpul mampu menjadi daratan yang keras dan bisa dilalui atau diinjak-injak manusia seperti dataran tanah.

Bau busuk sampah yang menyengat sudah menjadi hal biasa. Berbagai bentuk sampah dari sampah pabrik hingga rumah tangga berkumpul menjadi satu. Akibatnya, hasil tangkapan laut yang berada di sekitarnya pun sudah tidak fresh untuk dinikmati. Banyak ikan dan hewan laut yang telah ditangkap nelayan dalam kondisi sakit. Berbagai zat berbahaya yang dimakan oleh ikan dan  hewan laut lainnya jika dikonsumsi oleh manusia akan menyebabkan berbagai macam penyakit. Di saat sakit inilah, manusia khususnya nelayan mulai tidak bisa tersenyum manis dan tulus. Raut muka yang sendu saat menderita penyakit berawal karena kita tidak bisa hidup bersih.       

Tersenyum yang tulus merupakan rentetan dari jiwa kita yang mencintai kebersihan (Sumber: pribadi)
Tersenyum yang tulus merupakan rentetan dari jiwa kita yang mencintai kebersihan (Sumber: pribadi)
Padahal sebuah senyum kita kepada orang lain merupakan amal kebaikan yang tidak bisa diukur dengan apapun. Itulah sebabnya, dalam agama Islam bahwa senyum di hadapan saudaranya adalah sebuah sedekah. 

Jadi, jika kita tidak mampu berbuat baik dengan memberikan benda apapun kepada orang lain, senyum yang ikhlas adalah pemberian yang bisa membuat orang lain bahagia. Bagaimana agar kita bisa tersenyum melihat kondisi laut yang bersih. Salah satu faktor utama adalah biasakan diri membuang sampah pada tempatnya.

Kita perlu menyadari bahwa apa yang kita lakukan akan berdampak kepada diri kita. Jika kita buang sampah sembarangan, maka akibat yang terjadi dari buang sampah sembarangan tersebut akan berdampak bagi kita dan orang-orang di sekitarnya. Ternyata, tidak sulit untuk menciptakan budaya bersih karena siapa  menabur dialah yang akan menuai. 

Ciptakan perbuatan yang bisa memberikan senyuman bagi orang lain. Jangan membuat orang lain bersedih hati. Karena, bersih dan senyum adalah dua hal yang saling mempengaruhi. Kita hidup bersih, kita pun bisa tersenyum manis. Yuk, ciptakan laut kita bersih dari sampah!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun