Mohon tunggu...
Carolus Nova Putra Tanaya
Carolus Nova Putra Tanaya Mohon Tunggu... Diplomat - Student

Soegijapranata Catholic University Semarang @carolusnpt

Selanjutnya

Tutup

Film

"Bumi Manusia", Antara Cinta dan Harga Diri Bangsa

28 Oktober 2020   22:30 Diperbarui: 28 Oktober 2020   22:54 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Pada akhirnya,pengadilan Hindia Belanda pada saat itu menyatakan hubungan Annelies dengan Minke tetap tidak sah dihadapan hukum,hanya karena perbedaan kasta dan ras. Sedangkan hubungan Annelies dengan Nyai Ontosoroh juga dianggap tidak sah,karena melalui perkawinan yang tidak sah pula antara Tuan Mellema dan Nyai Ontosoroh. Dengan begitu,hubungan antara Minke dan Annelies semakin menemui titik akhirnya. Annelies dinyatakan harus segera bertolak ke Belanda dan ia harus diasuh oleh keluarga Mellema yang ada di Belanda.

Beberapa hari sebelum Annelies harus bertolak ke Belanda,ia berusaha sebisa mungkin untuk tegar dan sembuh dari sakit yang sedang ia derita. Tentu tujuannya hanya satu,yaitu untuk menguatkan hati Minke yang sedang hancur lebur karena cintanya yang tulus kepada Annelies ternyata tak diakui dihadapan pengadilan Hindia Belanda. Annelies terus memberikan kata-kata indah bagi Minke,ia juga seolah-olah ingin menghibur Minke dengan memberikan beberapa barang yang sekiranya dapat dijadikan suatu kenangan bagi hubungan indah yang pernah mereka jalani.

Pada akhirnya,hari keberangkatan Annelies ke Belanda pun tiba. Minke berusaha tegar dengan menahan tangis perpisahan dibalik senyum yang ia paksakan dihadapan Annelies. Seakan-akan Minke masih tidak percaya dengan apa yang terjadi. Cinta pada pandangan pertama yang terus ia perjuangkan dengan menghadapi berbagai macam pertentangan dari dalam keluarganya hingga dari kalangan bangsa Belanda,harus pudar begitu saja karena hukum yang berlaku pada saat itu. 

Begitu pula dengan Nyai Ontosoroh,yang sudah merawat Annelies sejak dalam kandungan,terpaksa harus merelakan kepergian buah hatinya begitu saja,hanya karena hukum yang membatasi itu semua. 

Annelies pun mulai berjalan kearah kereta kuda yang akan membawanya ke Negeri Belanda, dengan tetap berusaha tegar dan menutupi kesedihan dibalik senyuman indahnya. 

Minke dan Nyai Ontosoroh hanya bisa menangis dari belakang dan tak rela melepas Annelies begitu saja. Di part inilah emosi penonton seolah-olah benar-benar mencapai klimaksnya,ditambah backsound lagu "Ibu Pertiwi" yang dinyanyikan langsung oleh Iwan Fals dengan suara merdunya yang semakin membuat penonton tersentuh melihat dan merasakan rasa hancur yang dirasakan oleh Minke maupun Annelies.

Intinya film ini dapat dikatakan sebagai film yang cukup berhasil dari segi pengembangan alur ceritanya,dan dapat dikatakan berhasil pula dalam mengembangkan isi novel "Bumi Manusia" ciptaan Pramoedya Ananta Toer. Kita sebagai Bangsa Indonesia pada saat ini seperti tersadarkan kembali,bahwa betapa rendahnya harga diri bangsa kita pada jaman penjajahan Belanda dulu dimata para kalangan Eropa maupun dunia. 

Bahkan harga diri kita pada saat itu dianggap dapat disamakan dengan Anjing yang sama sekali tak mempunyai akal budi maupun pemikiran yang terbuka layaknya manusia.Cinta sepasang sejoli sudah amat sangat cukup untuk menjatuhkan martabat bangsa kita ini,yang sekali lagi tak mempunyai harga diri dimata kalangan Eropa pada saat itu. 

Hal ini juga didukung dengan latar tempat maupun waktu yang benar-benar dibuat seperti halnya yang terjadi saat era colonial ataupun era penjajahan Bangsa Belanda pada jaman dahulu. Sehingga penonton dari film ini seakan-akan semakin terbawa kedalam emosi dan situasi ditahun 1700-an.

Pesan moral yang amat kuat dari film ini juga benar-benar terlihat. Dari proses panjang seperti yang diperlihatkan dalam film inilah yang membuat kita sebagai Bangsa Indonesia semakin kuat dalam menghadapi berbagai macam tantangan maupun tekanan yang diberikan oleh bangsa lain dijaman saat ini. Beragam budaya untuk bertoleransi dan bergotong-royong masih terus dipegang hingga saat ini. Menganggap perbedaan diantara beragam suku bangsa di Indonesia ini sebagai kekayaan tersendiri, menjadi kunci utama bangsa ini untuk bersaing dengan bangsa yang lain.

Dari film "Bumi Manusia" pula, kita diingatkan bahwa jangan sampai bangsa kita tercinta ini kembali di adu domba dengan berbagai macam hal yang sepertinya sepele namun berdampak besar bagi martabat Indonesia sendiri. Lewat akting luar biasa dari para tokoh yang juga perlu untuk mempelajari berbagai macam bahasa selain Indonesia,seperti ; bahasa Belanda dan Jawa, cerita semakin hidup dan semakin membawa para penonton kepada emosi yang luar biasa ketika mengikuti film ini runtut dan saksasama. Cinta Minke dan Annelies cukup menjadi symbol nyata bahwa hal kecil yang dapat melucut api masalah,akan benar-benar membawa kehancuran bagi harga diri bangsa ini. Tentu hal itu tak ingin terulang kembali. Karena sekali lagi,perlu tetes air mata,kucuran keringat dan darah,bahkan hilangnya nyawa, hanya untuk satu hal, yaitu MERDEKA!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun