Mohon tunggu...
Candra Permadi
Candra Permadi Mohon Tunggu... Penerjemah - r/n

r/n

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

NBA, Sekedar Panggung Para Bintang

3 Agustus 2021   14:05 Diperbarui: 4 Agustus 2021   08:10 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Terlebih, para pemain bintang, seperti Lebron James atau Kawhi Leonard akan memilih bermain di kota-kota besar yang roda "industri" eh "pasar"-nya berputar lebih kencang dibanding kota-kota lain seperti Toronto di Kanada atau Los Angeles, Miami, New York, dan Chicago di Amrik yang jelas-jelas punya basis penonton lebih besar dan militan ketimbang Minnesota Timberwolves (kebetulan hawa di sono juga duingin) atau Portland Trailblazers (yang maju lantaran disokong dana keluarga almarhum Paul Allen yang jago bikin program itu), meskipun penampilan tim sedang ancur-ancuran (layaknya New York Knicks, sebelum musim lalu).

Tidak heran kalau Kyle Lowry (28 juta dolar per musim kira-kira) yang berstatus tanpa klub dan peraih cincin juara musim lalu, PJ Tucker, (15 juta dolar untuk dua musim) akhirnya mau merapat ke Miami Heat yang kebetulan punya anggaran cukup, lantaran sebagian besar pemain terikat kontrak "bird" tadi. Terlebih mereka baru saja memperpanjang kontrak Goran Dragic sebesar 19 juta dolar yang bisa dikirim ke tim lain, katakanlah ke Toronto Raptors sebagai ungkapan balas budi karena telah bersedia melepas Lowry tanpa alat barter apa pun ke Heat (karena memang Lowry yang sudah berkiprah selama sekitar delapan musim untuk Raptors menang sudah tidak punya ikatan kontrak apa pun dengan Raptors begitu masa kontraknya habis, selain kontak batin #eh).

Los Angeles Lakers di sisi lain malah kedatangan para mantan sejauh ini. Mantan-mantan yang rerata pernah membawa Lakers menjadi juara di era yang berbeda seperti Dwight Howard (yang di masa jayanya, begitu juga Derrick Rose, New York Knicks, layak masuk chart eh tabel top 25) dua musim lalu atau Trevor Ariza yang entah kapan (baca: 12 tahun lalu) pernah membawa Lakers juara karena saya belum lahir (mau saya sih gitu).

Sebagai fans setia abal-abal Lakers, saya sih seneng-seneng aja dua-duanya mudik, meski untuk Ariza dianggap sudah habis oleh para netizen budiman penuh kasih zaman now,

Saya pribadi lebih mengharapkan Danny Green yang juga kabarnya diincar Philadelphia 76ers dan Miami Heat (dan feeling saya juga Los Angeles Clippers yang kebetulan tidak terdata lantaran anggaran Clippers sudah masuk batas atas 136 juta dolar, atau hard cap bahasa NBA-nya). Kehadiran Green di Clippers mau nggak mau tergantung dari Kawhi Leonard (sedang masa pemulihan cedera) yang memutuskan untuk tidak menerima perpanjangan kontrak dengan senilai 36 juta dolar dan memilih untuk menjadi free agent (wlopun para analis NBA menyebutnya sebagai langkah negosiasi untuk mendapat kontrak yang lebih besar dari angka tadi bersama Clippers atau lebih kecil demi memuluskan kedatangan para free agent bagus yang masih tersisa sejauh ini sebut saja John Collins, Robin Lopez, Danny Green, Demar Derozan, atau Kelly Oubre junior. Kebetulan Clippers punya beberapa pemain yang dari gaya bermain dan nilai kontrak cukup bersahabat apabila ditukar dengan pemain lain (yang nilai kontraknya berselisih maksimal enam juta dolar dengan paket pemain yang ditukar, menurut aturan trade NBA). Kebetulan mereka masih punya Ivica Zubac dan Rojon Rondo (sekitar 7 juta dolar) atau Patrick Beverley dan Luke Kennard (12-14 juta dolar, meski Kennard dianggap kemahalan oleh para netizen budiman lantaran hanya bisa menembak dari jauh, tanpa bisa bertahan, mengatur serangan, menyelesaikan tembakan dari bawah jaring) yang bisa ditukar dengan pemain dengan nilai kontrak lebih kecil (katakanlah paket Zubac+Beverley) katakanlah dua pemain dengan nilai kontrak delapan juta dolar) dengan satu pemain yang tidak diinginkan dari pertukaran tadi bisa dilepas Clippers (terkesan kejam tapi aturannya memang ada, toh dengan dilepas, pemain yang bersangkutan jadi punya peluang bermain lebih besar setidaknya di luar negeri).

Sayang, untuk Clippers peluang pertukaran pemain model begitu agak kecil karena di NBA tidak ada tim yang mau melihat saingannya jadi lebih bagus kecuali mereka mendapat draft pick NBA. Clippers kebetulan tidak punya itu, lantaran draft pick mereka untuk beberapa tahun ke depan sudah dipakai untuk mendatangkan Paul George.

Praktis, beberapa free agent bagus yang tersisa sebut saja Dennis Schroder (Lakers), Josh Hart (New Orleans Pelicans), atau Rudy Gay (San Antonio Spurs) punya setidaknya empat pilihan musim ini yaitu memperpanjang kontrak dengan tim lama (untuk restricted free agent) yang sesuai namanya restricted atau terbatas masih bisa menegosiasikan kontrak, dengan nilai kontrak sedikit lebih besar biasanya, atau kembali ke tim lama untuk (unrestricted free agent) dengan nilai kontrak bisa lebih besar atau malah lebih kecil tergantung anggaran tim, atau memilih kontrak jangka puanjang pake banget dengan tim yang masih punya anggaran leluasa (seperti San Antonio Spurs, Oklahoma City Thunder, Charlotte Hornets atau Detroit Pistons, yang anggaran untuk mengontrak seluruh pemain masih di bawah 112 juta dolar) layaknya Gordon Hayward   yang mudik ke kampung halaman Charlotte untuk membela tim milik Michael Jordan yang meski peluang juara tipis, atau sengaja memilih bergabung dengan tim-tim barusan dengan nilai kontrak besar dengan durasi satu musim agar apabila tim yang bersangkutan tidak lolos playoff, pemain yang bersangkutan bisa dilepas ke tim lain yang lolos ke babak playoff dengan ketentuan sekitar kurang lebih 1-3 juta gaji pemain yang bersangkutan akan ditanggung tim baru (itulah enaknya NBA)

Kebetulan peluang free agent tadi mendapat tim baru makin hari akan menipis lantaran pemain-pemain seperti Lonzo Ball (pindah ke Chicago Bulls), Evan Fournier (Knicks), Spencer Dinwiddie (Washington Wizard) Devonte Graham (New Orleans Pelicans), Reggie Bullock (Dallas Mavericks) dan Tim Hardway Jr (Mavericks), Will Barton (Denver Nuggets), Mike Conley (Utah Jazz) memilih kembali ke tim lamanya. Sebuah pilihan yang wajar bagi para loyalis lantaran ketiga tim tadi tampil cukup konsisten musim lalu, bahkan masuk babak playoff.

Free agent yang tersisa biasanya akan merapat ke tim-tim dengan market size yang lebih kecil seperti Cleveland Caveliers, Oklahoma City Thunder, atau Charlotte Hornets yang kebetulan punya anggaran lebih leluasa musim ini. Market size sendiri merujuk pada besarnya animo penonton, dan amat terbantu dengan hadirnya para bintang kelas atas, terhadap tim yang bersangkutan, yang berimbas pada peliputan media, hak siar dan merk tim yang bersangkutan (bisa dilihat dari para artis papan atas yang rajin menghadiri pertandingan New York Knicks atau Lakers). Luas area dan jumlah populasi sedikit banyak mempengaruhi

Kebetulan tim dengan pasar lebih kecil baru bisa berbuat banyak apabila mereka punya rookie yang akhirnya matang pada waktunya, seperti halnya adik saya Giannis yang butuh waktu sekitar delapan taun untuk jadi juara bersama Milwaukee Bucks yang secara market size ada di peringkat 37 untuk keseluruhan tim olahraga, termasuk football, american football, softball (versi sport media watch) dan peringkat 25 untuk NBA (versi hoop-social), atau San Antonio yang kondang dengan lima cincin juaranya, meski dari sisi peringkat keseluruhan ada di posisi 31 dan dari sisi pasar basket ada di peringkat 24, masih kalah jauh dari New York di peringkat pertama dan Los Angeles di peringkat kedua, untuk kategori keseluruhan dan basket.

Dengan tren yang makin serba instan sekarang, seinstan dampak yang dibawa Luka Donkic di musim perdanya di NBA, pilihan itulah yang coba diambil oleh tim-tim dengan pasar menengah seperti Detroit atau Cleveland lewat para rookie (ini lebih karena ga punya pilihan lebih tepatnya, karena pemain yang dateng atau didatengin biasanya adalah free agent yang nggak punya tempat di tim besar atau memilih tim dengan pasar lebih kecil agar penampilannya lebih kliatan layaknya Jerami Grant yang sempat membawa Denver Nuggets masup final wilayah NBA dua musim lalu, tapi prestasinya tenggelam (dan dapet bayaran lebih besar di Detroit Pistons), meski secara statistik menit bermain dan raihan poinnya malah lebih bagus dari musim-musim sebelumnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun