Mohon tunggu...
Cantriya AnastasyaSimbolon
Cantriya AnastasyaSimbolon Mohon Tunggu... Mahasiswa

"Saya adalah Cantriya Anastasya Simbolon, seorang mahasiswa bersemangat di semester kedua di Universitas Katolik Santo Thomas. Saya memiliki hasrat yang mendalam dalam menulis artikel, cerpen, dan puisi yang mencerminkan kehidupan sehari-hari serta pengalaman pribadi. Selain itu, saya juga aktif dalam berbagai kegiatan lomba akademik yang menantang, memperluas wawasan dan kemampuan saya dalam berbagai bidang

Selanjutnya

Tutup

Financial

Hentikan Mitos Celengan Ayam : Strategi Menabung Sejak Dini untuk Perlindungan Finansial Generasi Z

17 Oktober 2025   20:47 Diperbarui: 17 Oktober 2025   20:47 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Masa depan kita tidak ditentukan oleh seberapa besar gaji pertama, tapi seberapa dini kita punya mentalitas perlindungan finansial. Dulu, menabung berarti menyisihkan uang di celengan ayam. Namun, di era pay later dan hedonisme digital, celengan ayam itu sudah usang. Kita sebagai mahasiswa sering gagal menabung bukan karena kurang uang, melainkan karena tidak punya strategi untuk melindungi uang itu sendiri. Artikel ini akan membongkar mindset lama dan menawarkan 3 Pilar Menabung Cerdas yang fokus pada proteksi, bukan sekadar penumpukan dana.

1. Menabung ala Gen Z: Antara FOMO dan Realita Pay Later

Kita hidup di zaman yang serba cepat. Hanya dengan sekali sentuh di layar ponsel, barang apa pun bisa kita miliki baju baru, tiket konser, bahkan gawai keluaran terbaru. Dunia digital memberi banyak kemudahan, tapi juga membuka pintu jebakan finansial yang tak terlihat. Banyak dari kita para mahasiswa akhirnya terjerat utang paylater, cicilan tanpa henti, hingga rasa cemas yang membayangi tiap akhir bulan.

Masalahnya bukan lagi apakah kita tahu menabung, tapi apakah kita punya kendali diri saat godaan datang. Behavioral economics menyebutkan bahwa manusia sering kali tidak rasional dalam mengambil keputusan keuangan. Diskon besar atau iklan yang memanfaatkan tren membuat kita tergoda. Kita mengorbankan tabungan jangka panjang hanya demi kepuasan sesaat. Padahal, menunda kesenangan hari ini bisa membuka peluang besar di masa depan.

Aku sendiri pernah terjebak dalam siklus ini. Gaji kecil dari kerja freelance selalu habis untuk kopi dan self-reward yang seolah wajib. Di momen krisis itulah aku sadar: kebiasaan menabung sejak dini yang diajarkan orang tua saja tidak cukup; kami butuh benteng pertahanan.

2. Mengapa Kebiasaan Menabung Dasar Kita Gagal di Tengah Jalan?

Kebiasaan menabung dasar sering runtuh di fase mahasiswa karena beberapa "lubang literasi" yang tidak pernah diajarkan di sekolah:

A. Mitos "Dana Darurat": Kita diajarkan menabung untuk 'dana darurat', tapi tidak pernah diajarkan untuk melindungi diri dari 'risiko yang membuat dana darurat terkuras habis'. Misalnya, tabungan Rp5 juta yang susah payah dikumpulkan bisa ludes dalam semalam hanya karena harus masuk rumah sakit mendadak. Kita gagal melindungi modal awal kita.

B. Kesalahan Pay Yourself Last: Inilah penyakit kronisnya. Kita membayar nongkrong, membayar e-commerce, dan membayar tagihan. Sisanya? Baru kita tabung. Menabung selalu menjadi korban sisa-sisa di akhir bulan. Ini adalah kebiasaan yang harus dihentikan sejak dini. Kita harus mengubah mindset ini dari akarnya.

3. Tiga Pilar Menabung Cerdas: Mengganti Celengan dengan Proteksi

Jika tujuan kita adalah kestabilan finansial dan ingin menjadi Student Campus Ambassador yang menginspirasi, kita harus mendefinisikan ulang menabung sejak dini. Ini adalah tiga pilar yang berhasil aku terapkan:

  • Pilar Pertama: Otomatisasi: Menabung Rutin = Membeli Ketenangan

Hentikan menabung manual. Terapkan prinsip Otomatisasi Tabungan (Auto-Debet) segera setelah uang bulanan/gajian masuk. Tentukan persentase kecil (misalnya, 15% dari total pemasukan) untuk masa depan, dan pastikan dana itu langsung hilang ke rekening tabungan yang terpisah (atau bahkan reksadana). Ini melatih disiplin, bahkan saat dompet fisik kosong. Kita membayar diri kita sendiri di awal.

  • Pilar Kedua: Proteksi Adalah Bagian Tak Terpisahkan dari Menabung

Ini adalah bagian paling krusial. Menabung bukan hanya tentang jumlah uang yang terkumpul, tapi juga tentang melindungi uang yang sudah ada.

Bayangkan: Uang yang kita sisihkan setiap hari adalah bibit modal masa depan. Perlindungan finansial, bahkan dengan premi yang minim dan terjangkau bagi mahasiswa, memastikan bibit modal itu tidak hancur saat badai datang (misalnya, laptop rusak saat deadline skripsi atau perlu berobat karena mendadak sakit parah). Proteksi adalah tabungan jangka panjang untuk menghadapi ketidakpastian. Ini adalah pagar yang melindungi seluruh aset finansial kita dari risiko mendadak.

  • Pilar Ketiga: Menabung dengan Goal dan Tools Digital

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun