Power forward/center Karl Anthony Towns (draft urutan pertama tahun 2015) yang sampai detik ini masih dikenal sebagai draft terbaik tahun 2015 (bersanding dengan draft urutan 13 di tahun yang sama Devin Booker), berkat konsistensinya selama ini dan kemampuannya menembak dan memasukan bola dibawah jaring dengan luwes.Â
Jangan lupakan juga serta Kris Dunn (draft urutan no. 5 tahun 2016), playmaker defensif yang sayang karirnya terhambat akibat cedera.
Keempat pemain yang memiliki draft urutan tinggi tersebut bisa didatangkan lantaran selama beberapa musim, Timberwolves selalu berada di papan bawah, meski masih dimentori legenda mereka Kevin Garnett (yang mudik dua musim jelang akhir karir), dan beberapa pemain potensial seperti Nemanja Bjelica, dan beberapa pemain yang sekarang tampil konsisten di timnya sekarang: Tyus Jones (Grizzlies) dan Adreien Payne (Phoenix Suns), dan tentu saja  Rubio, yang berkat umpan-umpannya yang atraktif, is banyak diidolakan penonton yang kerap bermain basket di waktu senggang.
Sayang, lantaran selama tiga musim peringkat Timberwolves tidak lebih baik dari peringkat 13, mereka mengorbankan sebagian pemain mudanya, termasuk Lavine, Dunn, dan Markkanen (yang secara resmi menjadi pemain Chicago Bulls meski didraft oleh Timberwolves) untuk ditukar dengan beberapa pemain kunci Chicago Bulls  seperti Jimmy Butler, Taj Gibson, Derrick Rose.
Selain itu, untuk meningkatkan ketajaman tim, mereka mendatangkan shooting guard langganan sixth man of the year, Jamal Crawford, atau guard yang menjalani masa keemasan bersama Atlanta Hawks, Jeff Teague.
Dengan mendatangkan Jimmy Butler, semua pemain Minny, seperti juga di tim yang sempat diperkuat Butler lainnya, ditantang untuk memiliki kedisiplinan layaknya Butler baik di dalam dan di luar lapangan.
Berbekal perpaduan pemain muda dan pemain senior, Timberwolves melaju ke babak play off untuk pertama kalinya selepas 13 tahun absen, di bawah asuhan Tom Thibodeau di peringkat delapan, setelah di pertandingan terakhir babak reguler, mereka memenangi partai hidup mati menghadapi Denver Nuggets yang ada di peringkat yang sama.
Tanpa diketahui sejak awal kedua tim bakal memperebutkan peringkat kedelapan (karena jadwal pertandingan tiap tim sudah ditentukan sebelum NBA musim tersebut bergulir), Nikola Jokic yang kala itu masih belia (sebelia saya) kesulitan menghadapi jump shot mematikan Butler (31 poin) dan Towns (25 poin), meski defense pemain muda mereka belum bagus-bagus amir.
Sayang, meski tampil epk di babak reguler, mereka langsung bertemu Houston Rockets yang dikenal hobi memberondongkan tembakan tiga angka Chris Paul, PJ Tucker, James Harden, Luc Mbah A Moute (alumni Minny), Trevor Ariza dan kawan-kawan.
