Mohon tunggu...
Cantika Vallery Josephine
Cantika Vallery Josephine Mohon Tunggu... HR Practitioner

Memiliki pengalaman 3 tahun bekerja dalam dunia HR. Suka belajar dan menulis. Memiliki banyak insight terkait dunia HR yang bisa saya bagikan menjadi sebuah tulisan

Selanjutnya

Tutup

Financial

Pegadaian dan Masa Depan Kesejahteraan Finansial : Opini Kritis tentang Pegadaian mengEMASkan Indonesia menuju 2045

25 September 2025   11:56 Diperbarui: 25 September 2025   11:56 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bayangkan seorang pekerja muda yang baru saja menerima gaji pertama. Dengan semangat, ia ingin menabung, tapi di sisi lain kebutuhan sehari-hari, cicilan, hingga gaya hidup membuat uang cepat habis. Fenomena ini bukan hanya dialami satu-dua orang, melainkan jutaan masyarakat Indonesia. Menurut laporan OJK tahun 2022, indeks literasi keuangan Indonesia baru mencapai 49,7%. Artinya, lebih dari separuh masyarakat kita belum memahami cara mengelola keuangan dengan bijak. Rendahnya literasi keuangan ini bisa menghambat produktivitas nasional, bahkan membuat bonus demografi berubah menjadi beban.

Dengan menyediakan akses dana cepat sekaligus mendorong inklusi keuangan melalui berbagai layanan dengan visi mengEMASkan Indonesia, pegadaian berusaha mengatasi masalah ini. Pertanyaannya, mampukah strategi ini benar-benar mengubah kondisi masyarakat dari sekadar bertahan hidup menjadi mandiri secara finansial dan berkelanjutan, menuju Indonesia Emas 2045?

Tantangan Inklusi: Dari pinjaman ke Pemberdayaan

Pinjaman gadai adalah solusi tercepat dalam situasi darurat bagi banyak masyarakat kecil. Namun, dari sudut pandang Pembangunan Sumber Daya Manusia (HR), tantangan terbesar bukan hanya menyediakan akses pinjaman, tetapi membantu individu membangun kemandirian finansial jangka panjang.

Pinjaman yang mudah diperoleh tanpa persyaratan bisa berisiko fatal jika tidak diikuti edukasi literasi finansial. Di sinilah Pegadaian perlu menegaskan perannya, bukan hanya sebagai "pemberi dana cepat" tetapi juga sebagai penggerak untuk mengubah cara orang berperilaku secara finansial. Pegadaian hadir untuk mengubah pola piker orang yang konsumtif menjadi orang yang lebih produktif, program seperti Tabungan Emas telah melakukan langkah yang tepat.

Perspektif HR: Pegadaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia

Dari perspektif manajemen sumber daya manusia, Pegadaian dapat dianggap sebagai mitra strategis dalam pengembangan sumber daya manusia di Indonesia.

  • Untuk individu pekerja: produk tabungan emas bisa menjadi instrumen kesejahteraan pekerja. Perusahaan dapat memfasilitasi pekerja menabung emas sebagai benefit tambahan, mirip dengan program pensiun.
  • Untuk perusahaan (korporasi): layanan pegadaian korporasi dapat membantu cashflow, terutama bagi perusahaan kecil dan menengah (UMKM) yang sulit mendapatkan kredit dari bank konvensional.
  • Untuk praktisi HR: Pegadaian dapat menjadi partner yang baik untuk membangun program kesejahteraan pekerja. Dengan demikian, retensi dan produktivitas pekerja meningkat.

Dalam jangka Panjang, jika kesejahteraan finansial pekerja membaik, maka produktivitas Perusahaan punikut meningkat. Pegadaian, dengan berbagai layanan produknya, berpotensi berperan dalam hal ini secara strategis di Perusahaan.

Kritik: Inovasi dan Pendekatan Edukasi yang Lebih Masif

Meskipun digitalisasi pegadaian sudah memiliki banyak inovasi, namun masih ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.

  • Edukasi yang belum merata didaerah kecil misalnya, produk Tabungan Emas masih lebih populer hanya di kota-kota besar. Meskipun demikian, kesadaran menabung emas sangat penting di wilayah terpencil.
  • Kurangnya integrasi dengan dunia kerja. Pegadaian bisa lebih proaktif bekerja sama dengan komunitas pekerja, perusahaan, atau departemen sumber daya manusia untuk memasukkan produk mereka ke dalam program kesejahteraan pekerja.
  • Risiko bergantung terlalu banyak pada pinjaman. Jika tidak diimbangi dengan literasi keuangan, masyarakat dapat terjebak dalam siklus gadai secara berulang. Pegadaian harus menegaskan bahwa tujuan sosial mereka adalah membantu Masyarakat naik kelas, bukan hanya memenuhi kebutuhan sesaat.

Kritik ini tidak dimaksudkan untuk melemahkan; sebaliknya, dapat digunakan sebagai sarana untuk mempertimbangkan bagaimana Pegadaian akan tetap relevan dalam stabilitas finansial jangka Panjang Masyarakat Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun