Mohon tunggu...
Candra Permadi
Candra Permadi Mohon Tunggu... Penerjemah - r/n

r/n

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Mekarnya Tim-tim Muda NBA Musim Ini

2 April 2024   02:34 Diperbarui: 3 April 2024   07:37 520
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi logo NBA. Sumber: NBA.com

NBA musim ini sebenarnya dibuka dengan penampilan menjanjikan tim-tim muda, sebut saja Detroit Pistons, Houston Rockets, Oklahoma City Thunder, Orlando Magic, dan San Antonio Spurs.

Tim-tim yang mayoritas dihuni para pemain muda, baik yang memulai karier bersama tim yang bersangkutan atau mulai bermain bersama tim tersebut di tahun keduanya bermain di NBA sudah mulai mekar di tahun keempat, meski seiring berjalannya kompetisi, tidak selalu tampil sesuai harapan.

Sebut saja San Antonio Spurs, tim yang selama ini dikenal sebagai tim yang bisa memaksimalkan potensi pemain, meski tidak selalu dipilih dari draft urutan-urutan awal tampil mengesankan di awal berkat penampilan kumplit calon maskot NBA, Victor Wembanyama (yang gemanya bisa saja meredup dua tiga musim mendatang jika potensinya tidak berkembang sesuai harapan) plus tembakan-tembakan Darius Vassell yang seolah tidak bisa luput

Penampilan Wembanyama, Vassell, dan Keldon Johson yang tampil produktif di awal musim sebelumnya seolah melengkapi ciri khas Spurs sebagai tim pekerja keras dengan pertahanan yang alot, meski terlihat melempem selepas sepuluh pertandingan awal.

Detroit Pistons juga bisa dibilang sama, tim yang memilih Cade Cunningham, draft terbaik 2021 ini, pada dasarnya punya konsep dasar permainan yang cukup jelas sejak memulai peremajaan tim dua musim sebelumnya, dengan memilih playmaker Killian Hayes dan shooter Saddiq Bey pada musim 2020, selepas mendapat draft di urutan-urutan awal pada musim tersebut.


House of Highlight 

Sayang penampilan Pistons kurang maksimal lantaran sebagai playmaker, permainan Hayes agak mudah terbaca lantaran akurasi tembakan tiga angka dan finishing di bawah jaringnya kurang terasah, meski defense Hayes terlihat makin berkembang, beberapa poin yang membuat Hayes dilepas Pistons musim ini saat babak reguler belum berakhir.

Meski punya konsep permainan yang jelas, dengan mengandalkan akurasi tembakan tiga angka para shooter yang mayoritas bisa berperan sebagai playmaker ini, Pistons seolah ingin mengembalikan gaya permainan mereka yang keras dan cepat sebagaimana yang mereka tampilan saat menjadi juara pada awal 1990-an dan pertengahan dekade 2000-an.

Setidaknya kesan tersebut terlihat ketika Pistons melepas Saddiq Bey pada pertengahan musim lalu, dan memilih para pemain tangkas jago mengumpan seperti big man Jalen Duren dan Ausar Thompson musim ini menemani para shooter yang lebih luwes seperti Cunningham dan Jaden Ivey.

Gaya permainan yang terkesan berubah seiring berjalannya waktu juga ditampilkan Houston Rockets musim ini, Selepas condong membentuk tim lewat para pemain yang jago mengumpan seperti Usman Garuba, Alperen Sengun, dan Jalen Green, dan shooter jangkung Jabari Smith Jr. Rockets justru lebih banyak penembak jitu di tahun ketiga Jalen Green, rookie yang diproyeksikan menjadi wajah Rockets beberapa tahun mendatang dengan mendatangkan kembaran Ausar Thompson, Amen Thomspon, dan guard komplet Cam Whitemore  yang "terpaksa" dipilih di draft urutan rada bawah lantaran dinilai rentan cedera, meski doi sempat tampil keren selepas cedera pada sepertiga musim awal NBA musim ini.

Channel: Thekidshere

Menariknya, mesti tampil tidak terlalu menjanjikan di game-game awal musim ini, Rockets bisa tampil lebih padu dan enak ditonton selepas all star, menyemarakan posisi sepuluh besar NBA yang kirain sudah pasti menjadi milik Golden State Warriors atau Los Angeles Lakers meski babak reguler masih tersisa seperempat jalan beberapa waktu lalu.

Chet Holmgren-Victor Wembanyama 
Chet Holmgren-Victor Wembanyama 

Kehadiran para pemain senior jago defense seperti playmaker mungil Fred Vanvleet, Dillon Brooks, serta Jeff Green yang berpengalaman membawa tim mereka masing-masing setidaknya melewati putaran kedua babak playoff sebagai starter atau cadangan rutin menjadi pembeda Rockets dengan tim-tim muda lainnya sejauh ini.

Jadwal Rockets yang terbilang lebih ringan dalam beberapa game terakhir juga membantu Rockets jadi tim yang tampil konsisten dalam beberapa game terakhir.

Bisa dibilang Rockets lebih banyak bertemu tim yang butuh lebih banyak kalah musim ini untuk memperbesar peluang tim-tim tadi memperoleh draft pick urutan-urutan awal seperti Washington Wizard, San Antonio Spurs, Portland Trail Blazers, dan Utah Jazz, serta bertemu tim papan atas yang posisinya di klasemen nyaris aman dari kejaran tim lain seperti Los Angeles Clippers dan tim yang musim ini Tengah naik daun bersama Minnesota Timberwolves, tim muda Oklahoma City Thunder (OKC).

 OKC menjadi tim muda yang musim ini tampil menjanjikan, setidaknya di musim reguler, dengan materi pemain mayoritas merupakan rookie mereka sendiri, kecuali maskot mereka Shai Gilgeous Alexander (SGA) yang memulai debut NBA bersama Clippers pada musim 2018-19.

Channel: Freedawkins 

Melihat cara bermain dan postur pemain OKC, tidak sulit menyamakan OKC dengan San Antonio Spurs yang dulunya juga sering memainkan playmaker yang lebih jago mencetak angka di bawah jaring ketimbang area tiga angka.

Menariknya, big man OKC, Chet Holmgren (216 cm) lebih sering bermain di area tiga angka ketika membangun serangan. Beruntung ketika tembakan luput, mereka masih masih punya guard kekar Lu Dort, Jalen Williams, dan playmaker jangkung Josh Giddey yang sigap mengambil bola rebound.

Gaya bermain yang kurang lebih sedikit mirip juga ditampilkan unggulan utama NBA musim ini Boston Celtics, yang tetap Tangguh di bawah jaring, meski pemain terjangkung mereka Kristapz Porzingis justru lebih banyak berada di area tiga angka ketika membangun serangan, sedang petarung di bawah jaring diserahkan pada Jaylen Brown (yang cuma bertinggi 198 cm).

Bedanya mayoritas starter Celtics berlabel pemain bertahan termasuk guard jago block shot Derrick White (191 cm) dan playmaker jago tembak dan defense, Jrue Holiday (193 cm), yang sempat meraih cincin juara bersama Milwaukee Bucks.

Belum lagi beberapa pemain Celtics di bangku cadangan seperti Al Horford dan Xavier Tillman yang didatangkan dari Memphis Grizzlies juga dikenal jago defense.

Balik lagi ke OKC Thunder, saya baru ngeh klo OKC, menjadi satu dari sedikit tim yang mampu tampil setidaknya sampai final wilayah bermaterikan mayoritas rookie (atau setidaknya mulai bermain bersama tim yang bersangkutan pada tahun keduanya di NBA seperti halnya SGA).

Channel: NBA

Kebetulan tim-tim yang setidaknya mencapai final wilayah bersama tim yang dibela sejak awal karier (baca: matang pohon) dalam 40 tahun terakhir tidak banyak. Tahun 1984, Phoenix Suns yang diperkuat Alvan Adams dan Larry Nance Sr. meski mengakui keunggulan Los Angeles Lakers era show time yang diperkuat Magic Johnson.

Houston Rockets era Ralph Samson dan Hakeem Olajuwon muda juga meski mengakui keunggulan Larry Bird pada playoff tahun 1986.

Los Angeles Lakers era show time juga meredupkan penampilan Dallas Mavericks era 1988 yang diperkuat pemain-pemain matang pohon mereka seperti Derek Harper, Sam Perkins, dan Rolando Blackman.

Pada era 1990-an, kita bisa melihat Utah Jazz era Karl Malone-John Stockton, Indiana Pacers era Rick Smith, Antonio Davis, dan Reggie Miler yang harus mengakui keunggulan Chicago Bulls yang nyaris tidak terhentikan di era tersebut.

Orlando Magic era Shaq, Nick Anderson, Penny Hardaway, dan Dennis Scott juga harus mengakui keunggulan Houston Rocket yang tampil dominan ketika Michael Jordan meski pensiun sementara.

Mulai era 2000-an, tim yang tampil menjanjikan seperti Philadelphia 76ers, New York Knicks. Sacramento Kings, atau New Jersey Nets rata-rata diperkuat pemain yang tidak memperkuat tim-tim yang dimaksud ketika mengawali karier NBA mereka.

Boleh dibilang, mungkin baru OKC era Kevin Durant, James Harden, Russell Westbrook, dan Serge Ibaka atau Indiana Pacers era Paul George, Lance Stephenson, dan Roy Hibbert yang bisa dikatakan matang pohon meski tak sempat menjadi juara NBA.

Orlando Magic era Dwight Howard, meski diperkuat beberapa draft Orlando Magic seperti Jameer Nelson, Marcin Gortat, Courtney Lee, dan shooter JJ Redick, pemain seperti Hedo Turkoglu dan Tyronne Lue turut membantu Magic bermain hingga melaju ke babak final 2009.

Menariknya, setelah tampil tidak terlalu serius dalam beberapa musim terakhir, termasuk ketika diperkuat Nikola Vucevic dan Aaron Gordon yang baru di musim-musim akhir lolos ke babak playoff, visi permainan dan pembentukan tim Orlando Magic era Jalen Suggs dan Franz Wagner yang dipilih pada draft urutan-urutan awal pada tahun 2021 lebih jelas.

Musim ini dengan diperkuat mayoritas pemain bertubuh jangkung lincah dengan visi permainan prima seperti Jalen Suggs (196 cm), Jalen Suggs (208 cm), playmaker gempal Paolo Banchero (208 cm, 113 kg), serta center jago tembak Goga Bitatdze (211 cm).

Belum lagi rookie jangkung Anthony Black (201 cm) kerap dipercaya sebagai starter, meski menit bermainnya per laga tidak sebanyak guard licin Cole Anthony serta guard alumni Denver Nuggets Garry Harris.

Dengan banyaknya pemain bertubuh jangkung yg bisa membuka ruang gerak para pemain yang bergerak bebas tanpa bola ke bawah jaring, Jalen Suggs, pemain favorit saya Joe Ingles, serta pemain rentan cedera Jonathan Isaac bisa sesekali melepaskan tembakan tiga angka akurat termasuk duo Jerman Franz dan Mo Wagner.

Meski penampilan Magic tidak semeyakinkan di awal musim, rasanya tim yang boleh dibilang baru musim ini para pemain mudanya tampil serius rasanya tampil lebih dari lumayan.

Menariknya, meski beberapa tim muda ini tampil menjanjikan dari game satu ke game lainnya, nyaris tidak ada yang mengunggulkan mereka bisa bersuara banyak, setidaknya bisa lolos ke putaran kedua atau ketiga babak playoff.

Justru tim-tim lebih matang (yang para pemain intinya tidak sebugar tiga atau lima musim sebelumnya) seperti Minnesota Timberwolves, Denver Nuggets, Phoenix Suns, Boston Celtics, atau bahkan New York Knicks (jika mayoritas pemain intinya fit) yang lebih berpengalaman yang dinilai bisa menggaet penonton lebih banyak eh berbicara banyak di babak sebelumnya mengingat Nuggets dan Phoenix Suns diperkuat nama-nama yang selama ini menjadi maskot NBA.

Cleveland Cavaliers, meski tampil konsisten musim ini, sedikit tidak terlalu diunggulkan lantaran duo Menara kembar jago defense Evan Mobley dan Jarrett Allen yang dikenal jago meredam pergerakan para shooter mulai dari area tiga angka malah melempem musim lalu, meski musim ini  alumni Miami Heat Max Strauss memberi dimensi baru dari sisi pertahanan dan tembakan tiga angka, serta pergerakan tanpa bola yang lebih hidup sebagaimana Miami Heat pada umumnya.

Milwaukee Bucks dan Miami Heat yang biasanya diunggulkan bisa tampil lebih baik di babak playoff justru tumben gaungnya tidak begitu terasa musim ini.

Kehadiran  duo guard mungil jago tembak Malik Beasley dan Damian Lillard justru membuat keseimbangan Milwaukee Bucks dari sisi defense dianggap rada berkurang, terlebih di babak playoff yang dari sisi defense lebih intens.

Miami Heat yang biasanya lebih siap dan sigap di babak playoff juga tampil tidak terlalu meyakinkan di babak reguler meski selepas all star mulai kedatangan beberapa guard jahil jago defense seperti Patty Mills dan Delon Wright yang sedikit banyak mengembalikan identitas Heat sebagai tim yang sabar dan rajin bergerak tanpa bola, meski mayoritas pemainnya bukan shooter tajam.

Dallas Maverick dan Los Angeles Lakers musim ini jadi tim yang menarik. Meski Kembali diunggulkan selepas mendatangkan big man tangkas Daniel Gafford dan PJ Washington, penampilan Mavericks justru melempem di awal-awal kehadiran para pemain baru tersebut. Terlebih Kyrie Irving dan Luca Doncic bukan dikenal sebagai defender Tangguh yang bisa menutup ruang gerak shooter mulai dari area tiga angka.

Beruntung, dalam beberapa game terakhir, Mavericks bisa tampil meyakinkan saat dibutuhkan, terutama saat bertemu tim dengan peringkat lebih baik dari mereka.

Los Angeles Lakers juga jadi tim yang menarik. Terlepas Lakers yang musim ini lebih sering diperkuat duo maskot mereka Lebron James dan Anthony Davis, Lakers justru tampil kurang gereget ketika bertemu tim-tim yang ingin lolos ke babak playoff dengan peringkat lebih baik.

Selain komposisi pemain yang defense, offense, serta posturnya tidak terlalu menonjol, serta cedera Gabe Vincent serta Jared Vanderbiit, musim depan Lakers juga tumben dibekali tiga draft, yang salah satunya didapat dari hasil pertukaran pemain ketika mendatangkan Anthony Davis beberapa waktu lalu.

Lakers lebih suka memakai draft tersebut untuk mendatangkan Bintang muda yang mulai matang musim depan ketimbang mendatangkan pemain dengan yang dinilai bisa mengisi kekurangan Lakers musim ini, terutama dari sisi postur dan defense.

Terlebih posisi mereka sudah aman di peringkat sepuluh besar, terlepas mereka mungkin harus tampil lebih banyak jika memang serius tampil di babak playoff lewat jalur play in.

Jika memang serius, tampaknya Lakers memilih bertemu OKC yang menariknya berhasil mereka ungguli secara head to head musim ini, ketimbang bertemu juara bertahan Denver Nuggets atau Minnesota Timberwolves yang secara postur dan tenaga musim ini jelas di atas mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun