Mohon tunggu...
Carissa Wijaya
Carissa Wijaya Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pencurian vs Kepunahan

25 Agustus 2018   01:40 Diperbarui: 25 Agustus 2018   03:08 401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Selamat datang di akunku ini, para pembaca.

Sering kali kita melihat tanaman atau hewan khas dari suatu negara berada di negara lain. Pernahkah kalian berpikir mengenai hal itu? Apakah hal itu diperbolehkan?

Pada kesempatan kali ini, kita akan membahas tentang pengambilan gen plasma nutfah melalui metode kultur jaringan oleh negara lain untuk dikembangkan di negaranya. Inti dari kasus ini adalah jika gen plasma nutfah diperbolehkan dibawa oleh negara maju maka jumlah akan bertambah dan mencegah kepunahan tetapi gen tersebut sudah tidak lagi menjadi khas dari negara asal. 

Namun, jika gen plasma nutfah tidak diperbolehkan maka negara asal akan tetap memiliki secara penuh gen plasma nutfah tersebut, namun pada negara tersebut akan lebih besar kemungkinan terjadinya kepunahan. Untuk dapat membahas kasus ini, kita perlu memahami beberapa hal, yaitu mengenai metode kultur jaringan, plasma nutfah, serta bioetika dalam melakukan bioteknologi khususnya berupa kultur jaringan.

Metode Kultur Jaringan

Pertama-tama kita akan membahas apa itu kultur jaringan. Kultur jaringan merupakan salah satu bentuk dari bioteknologi. Kultur jaringan juga merupakan suatu metode untuk memperbanyak individu secara vegetatif. Kultur jaringan juga sering disebut tissue culture. Menurut arti katanya, kultur dapat diartikan sebagai budidaya, sedangkan jaringan merupakan sekelompok sel yang memiliki bentuk dan fungsi yang sama. Sehingga kultur jaringan adalah membudiayakan sekelompok sel untuk menjadi suatu individu. Metode ini dilakukan dengan mengambil irisan atau jaringan tertentu dari suatu individu untuk kemudian dipelihara di dalam media tertentu sehingga menghasilkan individu baru. Irisan atau jaringan individu yang diambil tersebut biasa disebut eksplan.

Ketika melakukan metode kultur jaringan kita perlu memperhatikan beberapa hal. Hal pertama yang perlu diperhatikan adalah media tempat eksplan dipelihara. Media yang digunakan dapat berupa media padat atau media cair. Media dalam kultur jaringan juga dapat dibedakan menjadi 2, yaitu media alami dan sintetik.

 Media alami adalah media yang tidak dibuat namun bisa diambil dari jaringan embrio atau medium plasma darah. Sedangkan media sintetis merupakan media yang dibuat secara kimia, contohnya DMEM dan RPMI. Perlu diketahui juga bahwa teknik atau metode kultur jaringan ini didasari teori dari Schleiden, teori tersebut menyatakan bahwa sel memiliki kemampuan autonom dan totipotensi. Mungkin istilah autonom dan totipotensi terdengar sedikit asing di telinga kita. Mari kita lihat berikut adalah pengertian kemampuan autonom dan kemampuan totipotensi secara singkat.

Autonom adalah kemampuan sel mengatur sendiri kehidupannya seperti mengatur metabolisme dan perkembangannya sendiri secara independen.

Sedangkan totipotensi adalah kemampuan suatu sel, yaitu ketika sel tersebut diambil dan diletakkan pada lingkungan yang sesuai, sel tersebut akan tumbuh menjadi individu yang sempurna.

Jadi, perlu diperhatikan bahwa media yang digunakan untuk melakukan metode ini harus harus steril dan mengandung nutrisi yang diperlukakan untuk sel berkembang, seperti air, mineral, vitamin, dan hormon. Selain media, pengambilan eksplan juga harus diperhatikan. Eksplan pada tumbuhan dapat diambil dari irisan daun, akar, mata tunas, ujung batang kuncup, dan umbi yang terjaga kelestariannya. Untuk mepermudah proses kultur jaringan, eksplan yang diambil harus merupakan sel yang sedang aktif melakukan pertumbuhan. Eksplan seperti ini sering didapat dari bagian-bagian tanaman yang masih muda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun