Mohon tunggu...
candyartayani
candyartayani Mohon Tunggu... Pelajar

Halo!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Childfree; Pilihan Hidup atau Tren Semata?

28 Februari 2025   19:32 Diperbarui: 28 Februari 2025   19:32 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di masa ini, istilah "childfree" semakin sering terdengar dalam berbagai pembahasan,
baik di media sosial, maupun di lingkungan sekitar. Childfree merupakan keputusan individu
atau pasangan untuk tidak memiliki anak, bukan hanya karena ketidakmampuan finansial, tapi
sebagai pilihan secara sadar. Namun, kerap muncul pertanyaan apakah keputusan ini
merupakan pilihan hidup yang telah dipikirkan secara matang atau hanya sekadar tren sesaat?
Bagi sebagian orang, memilih untuk tidak memiliki anak adalah hasil pertimbangan
yang mendalam. Menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2023 yang berjudul
Menelusuri Jejak Childfree di Indonesia, sekitar 71 ribu perempuan Indonesia berusia 15-49
tahun memilih untuk tidak memiliki anak. Banyak alasan yang dikemukakan, seperti keinginan
untuk fokus pada karier dan kebebasan, maupun pertimbangan secara finansial. Banyak
pasangan merasa memiliki anak memerlukan finansial yang besar dan stabil. Biaya
pendidikan, kesehatan, dan kebutuhan sehari-hari anak dapat menjadi beban finansial yang
cukup berat. Banyak individu maupun pasangan yang merasa bahwa tanpa tanggung jawab
membesarkan anak, mereka dapat mencapai tujuan pribadi dengan lebih leluasa.

Sumber: cdt.ch
Sumber: cdt.ch
Di sisi lain, tidak sedikit anggapan bahwa fenomena childfree hanyalah tren semata. Hal ini dipengaruhi oleh gaya hidup modern dan tekanan sosial yang biasa disebut sebagai fear of missing out (FOMO). Perasaan takut ketinggalan akan suatu momen atau aktivitas tertentu ini sering kali disebabkan oleh unggahan di media sosial. Media sosial dan publik figur yang mempromosikan kehidupan tanpa anak sebagai suatu hal yang ideal dapat memengaruhi pandangan masyarakat, terutama generasi muda yang masih labil.

Namun, perlu diingat bahwa keputusan untuk memiliki anak atau tidak adalah pilihan pribadi yang seharusnya sudah melalui pertimbangan mendalam. Psikolog anak dan keluarga, Samanta Elsener, M.Psi., Psi, menyatakan bahwa keputusan untuk tidak memiliki anak merupakan pilihan yang perlu dipertimbangkan secara matang dan disepakati bersama oleh pasangan, sehingga tidak ada pihak yang merasa terpaksa. Setiap individu memiliki alasan dan tujuan yang berbeda. Oleh karena itu, daripada melihat childfree sebagai tren semata, alangkah baiknya menghargai dan memahami berbagai alasan di balik pilihan tersebut.

Sumber: Canva Pribadi
Sumber: Canva Pribadi
Dalam kehidupan bermasyarakat yang beragam, penting untuk saling menghormati pilihan hidup masing-masing. Baik memilih untuk memiliki anak maupun tidak, keduanya adalah keputusan yang sah dan berhak dihargai. Yang terpenting adalah memastikan bahwa pilihan tersebut didasarkan pada kesadaran dan pertimbangan yang matang, bukan sekadar mengikuti tren.

Daftar Pustaka:
https://www.herworld.co.id/article/2024/01/27609-Intip-5-Alasan-Kenapa-Banyak-Pasangan-Memilih-Childfree?utm
https://www.antaranews.com/berita/2344030/psikolog-ungkap-alasan-pasangan-memilih-untuk-childfree?utm
https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20230605160813-284-957861/71-ribu-perempuan-usia-subur-di-indonesia-memilih-childfree/amp
https://www.siloamhospitals.com/informasi-siloam/artikel/apa-itu-childfree
https://amp.kompas.com/tren/read/2023/02/09/183000665/ramai-soal-childfree-ini-pengertian-penyebab-dan-dampaknya

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun